12

3.6K 308 57
                                    

Chapter - 12

Ini bukan pertama kali Sila bertemu dengan Shaylee –cucunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini bukan pertama kali Sila bertemu dengan Shaylee –cucunya. Siapa yang menyangka jika selama ini ternyata ia memiliki cucu dari anak laki-lakinya yang sudah bercerai. Pertama kali dipertemukan dengan cucunya itu tentu Sila bercucuran air mata. Perasaannya campur aduk saat tahu dirinya punya cucu lain yang sudah beranjak remaja. Menangis haru dan sedih karena tidak pernah diberi kesempatan untuk menimang Shaylee saat masih bayi. Ia tidak pernah melihat bagaimana wajah mungil Shaylee yang masih merah. Tidak pernah mendengar bagaimana suara tangisan cucunya. Sebagai ibu dan nenek ia juga memberikan protes kepada mantan menantunya yang mengatakan untuk tidak memberitahukan perihal pertemuan mereka pada putranya. Keberadaan cucunya itu harus dirahasiakan dari putranya sampai waktu yang belum ditentukan.

Sila tentu tidak terima. Baginya putranya itu berhak tahu jika sudah memiliki seorang putri. Ia tidak membayangkan bagaimana terkejutnya Arka saat tahu ternyata anaknya itu punya seorang putri dari pernikahannya yang sudah kandas. Ia dengan lantang menyatakan ketidaksetujuan atas gagasan Ayyara untuk merahasiakan kebenaran itu dari Arka. Mantan menantunya itu hanya diam ketika ia mengajukan protes. Begitu cucu dan mantan menantunya itu pulang, Wanda –anak sulungnya itu menegurnya. Mengingatkan kembali bahwa tidak seharusnya dirinya mengajukan protes mengingat apa saja yang sudah terjadi. Sila tersadar. Bahwa semua hal ini terjadi karena putranya sendiri yang membuat ulah.

Namun sekarang, ia tidak perlu khawatir lagi. Putra dan cucunya sudah berkumpul. Shaylee terlihat nyaman sekali dengan orang tua laki-laki yang tidak pernah ditemuinya. Bersyukur sekali bahwa cucunya itu tidak menaruh rasa benci sedikitpun pada ayahnya. Dulu, ia sempat berpikiran negatif kepada mantan menantunya, takut jika Ayyara mempengaruhi Shaylee. Memberitahukan hal-hal buruk saja soal Arka kepada Shaylee. Dan ternyata itu tidak terbukti 'kan?

"Ini dari Mama, Yangti"

Sila tersenyum menerima bingkisan yang diberikan oleh cucunya. Wanita tua itu mengintip dari cela tas kertas yang dibawa cucunya. Ada satu kardus berisi kue bolu. Ternyata mantan menantunya itu masih ingat salah satu makanan kesukaannya.

Sungguh berdosanya ia pernah berpikiran buruk kepada mantan menantunya itu.

"Sampaikan terima kasihnya Yangti ke mama, ya"

Cucunya itu mengacungkan dua jempol. Kemudian keduanya berbasa-basi singkat sebelum akhirnya Shaylee menghampiri Brianna yang datang dari dalam. Kedua gadis remaja itu kemudian bercengkrama membicarakan hal-hal yang mereka gemari. Mata tuanya kemudian menatap pada sang putra. Ia berikan senyum kepada putranya itu. Menyampaikan betapa leganya ia akhirnya Arka bisa menemui putrinya.

***

"Caca, tolong panggil papa ya. Bilang kalau makan siang udah siap"

Shaylee mengangguk pada permintaan tantenya. Gadis itu pun melangkah menuju halaman belakang untuk menjalankan perintah Wanda. Begitu sampai di teras belakang ia bisa melihat siluet ayahnya yang sepertinya sedang berbicang melalui sambungan telepon. Ia pun memutuskan untuk menunggu papanya itu selesai berbincang dengan siapapun yang dihubungi pria itu di seberang sana. Mau tidak mau ia bisa mendengar apa yang papanya itu ucapkan kepada lawan bicaranya di telepon.

CafunéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang