05

28 13 2
                                    

Sabtu pagi ini yang diharapkan hujan ternyata justru cerah-cerah saja. Rena pikir semalam itu hanya mimpi buruk saat Adit mengajaknya untuk jalan, tapi sialnya itu semua hanya harapan Rena yang tak berbobot. Rena hanya bingung diposisi ini, dia tidak mau menimbulkan banyak spekulasi-spekulasi yang tidak-tidak dari teman-teman Sekolahnya. Dia juga malas jika harus menjadi pusat perhatian jika harus dekat dengan lelaki itu.

Tidak, pikiran kalian salah jika menilai Adit seburuk itu. Dia memang seseorang yang sulit ditebak dan suka sekali membuat onar di Sekolah, ada saja tingkahnya yang selalu membuat guru-guru pusing. Tapi meski begitu, Adit merupakan salah satu murid yang berprestasi disana, mungkin dia memang tidak pandai dalam belajar dan juga tidak begitu menguasai materi pelajaran Sekolah, tapi justru Adit begitu menguasai bidang olahraga terutama Futsal. Bahkan dia sudah banyak memenangkan kejuaraan untuk mewakili Sekolah. Katanya, selain di Sekolah, diluar dia juga aktif mengikuti Klub Futsal. Iya, secinta itu ternyata Adit dengan bola.

Karena itulah Rena selalu berusaha menjaga jarak, dan tidak mau peduli dengan sosok Raditya yang katanya tertarik dengannya itu. Rena pusing kalau harus dihadapi dengan tatapan mengintimidasi murid-murid di Sekolahnya nanti terutama murid perempuan. Walaupun penampilan laki-laki itu jauh dari kata rapih. Benar-benar acak-acakan bahkan seragam sekolahnya saja seperti tidak dicuci selama satu bulan, benar-benar lusuh. Namun jangan salah, dia begitu saja banyak fans-nya. Ya, memang si. Rena akui, wajah Kakak kelasnya itu memang tampan. Tapi tenang, tidak setampan Haechan kok, ya jelaslah. Rena akan jauh lebih memilih Haechan Haechannya itu ketimbang manusia ajaib macam Adit.

Kini Rena sedang menunggu kedatangan laki-laki itu didepan rumahnya setelah tadi dia mengirimkan pesan berupa share lock untuk bisa menjemputnya sekarang.

Dari kejauhan Rena sudah melihat kendaraan milik Kakak kelas ajaibnya itu, dari jauh lelaki itu sudah menyapanya dengan senyum tipis yang mampu memabukan siapa saja yang melihatnya.

"Sorry, lama ya?" Katanya yang kini sudah berada dihadapan Rena, belum sempat dia berpikir jernih kini Rena kembali dibuat gila dengan penampilan laki-laki dihadapannya itu, benar-benar berbeda jauh penampilannya di banding di Sekolah.

Dengan cepat Rena menyadarkan dirinya sendiri, jangan sampai Adit menyadari kebodohannya ini. Rena menggeleng pelan sambil tersenyum kikuk yang dibalas senyuman manis Adit.

"Ayah kamu ada?"

Mendengar hal itu Rena sontak gelagapan, mau apa dia? Aduh jangan bilang dia mau masuk lagi, batinnya dengan gelisah.

Benar-benar ajaib, Rena kewalahan dengan segala hal tentang sosok Raditya ini.

"M..mau, mau apa ya, kak?" Tanya Rena gugup saat melihat lelaki itu beranjak turun dari motornya.

"Minta izin ke orang tua lo lah, mau bawa anaknya keluar main. Masa asal kabur aja? Nanti di black list lagi."

"Hah? Apanya yang di black list?" Jawab Rena kebingungan dengan ucapan Adit.

"Nama gua lah"

"Maksudnya?" Rena memiringkan kepalanya tidak mengerti dengan ucapan Kakak kelas ajaibnya ini.

Bukannya menjawab Adit justru terkekeh pelan, "yaiyalah, nanti nama gua di black list dong dari daftar calon menantunya."

"HAH?!"

Tolong. Tolong untuk ingatkan Rena caranya bernapas sekarang. Laki-laki di hadapannya ini benar-benar bahaya. Bahkan saat ini dia tertawa selepas itu setelah mengatakan hal yang membuat gelenyar aneh dihatinya.

Tawa itu, kenapa rasanya Rena ingin melihatnya lebih lama?

"Hey? Tuhkan dikit-dikit bengong, beneran hobi lo ini, ya?"

Rumah SakitWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu