18| Ngidam

131 16 0
                                    

Meeting baru berjalan sekitar lima belas menit, namun ponsel Septian yang tergeletak di atas meja itu kembali bergetar. Septian meliriknya sekilas dan melihat ada panggilan masuk dari Zifa.

Septian menghela napas pelan. Tadi, sebelum meeting berlangsung, Zifa juga sudah menelvonnya berkali-kali dan mengirimkan beberapa chat yang isinya hanya tentang dirinya yang merindukan Septian.

Septian sengaja tidak mengangkatnya karena hari ini dirinya benar-benar sibuk. Wisnu sedang ada kerjaan di luar kota dan hari ini ia menggantikannya memimpin meeting sesuai permintaan om-nya tersebut.

Ponsel Septian terus berdering dan itu membuatnya tidak enak dengan yang lain.

"Angkat dulu, Pak Septian. Siapa tahu penting." ujar salah satu orang yang ada di dalam ruangan tersebut.

Septian mengangguk. "Maaf ya, tunggu sebentar."

Sambil menyambar ponselnya, Septian beranjak keluar dari ruangan itu dan segera mengangkat panggilan dari Zifa.

"Mas Tian kemana aja baru ngangkat telvon Zifa?"

Septian menghela napas pelan. Baru saja ia menggeser ikon panggilan berwarna hijau di layarnya itu, Zifa sudah nyerocos di balik sana.

"Mas lagi meeting, sayang. Mas sibuk banget hari ini jadi kamu jangan nelvon Mas terus. Nanti kalo udah selesai, Mas telvon kamu." jelas Septian, mencoba bersabar.

"Mas Tian harus pulang sekarang!"

Septian sontak melebarkan kedua matanya. "Ngapain? Ini Mas lagi sibuk banget malah nyuruh pulang. Kamu jangan aneh-aneh aja permintaannya."

"Aneh-aneh gimana? Ini Zifa gak enak badan, Mas." rengek Zifa di balik sana.

"Gak enak badan kenapa? Perasaan tadi pagi baik-baik aja."

"Perut Zifa sakit, Mas."

"Jangan bohongin Mas Tian. Mas lagi sibuk, Dek. Kamu tolong ngertiin Mas dong." sahut Septian dengan nada suara menahan marah.

"Ya udah kalo gitu Zifa pesen taksi online aja, mau ke rumah bunda."

"Jangan aneh-aneh. Kamu itu lagi hamil, jangan keluar sendirian. Kamu gak ingat pesan Mas?"

"Daripada aku gangguin Mas Tian, mending aku pulang."

Tut.

Septian langsung menghela napas kasar saat Zifa tiba-tiba mematikan panggilannya secara sepihak. Pikiran Septian mendadak kacau dan perasaannya sangat tidak tenang.

Entah kenapa, akhir-akhir ini Zifa benar-benar menjengkelkan. Selalu ada saja permintaan aneh yang tidak bisa di toleransi. Seketika itu Zifa menginginkan sesuatu, seketika itu juga Septian harus menurutinya.

Kemarin Septian juga sempat tidak memenuhi salah satu keinginan Zifa dan akibatnya Zifa yang ceroboh itu keluar dari rumah tanpa seizin Septian entah kemana dan baru pulang sekitar jam tujuh malam dalam keadaan basah kuyup hingga membuat Septian menangis dan hampir saja memukulnya karena saking jengkel dan khawatirnya.

Dan Septian tidak ingin semua itu terulang kembali.

Sambil menahan diri untuk tidak marah, Septian memanggil salah satu pria yang ada di ruangan meeting itu dan meminta pria itu untuk menggantikannya sementara Septian berpamitan untuk pulang.

Septian mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia antara marah, kesal, jengkel dan khawatir yang menjadi satu.

Septian melangkah masuk ke dalam rumahnya dengan langkah kaki kasar dan ia mendapati Zifa tengah duduk anteng di meja makan tanpa melakukan apapun.

My Om Husband || Lee Heeseung & KarinaWhere stories live. Discover now