04| Malam Pertama?

286 26 0
                                    

"Dih, kok kamu terima sih?"

"Kalo aku jadi kamu ya bakalan nolak. Aku tuh paling anti sama yang namanya perjodohan, apalagi di jodohinnya sama om-om, euwh."

"Eh, btw, tapi kalo om-om nya ganteng sih kayaknya gakpapa lah, haha."

Zifa melamun. Otaknya seperti berputar kembali pada momen dua tahun yang lalu. Ia baru ingat bahwa ia pernah berucap demikian. Waktu itu Zifa masih baru selesai melaksanakan ujian tengah semester di kelas 10 SMA.

Zifa menghela napas panjang. Ia sangat menyesal karena ia melontarkan perkataan tersebut kepada Melody, sahabat baiknya saat mengetahui gadis seusianya itu di jodohkan oleh orang tuanya dengan rekan kerja mereka yang sudah om-om. Yah walaupun kata Melody orangnya ganteng.

Waktu itu Melody nangis-nangis di pelukan Zifa karena ia tidak bisa menolak permintaan orang tuanya mengingat keadaan ekonomi keluarganya sedang kurang baik dan ia tak punya pilihan lain kecuali menerima perjodohan itu.

"Udahlah, Mel, terima aja. Mungkin itu sudah jalan hidup kamu."

Zifa berujar menenangkan kala itu, walau dalam hatinya ia sebenarnya juga ingin menertawakan.

Tapi sekarang, karma itu seolah berbalik menimpanya.

"Maafin aku, Melody." Zifa bergumam sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin.

"Zifa kok malah anteng di kamar sih?"

Zifa sontak menoleh. Ia menghela napas panjang saat mendapati Rania melangkah masuk dengan sedikit tergesa-gesa.

"Zifa capek, Bun."

Rania menggeplak lengan Zifa. "Ya tau. Namanya juga nikahan ya capek. Buruan turun, banyak tamu itu di bawah. Kasian Septian sendirian."

Zifa menaruh kepalanya di atas meja rias, meratapi nasibnya. Benar seperti yang Septian pernah bilang padanya bahwa sekeras apapun Zifa menolak, mau protes model apapun, pernikahan ini pasti akan terjadi juga.

Yah, hari ini Zifa dan Septian sudah resmi menjadi suami istri. Entah dengan perasaan terpaksa atau tidak, yang jelas tadi pagi Septian sudah melakukan akad nikah dan menyebutkan nama Zifa dengan sangat jelas dan lantang.

Bisa nggak sih aku menghilang sekarang dari muka bumi ini?

"Udah nggak usah ngeluh. Ayo turun!"

"Iya-iya, bawel deh, Bunda."

Dengan raut wajah kesal, Zifa akhirnya berdiri dan mengikuti bundanya turun ke bawah. Zifa sedikit mengangkat gaunnya saat berjalan menuruni tangga.

"Senyum. Jangan cemberut gitu." tutur Rania yang hanya di balas dengan tatapan sewot oleh Zifa.

Rania menuntun Zifa ke depan dekor pengantin, di mana Septian berada. Septian terlihat sedang menyalami beberapa tamu yang datang.

Septian tersenyum saat melihat Rania dan Zifa berjalan mendekat. Septian hanya tersenyum pada ibu mertuanya, tidak pada istrinya.

"Dah. Berdiri di sini yang anteng jangan keluyuran." pinta Rania pada Zifa. "Nak Tian, Bunda tinggal ya."

"Iya, Bunda." senyum Septian.

Zifa melirik Septian. "Dih, sok manis dasar!"

"Emang manis." sahut Septian, meledek Zifa.

Zifa menghela napas dan memilih mengalah, menahan rasa kesalnya. Kalau saja sedang tidak banyak tamu, mungkin Zifa akan mengajak Septian adu mulut. Pantang bagi Zifa untuk mengalah dari om-om menyebalkan itu.

My Om Husband || Lee Heeseung & KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang