21. Tangis Amora

197 11 0
                                    

Kini Amora sudah berada di dalam kamarnya sambil menangis di atas kasur dengan memeluk lututnya sambil mengucapkan kata maaf di sela-sela tangisannya.

"Maaf hiks... Maaf hiks... Aku minta maaf hiks... Aku hiks... Hiks... Hiks..."

Hanya ada suara tangis yang ada di ruang itu.

Crekk

"Ara." Panggil seorang pemuda dengan suara berat dan seraknya. Namun Amora tidak menghiraukan panggilan itu dan terus memeluk lututnya sembari menangis.

"Hei Ara lihat Aca!." Pintah Rayyan sambil mengangkat dagu Amora.

"Kamu kenapa nangis? Cerita sama Aca!." Ucap Rayyan. Pertanyaan Rayyan tidak di jawab oleh Amora.

Bruk..

"Aku jahat hiks... Aku egois hiks... Aku hiks... Aku hiks..." Tangis Amora di dalam pelukan Rayyan.

Sedangkan Rayyan yang mendengar ucapan Amora yang sambil menangis merasa hatinya seperti di tikam oleh seribu belati.

"Kenapa Ara ngomong kaya gitu, siapa yang bilang kalau Ara egois dan jahat?." Tanya Rayyan sambil mengelus punggung Amora dengan lembut.

"Aku Ca." Ucap Amora lalu melepaskan pelukannya.

"Aku memang egois dan jahat Ca, aku selalu menghukum orang-orang yang menindas dan mengambil hak orang lain. Tapi hiks... Apa bedanya aku sama orang-orang itu hiks... Aku juga membalas kejahatan mereka dengan kejahatan, apa kah itu tugas seorang pemimpin? hiks... Dendam aku di masa lalu mengalahkan semua ajaran opa hiks... Aku di kalahkan oleh dendam hiks... Seandainya aku tidak pernah melibatkan dendam dalam geng kita, mungkin tidak banyak orang jahat di luar sana yang menderita karena ke egois aku hiks... Hiks... Hiks." Ucap Amora, sedangkan Rayyan yang mendengar ucapan Amora hanya tersenyum kecut.

"Cuma karena itu Ara nangis?." Tanya Rayyan.

"Ihh Aca aku lagi gak bercanda sekarang." Ucap Amora dengan kesal dan lagi-lagi Rayyan hanya tertawa kecil.

"Haha, sini deh Aca kasih tau sesuatu sama Ara." Ucap Rayyan sambil menepuk pundaknya. Amora pun menyandarkan kepalanya di pundak Rayyan.

"Ara tau? Hidup manusia itu penuh dengan kesalahan, keegoisan, dan bahkan keserakahan." Ucap Rayyan sambil mengelus kepala Amora dengan lembut.

"Egois dan ke jahatan itu wajar Ra, bahkan banyak orang yang mengunakan keegoisan dan kejahatan mereka untuk diri mereka sendiri dan orang lain. Buktinya, banyak orang di luar sana yang berterima kasih kepada Ara, karena Ara mereka terbebas dari penindasan dan kejahatan orang-orang jahat." Ucap Rayyan sambil mengelus kepala Amora dengan lembut. Sedangkan Amora hanya diam mendengar ucapan Rayyan.

"Dan jangan pernah ada kata seandainya untuk semua yang sudah terlewati, ingat! Ara hanya harus fokus ke depan karena hidup Ara masih panjang, kisah Ara belum berakhir."

"Jangan pernah menghabiskan waktu Ara hanya untuk mengingat masa lalu yang hanya akan membuang waktu berharga Ara." Ucap Rayyan.

"Tapi Ca, sudah banyak orang jahat yang menderita karena keegoisan dan dendam aku." Ucap Amora dengan menatap Rayyan dengan sayup.

"Semuanya belum terlambat Ra, jika Ara ingin mengubah peraturan ini bisa saja. Tapi Aca harap dengan perubahan yang Ara buat tidak mengubah pandangan orang-orang untuk membuat ke jahat." Ucap Rayyan.

Sedangkan Amora hanya memganggup mengerti dengan apa yang di ucapkan Rayyan.

"Ara!." Panggil Rayyan.

"Um." Balas Amora dengan dehagemnya.

"Coba deh Ara tersenyum sambil nelan ludah, pasti Ara gak bisa." Ucap Rayyan sambil menatap lekat wajah Amora.

Amora yang mendengar ucapan Rayyan dengan polosnya ia mengikuti apa yang Rayyan bilang, yaitu menelan salivanya sambil tersenyum.

"Nah kalau Ara senyum kan cantik." Ucap Rayyan sambil tersenyum jail.

"Ihhh Aca kerjain Ara ya." Ucap Amora sambil memeluk lengan Rayyan dengan manja.

"Memangnya Aca salah ya ngerjain Ara, biar Ara bisa tersenyum?." Tanya Rayyan.

"Makasih ya Ca, Aca udah mau buat aku tersenyum, udah mau jadi teman Ara cerita, udah mau jadi penasehat untuk Ara, udah mau nemanin Ara nangis, udah mau-." Ucap Amora terhenti karena jari telunjuk Rayyan yang berbeda tepat di bibirnya.

Syutt

"Itu sudah tugas Aca sebagai kekasih Ara." Ucap Rayyan sambil menatap lekat wajah Amora.

"Kita ke bawah ya, pasti yang lain kawatir sama Ara." Ucap Rayyan sambil Amora hanya mengangup.

"Senyumannya mana? Ko cepat banget lunturnya." Ucap Rayyan cemberut.

"Udah kan, udah ayo kita ke bawah." Ucap Amora sambil tersenyum membuat Rayyan ikut tersenyum.

Amora dan Rayyan pun keluar dari kamar Amora dan segera turun ke bawah untuk menemui Alexa dkk.

"Queen." Ucap Farel yang melihat kedatangan Amora dan Rayyan.

Sedangkan semua orang yang ada di meja makan langsung melihat kedatangan Amora dan Rayyan di meja makan.

"Habiskan makanan kalian, habis ini ada sesuatu yang ingin gw bahas." Ucap Amora sambil duduk di kursi bergitu pun dengan Rayyan.

Amora dan Rayyan pun mulai memakan makanan yang sudah di sediakan di atas meja tanpa menghiraukan tatapan Arthur dkk yang menatap Amora dengan tajam dan sinis.

"Gw ma-"

"Diam! Queen gw gak suka saat makan di ganggu." Ucap Fauzan datar yang berhasil membuat Arthur menghentikan ucapannya. Sedangkan Amora hanya menatap datar Arthur sambil mengunyah makanannya.

Kini Rayyan dkk sedang berada di ruang tengah menunggu Amora dan Alexa yang masih berada di kamar Amora. Setelah mereka selesai makan, Amora dan Alexa memutuskan untuk pergi ke kamar Amora untuk Menganti pakaiannya mereka.

"Lo yakin Ra mau merubah peraturan kita?."

"Gw yakin Alexa,"

Sedangkan Rayyan dkk yang mendengar suara seseorang yang mereka kenal pun langsung menoleh ke arah gadis yang datang menghampiri mereka.

"Kita ke markas sekarang!." Pintah Amora yang membuat Rayyan dkk langsung berdiri dari duduk mereka.

"Mau ke mana lo malam-malam gini?." Tanya Alvaro yang Amora yang akan pergi bersama Rayyan dkk.

Sebenarnya Arthur dkk heran saat melihat pakaian Amora dan Alexa yang mengunakan pakaian serba hitam persis seperti seorang mafia.

"Gak ada urusannya dengan lo, jadi mending lo diam!." Ucap Amora menatap datar Arthur dkk.

"Ayo kita pergi, udah mau jam sembilan." Ucap Amora lalu meninggalkan Arthur dkk yang terdiri melihat kepergian Amora yang  diikuti Rayyan dkk.

Amira Or AmoraWhere stories live. Discover now