27

17 4 0
                                    

.

"Kalimat itu... buat lo kan?"

Kali ini Jena yang dibuat diam. Wajahnya yang khawatir, berubah menjadi datar tanpa ekspresi. Jena sendiri tidak tahu harus bereaksi seperti apa ketika Jeano mulai mengingat sesuatu tentangnya. Meski Jena tahu, hal ini pasti akhirnya akan datang. Ingatan Jeano pasti akan kembali.

Keduanya terus bertatapan tanpa mengeluarkan suara apa pun. Hingga Jena sadar kemudian memalingkan wajahnya, dan kembali menyibukan diri dengan alat-alat masak. Tentu saja pertanyaan Jeano tidak Jena jawab. Dan Jeano sendiri merasa tidak perlu lagi untuk memaksa Jena menjawab. Cukup hanya tadi siang Jeano menyakiti perasaan Jena.

"Maaf" satu kata itu berhasil membuat Jena kembali menatap Jean. "Maaf buat yang tadi siang" lanjutnya.

Jena tersenyum tipis. "Gapapa kak, kak Jean berhak kayak gitu kok. Gue juga minta maaf gak bisa kasih tau lo apa pun"

Jeano pun menghela nafasnya. "Meskipun kayak gitu, kita pasti berhubungan baik kan?"

"Emm, bisa dibilang kayak gitu. Terserah kak Jean mau nganggapnya gimana. Tapi, gue ngerasa hubungan kita emang baik-baik aja" jawab Jena yang langsung memindahkan nasi goreng dari wajan ke piring.

"Ayok makan kak" ajak Jena yang berjalan terlebih dahulu menuju meja makan. Jeano pun menyusul di belakangnya.

"Lo gak makan?" tanya Jean ketika melihat hanya ada satu piring nasi goreng di meja.

"Enggak, lagian mama kak Jean masak ini buat kak Jean"

"Ya udah tinggal bagi dua aja"

"Enggak, Jena masih kenyang. Sedangkan lo kan belum makan"

Akhirnya Jeano pun menurut untuk segera memakan nasi goreng yang sudah dipanaskan oleh Jena.

"Btw, lo kenal mama gue? Lo pasti sering ke rumah gue ya?" Jeano bertanya di sela suapannya.

"Jena sering ketemu mama kak Jean di supermarket. Tapi, dia pernah ngajak Jena ke rumah, sekali" Jena menjelaskan.

"Jadi lo ke rumah gue baru sekali? Berarti kita gak sedeket itu ya?" tanya Jeano lagi yang langsung mendapat gelengan kepala dari Jena.

"Ngga, hubungan kita justru lebih dari itu" jawab Jena dengan suara yang pelan namun masih dapat terdengar oleh Jean.

"Maksudnya... lebih jauh atau lebih deket?"

Kali ini Jena memilih untuk tidak menjawab pertanyaan itu. Membuat Jeano menjadi berpikir keras. Kira-kira apa jawaban diantara pilihan itu?



°°°



"Jena!" Jena langsung menoleh ketika mendengar suara yang tak asing, memanggil namanya.

"ALMAA!!" sambut Jena ketika Alma sudah berada di belakangnya.

"Sutt! Gak usah teriak!"

"Kan gue kangen, lo apa gak kangen sama gue?" tanya Jena dengan nada memelas. Karena memang keduanya belum bertemu kembali sejak lulus dari SMA, dan tentu saja salah satunya karena beda kampus.

"Kangennn" jawab Alma ikut memelas.

"Wahhh, gue jadi ragu nih mau kasih tau lo. Nanti lo bakalan rindu berat" ucap Jena, kini wajahnya terlihat lesu membuat Alma penasaran.

"Emangnya kenapa?"

"Gue... lolos"

"Lolos apa?" tanya Alma lagi karena tidak paham dengan yang Jena ucapkan.

Double J || Haechan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang