Luka Lama

215 47 19
                                    

Selamat siang menjelang sore..
Seperti biasa ya, aku up jam segini karena sempetnya ya sekarang..
Di bab ini, ada clue konflik lain yang bakalan berkesinambungan sama konflik ke depannya nanti..
Tapi ini baru clue, belum masuk konflik..
Selamat membaca, ya..

🌱🌱🌱
.
.
.
.
.

Untuk sebagian orang, mungkin mereka membayangkan betapa bahagianya jika bisa bertemu apalagi berkesempatan berkencan dengan idola mereka sendiri. Namun, tak begitu dengan yang Ara rasakan. Dia menyukai Jungkook. Tapi, dia merasa tak nyaman karena terus di kurung oleh pria itu.

Selama beberapa hari di apartemen Jungkook, Ara sudah seperti seorang tawanan. Ara boleh keluar apartemen tetapi harus dengan Jungkook atau dengan syarat selalu melapor jika dia pergi ke mana saja dan bersama siapa.

Jungkook telah mengurus proses kuliah Ara yang akan di lakukan secara online dan akan berjalan mulai bulan depan, karena dia akan membawa Ara pergi ke Venice selama dua minggu lamanya terlebih dahulu.

"Aku lelah di sini terus. Aku bosan," rengek Ara dalam dekapan Jungkook.

Mereka sedang melakukan cuddle di atas ranjang sambil saling mendekap. Sejak tadi Ara terus merayu Jungkook supaya memberinya ijin untuk keluar, tetapi pria itu tak mau berubah pikiran. Sungguh menyebalkan.

"Aku bekerja sampai malam hari ini, Sayang. Aku harus menyelesaikan apa yang harus ku selesaikan di sini sebelum pergi ke Venice. Selama di sana nanti, kau bisa pergi dengan bebas. Aku janji."

"Tapi bersamamu, kan?"

Jungkook tersenyum. Jarinya mengusap lembut punggung Ara di balik baju yang di gunakan oleh gadis itu. Tapi, mereka hanya sebatas cuddle karena Jungkook tak mau Ara merasa kesakitan seperti beberapa hari yang lalu.

Dia cukup hebat dalam hal mengontrol napsunya sendiri ketika tinggal di rumah yang sama dengan seorang perempuan lalu tidur bersama setiap malam. Sepertinya, perasaan Jungkook memang tak sedangkal itu pada Ara.

"Kau keberatan pergi denganku?" tanya Jungkook. Senyumnya pudar di kala merasakan anggukan kepala Ara dalam dekapnya. "Kenapa?" ucap Jungkook dengan raut wajah kecewa.

"Kau kan, pergi untuk bekerja, bukan untuk berlibur," jawab Ara.

Dekapan Jungkook semakin erat. "Aku akan menyediakan waktu pribadi untukmu nanti."

Di detik kelima setelah hening sejenak, dering ponsel Ara membuat keduanya menoleh ke arah benda pipih tersebut. Si posesif itu tentu yang merespon terlebih dahulu. Dia menyambar ponsel Ara di atas meja lalu melihat siapa yang menghubungi gadisnya.

"Ibu?" ucap Jungkook dengan dahi mengerut.

"Bibi Minji? Kenapa dia menghubungiku pagi-pagi begini?"

Jungkook menggelengkan kepala. Dia membiarkan panggilan itu begitu saja hingga berakhir lalu mematikan ponsel Ara.

"Kenapa tidak di jawab, sih?" protes Ara.

"Kau ingin Ibuku tahu kita sedang bersama di pagi buta seperti ini?" kekeh Jungkook. "Nanti kau bisa menghubunginya."

"Kalau dia ingin mengatakan hal penting, bagaimana?"

Jungkook menggelengkan kepala. Dia kembali mendekap Ara sambil memejamkan kedua matanya. Saat Ara berada di sampingnya, Jungkook merasa begitu bahagia. Dia senang dengan hubungan barunya bersama salah satu penggemarnya yang cantik ini.

"Aku masih mengantuk," celetuk Jungkook. Dia memang baru pulang tengah malam dan baru tidur selama dua jam. Hormon di pagi buta miliknya begitu mengganggunya sehingga dia menghabiskan dua jam lamanya untuk mencumbu Ara, walau hanya mencumbu dengan lidah dan jari jemarinya saja.

Blinded By LoveWhere stories live. Discover now