𝗕𝗮𝗯 𝟭𝟰 : Jawaban Khitbah🍂

103 7 6
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

•••

❝ Berikan tanganmu, dan mari langkahkan kaki menuju Allah.❝

-Kalam Rindu 2-

🕊️

Seminggu berlalu, Wawa sudah berulang kali mencari jawaban atas lamaran dari Gus Naja. Bahkan tidak hanya satu atau dua kali Wawa melakukan shalat istikharah,  tetapi sampai detik inipun dia masih ragu dengan jawaban yang akan ia berikan.

Namun bagaimanapun juga, Wawa harus segera memberikan kepastian kepada Gus Naja. Wawa tidak ingin terlalu lama menggantung perasaan Gus Naja, yang takutnya akan menyakiti perasaan laki-laki itu jika jawaban yang diberikannya tidak sesuai.
Dan, pagi ini Wawa berencana untuk menemui Gus Naja karena ada yang ingin ia sampaikan kepada laki-laki itu.

"Mbak!"

"Mbak Wawa!"

Wawa menghentikan langkahnya. Dia menoleh ke belakang saat mendengar suara Yumna. Benar saja, gadis itu tampak berlari menghampirinya.

"Buru-buru banget, sih, Mbak?" ujar Yumna dengan ngos-ngosan karena berlari mengejar Wawa.

"Mbak Wawa mau kemana, sih?" tanya Yumna.

"Mbak lagi nyari ...." Wawa menggantungkan ucapannya.

"Nyari apa?"

"Eum, kamu tahu Gus Naja ada di mana?" tanya Wawa akhirnya.

"Tumben Mbak Wawa nyariin Mas Naja. Jangan-jangan ada yang aku nggak tahu, ya, Mbak? Ada yang Mbak sembunyiin?"

"Enggak ada," jawab Wawa tak ingin Yumna bertanya lebih banyak lagi.

Yumna memicingkan matanya curiga. Namun, detik berikutnya ia menetralkan ekspresinya. "Kalau ndak salah, sih, tadi Mas Naja bilang hari ini ada jadwal sorogan kitab kuning. Coba aja Mbak cari kesana."

Wawa mengangguk. "Yowis, makasih ya, Yum. Kalau gitu aku pergi dulu," jawabnya yang langsung pergi meninggalkan Yumna.

Yumna hanya bisa geleng-geleng kepala melihat Wawa. "Dasar, Mbak Wawa."

Wawa melangkah cepat menuju ke masjid pondok, karena biasanya sorogan kitab kuning dilakukan disana. Dan benar saja, dari kejauhan Wawa sudah melihat sekumpulan santri yang tampak sibuk mengaji kitab dengan Gus Naja.

Wawa menghentikan langkahnya tepat di depan masjid. Memperhatikan kegiatan yang menyejukkan hatinya. Entah mengapa bibirnya tersenyum samar melihat Gus Naja mengajar para santri. Laki-laki itu memang bisa dibilang sempurna. Wawa yakin tidak akan ada perempuan diluar sana yang menolak laki-laki seperti Gus Naja.

KALAM RINDU 2 "Untuk Albizar"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang