HANCUR

97 24 1
                                    

5

Jadilah Pembaca bijak yang tau cara menghargai karya orang lain setelah membacanya.

Happy Readinggg!

Mereka mendatangi makam Rani, "Rani gua janji gua bakal jadi yang lebih baik ran, maaf kalo gua sering jahilin Lo, yang tenang di sana ya Ran,"

tangis Nara pun pecah "huaaaa ranii hancur hati gua Lo pergi secepat ini."

"Sayang pulang yok, udah mau hujan"

"Bentar Bun, aku masih mau di sini, aku nggak mau Rani kesepian gak ada teman di sini" Fatimah pun mendekati Nara dan mengusap lembut punggung nara, sayang kamu ikhlas ya nak kalau kayak gini Rani sedih lihat kamu nangis terus kayak gini. Nara membalas dengan anggukan dan segera pergi dari sana begitu pun keluarga Abinaf.

****

Sesampainya di rumah Nara pun langsung pergi ke kamar, dan menangis terisak-isak sambil mengusap foto Rani yang di bawah nya.

Tok tok tok

Suara pintu terketuk dari luar sana, "masuk aja Bun ga di kunci" ucap Nara seraya menghapus air mata nya yang terus membasahi pipinya.

"Assalamualaikum, sayang makan dulu yok, kamu dari tadi belum makan."

"waalaikumsalam engga Bun nggak mau."

Fatimah memandangi wajah putri nya yang basah dan mata nya sembab, sayang jangan kayak gini, kalau kamu ikhlas, kamu bahagia terus, pasti Rani senang lihat nya di atas sana.

"Iyaaa Bun, maaf ya Bun, Nara kayak anak kecil cengeng banget"

"nggak apa-apa ko kamu ikhlas ya sayang, ya udah ni kamu makan dulu apa mau bunda suapin." Fatimah sambil terkekeh kecil.

"ah enggak ah Bun kayak anak kecil, malu tau." Nara pun ikut terkekeh.

" Bun!" panggil Nara.

"Ada apa sayang"

"apa nggak sebaiknya pernikahan nya di tunda dulu." Ucap Rani yang sedikit canggung.

"loh kenapa? ucap Fatimah bingung.

"kan Nara baru kehilangan kembaran Nara bun, hati Nara hancur banget."

"Gini Nak lebih cepat lebih baik, Abinaf orang nya baik kamu nggak mau kan ngecawain keluarga nak Abinaf." Seraya mengusap kepala Nara.

"bunda ngak sayang yaa sama Nara," raut wajah Nara yang begitu sedih.

"Justru bunda sayang sekali sama Nara, bunda nggak mau Nara salah pilih pasangan." seraya mengusap lembut pipi Nara yang di banjiri air mata.

"Bunda tau nak Abinaf bisa membimbing kamu nak, suatu saat kamu pasti tau, yah udah, lanjut makan ya, bunda mau keluar dulu."

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

"ia jadi ingat apa yang di katakan kembaran nya, mau nggak mau ia harus menerima perjodohan ini"

NARA DAN ABINAF (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang