part 10

67 10 1
                                    

°°°

HAPPY READING 📖.


Dentingan piano memenuhi ruangan bernuansa putih berlapisan emas. Arziel berdiri, menatap keluar jendela, tangan bergerak mengikuti tempo lagu yang di mainkan oleh bundanya.

Suara rintikan hujan serta dentingan piano saling berpadu menciptakan melodi yang indah. Suara lembut Tiana membuat siapa saja akan larut dalam nyanyiannya.

Arziel masih saja diam, menunggu bundanya selesai bernyanyi. Tangan Tiana menari dengan lincah di atas piano. Sekian detik berlalu, Arziel berbalik kala lagu yang di nyanyikan bundanya telah berakhir.

Kagum dengan suara merdu bundanya. Arziel memandang Tiana berbinar. Melirik ke putranya, Tiana terkekeh menyaksikan ekspresi lucu Arziel.

"Kana, sini sayang" panggil Tiana lembut.

"Ziel bunda Ziel!!" Seru Arziel menjulingkan mata.

Meski begitu, Arziel tetap membawa tubuhnya untuk mendekat ke sang bunda. Duduk di sebelah bundanya, Arziel menatap lekat piano di hadapannya.

"Bunda akan selalu memanggil putra kecil bunda dengan nama Kana. Kana" jelas Tiana mutlak. Tangannya bergerak menarik pelan pipi berisi Arziel.

"Terserah bunda. Oh iya, ada apa manggil, Ziel?"

"Bunda hanya kangen sama Kana" lirih Tiana mengusap lembut pipi putranya.

"Bunda kenapa?"

"Tidak kenapa. Sini peluk bunda"

Tiana merentangkan tangan minta di peluk. Dengan senang hati Arziel terjun ke pelukan bundanya. Tersenyum simpul, Tiana mengusap punggung putranya lembut.

"Besok siang bunda akan berangkat ke LA, kamu baik baik ya disini"

"Tumben ke LA? Perusahaan daddy yang di sana ada masalah?" tanya Arziel penasaran

Menggeleng pelan, Tiana melepaskan pelukannya.

"Bunda akan membintangi sebuah brand disana"

"Berarti bunda doang yang kesana? Daddy gak?"

"Iya, bunda aja. Daddy kamu akan pergi ke Canada untuk membahas sesuatu dengan om Nanda"

"Tentang Ziel ya?" tanya Arziel menunjuk dirinya sendiri.

"Maybe" mengedikan bahu, Tiana menutup piano.

Menarik nafas panjang, Arziel berdiri dari duduknya. Memikirkan sesuatu, Arziel menghela nafas lagi. 

"Bunda"

"Kenapa?" sahut Tiana lembut, menoleh kearah putranya.

Tidak jadi mengucapkan kalimatnya, Arziel menggeleng cepat sambil nyengir kuda yang mampu membuat Tiana menatapnya datar.

"Bunda mau ke dapur, tenggorokan bunda kering"

"Kana mau ikut apa masih mau belajar main alat musik?"

C A L Y P S H O Where stories live. Discover now