Part. 18

1.2K 148 2
                                    

       "Kaka!" Ada yang manggil Oline pas dia lagi nuangin air dari botol yang diambilnya di kulkas kedalam gelas. Oline nggak nanggepin. Dia tetap lanjutin aktivitasnya terus minum.

       "Mau sampai kapan sih Kaka marah sama aku? Aku udah nyadarin kesalahan aku tau Kak. Aku tau aku salah." Ucap suara itu lagi yang terdengar sedikit bergetar seperti ingin menangis.

       Oline meletakkan gelas kosongnya diatas meja.

       "Gue nggak marah." Katanya datar yang membuat raut ceria langsung terpancar dari muka sang adik semata wayangnya itu. Dia hendak bergerak untuk memeluk sang kakak tapi seketika berhenti saat Oline kembali berkata.

       "Gue cuma kecewa." Ujar Oline dengan berjalan pergi meninggalkan sang adik yang langsung terpaku di tempatnya. Ia menggigit bibir menahan desakan yang ingin keluar dari matanya.

       "Tapi aku beneran nggak sengaja, Ka. Aku juga nggak tau kalau penutupnya udah kebuka." Rengek sang adik lagi yang mulai meneteskan air mata. Merasa bersalah banget diatuh. Sedang Oline gak ngomong apa-apa lagi.

       Oline melirik pada sang adik yang terlihat sudah mulai menangis. Sebenarnya dia nggak tega cuekin adiknya sampai segitunya. Hati mungil Oline tuh nggk sejahat itu padahal. Tapi karena apa yang dilakuin si adik adik itu tuh udah kelewatan banget menurut Oline. Gimana nggak kesal coba kalau buku jurnal yang udah kita buat dari kecil sampai remaja dilempar gitu aja ke aquarium piranha. Kalau cuma basah doang sih nggak apa-apa. Ini langsung abis nggak bersisa karena dikira mangsa sama si tuh ikan. Lagian Oline juga heran sama hobi papa sambungnya itu. Punya peliharaan kok ikan piranha. Kek nggak ada hewan lain aja. Terus, karena kedua kakak beradik ini emang interaksinya agak kurang ya karena keduanya sama-sama nggak banyak omong alias introvert. Alhasil bikin keduanya tuh kek perang dingin selama berhari-hari. Biasanya walaupun mereka tuh pada dasarnya suka diam-diaman, tapi mereka masih saling interaksi pakai tindakan. Ya emang sih nggak ada bedanya kayak lagi perang dingin juga, cuma kan setidaknya kalau yang satu ngomong maka yang satunya masih ada yang nimpalin. Alias gak diem-dieman banget sampai yang diam-diam cepirit gitu, nggak.

       Tapi semenjak insiden saat itu, keduanya malah jadi kayak orang asing. Mereka serumah tapi kayak saling ngindar gitu. Lebih tepatnya Oline sih yang ngindar. Soalnya kan dia yang jadi korban kenakalan si bontot. Gara-gara si bontot dia jadi nggak bisa mengingat lagi kenangan dua tahunnya yang kepotong. Soalnya kata Mami Marsha, Oline tuh pernah kecelakaan parah pas SMP. Dia koma selama beberapa bulan terus hilang ingatan. Tapi, ingatan yang hilang itu cuma ingatan yang 2 tahun ke belakang. Jadi Oline tuh nggak ingat sama sekali kalau dia tuh habis ditabrak sama orang. Dia ingatnya malah kejadian terakhir 2 tahun sebelumnya, waktu itu dia jatuh dari tangga terus pingsan. Dan bangun-bangun udah ada di rumah sakit aja. Untungnya tuh meski Oline lupa sama apa aja yang udah terjadi selama 2 tahun, tapi otaknya nggak lupa sama pelajaran. Aneh sekaligus menguntungkan bukan. Karena Oline jadi nggak perlu ngulang pelajaran lagi.

       Terus, karena pada saat itu mereka baru pindah rumah. Alhasil buku jurnal yang sering digunain Oline buat nyatat semacam diary sama beberapa foto yang dia tempel dibuku tuh, lupa dia tarohnya dimana. Terus seiring waktu Mami Marsha yang nemuin. Dia taroh dilemari baju Oline. Tapi sama Oline sampai sekarang belum pernah dia nyentuh buku itu lagi. Dia lupa mulu. Udah gitu suka nggak di rumah kan anaknya alias sibuk sama sekolah dan bimbel. Jadilah pas dia ada waktu buat lihat-lihat kenangannya, eh bukunya malah dilempar sama si adik adik itu ke aquarium. Niatnya mau lempar ke kakanya yang mau ambil tapi malah salah sasaran.

       Jadi begitulah kenapa Oline tuh kesal sekaligus kecewa sama si adik-adik itu. Ya karena nggak bisa dikembalikan lagi barang berharga yang udah rusak dan hilang miliknya.

NYAMAN. (Orine & LiLynn) 48 Gen 12Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin