BAB 04

2.2K 217 53
                                    

Assalamu'alaikum, kembali lagi bersama ais di sini. Kita langsung aja ke ceritanya yah guys!

WARNING⚠⚠

JIKA ADA KESAMAAN ALUR, NAMA, TEMPAT DAN WAKTU SEMUA ITU HANYA KETIDAKSENGAJAAN! KARENA CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AKU DAN YANG PERNAH AKU ALAMI.

KATA KATA DAN MOTIVASI DIDALAMNYA BANYAK AKU AMBIL DARI MEDIA SOSIAL DAN ADA JUGA YANG BIKIN SENDIRI, MAKA TOLONG BIJAK DALAM MEMBACA!!!

Happy reading guys!!
.
.
.

"Sholat tahajjud itu, adalah senjata paling ampuh untuk mengabulkan segala hajat"

-Muhammad Rafan Athallah-

****

Waktu menunjukkan jam 02.50 semua santri kini terbangun dari tidurnya untuk mengikuti sholat tahajjud berjamaah di masjid. Hari ini malam jum'at, yang berarti sholat tahajjud kali ini akan di imami oleh Gus Rakha. Jika dihari lainnya, maka sholat tahajjud dianjurkan terpisah.

Di kamar Hannam 1, seorang gadis cantik masih terlelap dalam tidurnya berbanding dengan ketiga teman sekamarnya yang sudah bersiap siap untuk berangkat ke masjid.

"Devi, bangun gak lo!" ujar Mala menepuk bahu Devi sedikit keras.

"Lima menit lagi Bunda," katanya.

"Bunda Bunda, lo kira gue Bunda lo apa! Bangun gak, atau gue siram?!"

"La, kita duluan yah." pamit Violeta.

"Eh tunggu," Mala mengambil bantal di tempat tidur sebelah.

Bugh!

Mala melemparkan bantal itu tepat di wajah Devi, "Bangun Devi, kita sholat tahajjud. Lo mau dihukum lagi karena terlambat sholat?!"

"Ah bawel banget sih lo La, bentar lagi gue masih ngantuk!"

"Gak ada! Ayo cepat bangun, sebentar lagi keamanan datang!" timpal Mala.

Devi bangun dan duduk ditepi tempat tidurnya dengan mata sayu baru bangun tidur, "Lo bertiga duluan aja, gue nyusul."

"Tapi lo beneran nyusul kan?" tanya Alifa kepada Devi.

"Iya gue nyusul, gue mau ambil wudhu dulu."

"Yah udah kalau gitu, ayo La kita tunggu Devi di masjid." Violeta keluar lebih dulu lalu disusul oleh Alifa.

"Awas kalau lo gak nyusul!" peringat Mala.

"Iyaa, bawel banget sih lo La!" sahut Devi, Mala pun berlalu dari sana.

Dengan malas dia mengambil mukena nya, sebelum keluar kamar dia memakai kerundungnya terlebih dulu lalu berlalu pergi dari kamar dan menuju kamar mandi.

Dengan jalan sempoyongan, rasa kantuk masih bersarang, Devi tidak memperhatikan jalannya, karena saat ini dirinya bukan menuju kamar mandi santriwati yang berada di ujung lantai satu melainkan menuju kamar mandi yang berdekatan dengan ruangan pengurus pesantren.

Istri Nakal Gus AfanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang