27. I Was Tired, and Dad Added To The Tiredness

587 50 20
                                    

Hallo aku up!!!! menurut kalian enakan cerita HERLINA up setiap hari atau dua hari sekali?

||Happy Reading||

Tak terasa hari begitu cepat berganti, sudah satu bulan berlalu dari hari dimana Yulia dan Herlin bertemu.

Hari ini adalah satu hari sebelum hari ulang tahun Herlin. Dan itu artinya hari ini lah hari pertunangan yang di rencanakan Varen akan terlaksana.

Herlin sangat gelisah, ia berusha menghubungi Yulia. Namun gadis itu tak kunjung menjawab panggilan telfonnya. Herlin mendengus kesal "Aduh gimana nih?" Gumamnya.

"Herlin ayo cepat keluar." Panggil Varen.

Asataga ayahnya itu tidak sabaran sekali, untuk meminta nya keluar. Herlin sudah mencoba banyak hal untuk membuat Zergan dan Bella mau membantunya membatalkan pertunangan ini.

Namun Kakek dan Neneknya itu berkata 'ini keputusan Papa kamu' mengingat hal itu membuat Herlin menjadi semakih gelisah, jika ia meminta bantuan Cllara, itu pasti percuma.

Ibunya itu pasti tidak punya keberanian untuk menentang keputusan Ayahnya.

Herlin menatap pintu kamarnya ragu, bagaimana ini? apa ia harus keluar sekarang?

Di luar sudah ada keluarga Jingga.

Ia malu jika harus keluar, bagaimana jika rencananya dan Yulia gagal? bagaimana jika Yulia telat datang?

Langkah kaki seseorang mulai terdengar mendekat, perasaan Herlin sudah sangat tidak enak.

Ceklek.

Pintu itu terbuka, menampilkan sosok Cllara yang tersenyum padanya. Perasaan Herlin sedikit lega ketika melihat yang datang adalah Ibunya bukan Varen. "Sayang? ayo keluar. Jingga udah nungguin kamu."

Herlin menggeleng kecil "H-herlin gak mau ...." Cicit gadis itu memeluk Ibunya erat.

Cllara menghelan nafas, sebenarnya ia juga tidak rela jika Varen menjodohkan Herlin dengan orang yang tidak di cintai oleh gadis itu. Ia takut Putrinya tertekan, tapi apa boleh buat?

Wanita itu mengelus punggung Herlin lembut, lalu melepas pelukan mereka "Ayo, Papa kamu nunggin kamu di luar." Herlin menatap Ibunya sendu lalu mengangguk, ia benci. Benci malam ini.

Herlin duduk tepat di samping Jingga, gadis itu berusaha menyembunyikan rasa kesalnya. Ingin sekali ia memberi pukulan pada kepala Jingga saat ini juga.

Kenapa laki-laki itu malah menyetujui pertunangan ini???

"Herlin, kamu terlihat sangat cantik dengan gaun itu." Puji Luna—Ibunya Jingga. Herlin tersenyum "Tante juga cantik banget."

Setelah berbincang beberapa menit, tiba saatnya mereka berdua di suruh saling memakaikan cincin di jari manis mereka sebagai tanda pertunangan ini memang ada.

Dan mereka resmi terikat dalam sebuah hubungan.

Jika sudah begitu, salah satunya tidak boleh berpaling dan mencari orang lain lagi untuk menjadi pasangan.

"Ayo Jingga, pakaian cincin itu di tangan Herlin." Ujar Varen dengan senyum cerah, Pria itu sangat tampan malam ini. Dan Cllara mengakuinya, Pria bernama Varen itu sangat tampan, namun kejam.

Jingga beraih tangan Herlin, hendak memakaikan cincin itu ke jari manis Herlin.

Clek

Mereka semua terkejut, lampu ruangan itu mati. Bukan hanya ruangan itu, melainkan satu rumah. Rumah besar nan megah itu terlihat gelap gulita.

HERLINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang