BAB 03

2.2K 225 26
                                    

Bismillahirrahmanirrahim, ayo kita mulai bab tiganya guys.

WARNING⚠⚠⚠

JIKA ADA KESAMAAN ALUR, NAMA, TEMPAT DAN WAKTU SEMUA ITU HANYA KETIDAKSENGAJAAN! KARENA CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AKU DAN YANG PERNAH AKU ALAMI.

KATA KATA DAN MOTIVASI DIDALAMNYA BANYAK AKU AMBIL DARI MEDIA SOSIAL DAN ADA JUGA YANG BIKIN SENDIRI, MAKA TOLONG BIJAK DALAM MEMBACA!!!

Happy reading guys!!!
.
.
.

"Kalau kata Ustadz DR. Syafiq Riza Basmalah, LC., M.A, memakai pakaian syar'i di tengah-tengah teman yang sudah syar'i adalah hal yang mudah. Tapi memakai pakaian syar'i ditengah zaman fitnah dan baju tidak menutup aurat, menyingkap dada, membuka rambutnya adalah hal yang berat"

-Muhammad Arrakha Daniswara-

****

Semua santriwan dan santriwati sudah menyelesaikan shalat ashar berjamaah dengan Gus Rakha sebagai imam. Kini semua santri melanjutkan aktivitas mereka masing-masing seperti menyapu halaman yang memiliki piket sore, membersihkan masjid atau memasak di dapur ndalem yang memiliki piket.

Berbeda dengan Devi, gadis itu berjalan kesana kemari tanpa tujuan. Rasa kantuk dan capeknya seketika hilang setelah dia selesai sholat ashar.

"Kok gue kaya anak orang hilang aja kesana kesini tanpa tujuan," monolognya, sesekali dia melihat sekitar nya yang tengah banyak santri menyapu halaman atau ada yang tengah beristirahat dibawahnya pohon rindang untuk melengkapi hafalannya dengan mushaf ditangannya.

"Ohw iya, kata Mala gue kan harus ke ruangan pengurus pesantren buat nanya gue masuk Diniyah atau TPQ."

Devi melihat sekelilingnya, dia mencari keberadaan Rungan itu. Namun nihil, sepertinya rungan itu tidak ada di area asrama santriwati.

"Eh lo," panggil Devi kepada salah satu santriwati yang tengah menyapu.

"Iya, kenapa yah?"

"Lo tau ruangan pengurus pesantren gak?" tanya Devi.

"Ohw ruangan pengurus pesantren. Tempatnya ada di perbatasan santriwan dan santriwati," jawabnya.

"Oke, thanks." Devi pun berlalu dari sana. Dia menuruni tangga untuk turun dari lantai dua.

Gadis itu berjalan ke arah timur dimana perbatasan itu ada disana. Sesampainya disana, dia melihat banyaknya santriwan yang tengah beraktivitas sama dengan santriwati. Sedangkan mereka yang tidak melakukan aktivitas, mencuri pandang terhadap gadis caktik yang berjalan menuju pintu pengurus pesantren.

"Itu santriwati baru yah?" tanya santriwan dengan rambut kriting dan di atasnya terdapat kopiah yang bertengger disana.

"Kata Mbak Citra sih iya, tadi saya gak sengaja ketemu Mbak Citra di ndalem setelah menghantar santri baru itu,"

"Hushh kalian ini, jaga pandangan." ucap santriwan dengan kulit hitam manis dan senyum yang juga begitu manis.

"Gue udah jaga pandangan By, tapi tuh santri lewat depan mata kan gak sengaja," timpalnya kepada teman sekamarnya.

Istri Nakal Gus AfanWhere stories live. Discover now