17. Sembuh

600 39 81
                                    

Hallo akhirnya aku bisa up! aku nulis ini lamaaaa banget dari tadi pagi sampai akhirnya bisa up sore ini!!

Ayo follow lapak ini agar aku makin semangat, biar chapter selanjutnya cepet up juga. 🥲chapter ini benar-benar bikin aku lelahhhh... dari tadi pagi nulis dan baru selesai sore hari.

Okee tanpa berlama-lama lagi, silahkan di baca 🙏🙏💓

||Happy Reading||






Keesokan harinya...

Sore ini Jingga mengajak Herlin dan juga Yulia berenang di kolam renang rumahnya. Saat mereka bertiga masuk ke dalam Herlin melihat Varen ada di sana. Ayahnya itu sedang berbincang dengan seorang Pria—Ayahnya Jingga.

Matanya sempat beradu tatap dengan Varen, namun Herlin segera mengalihkan pandangan nya."Kalian duluan aja ke belakang." ujar Jingga menyuruh ke dua gadis itu agar mnedahuluinya ke kolam renang yang ada di halaman belakang.

Keduanya mengangguk lalu pergi beriringan ke halaman belakang rumah Jingga yang sangat familiar bagi mereka. Dulu mereka sering sekali bermain bersama di rumah ini.

Jingga yang di beri kode oleh Ayahnya untuk ikut duduk pun akhirnya patuh dan ikut duduk di sofa bersama Dikta—Ayahnya dan juga Varen—Ayahnya Herlin. "Kenapa, Pa?" tanya laki-laki itu duduk di sebelah Ayahnya. "Ini, Om Varen mau ngomong sama kamu." ujar Dikta.

Jingga reflek langsung menoleh ke arah Varen.

Pria itu berdehem singkat, kemudian menoleh ke area sekitar memastikan Herlin benar-benar ada di halaman belakang dan tidak akan bisa menguping percakapan mereka.

"Jadi begini, kamu tau kan akhir-akhir ini Herlin suka bolos? dia juga sering pulang malem. Apa kamu tau dia suka pergi ke mana?" Tanya Varen menatap Jingga yang nampak serius mendengarkan.

"Dia sering ke rumah temennya, Om. Jingga gak tau ngapain dia sampai sering banget ke sana sampai-sampai pulang di malam hari." Sahut Jingga dengan apa yang ia ketahui.

"Temen cowoknya yang pake kursi roda itu?"

Jingga mengangguk.

Pria itu menghelan nafas "Om mau minta tolong sama kamu, tolong jauh kan laki-laki itu dari Herlin. Sepertinya laki-laki itu membawa pengaruh buruk buat Herlin." Varen bukannya takut Arga akan membawa pengaruh buruk bagi putrinya.

Melainkan, ia takut karena laki-laki itu mau membantu putrinya untuk mencari sang Ibu, ia takut jika Herlin akan semakin berani dan nekat jika memeiliki seseorang yang membantu dan mendukungnya.

Mendengar penuturan Varen, Jingga tersenyum. Ia akan dengan senang hati menjauhkan Herlin dari laki-laki lumpuh itu. "Iya Om, Jingga bakalan jauhin Herlin dari cowok brandalan itu."

Dikta terkekeh mendengar hal itu "Alah, bilang aja kamu punya perasaan lebih kan ke Herlin?"

Jingga mendengus "Papa!" Tegurnya, ia sangat malu karena Ayahnya berkata seperti itu di depan Varen yang notabene nya adalah Ayah dari Herlin.

"Udah gapapa, jujur aja. Om setuju kok kamu sama Herlin. Kalau kamu mau Om bisa atur perjodohan kamu sama Herlin. Om yakin Papa kamu juga setuju." Varen melirik Dikta sekilas, Pria itu juga nampak mengangguk.

"Papa sih tergantung kamu."

"Herlin gimana?" tanya Jingga.

"Kalau soal Herlin, biar Om yang ngurus."

Astaga! mendengar semua itu jantung Jingga berdebar tak karuan. "Udah gak usah malu-malu." Goda Dikta membuat anaknya salah tingkah di tempat.

"Iya Om, Jingga mau."

HERLINADonde viven las historias. Descúbrelo ahora