BAB 08

2.4K 301 75
                                    

Holaaa guys, kembali bersama dengan cerita INGA.

Gak mau basa basi lagi guys, kita langsung menuju ceritanya aja.

WARNING⚠⚠

JIKA ADA KESAMAAN ALUR, NAMA, TEMPAT DAN WAKTU SEMUA ITU HANYA KETIDAKSENGAJAAN! KARENA CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AKU DAN YANG PERNAH AKU ALAMI.

KATA KATA DAN MOTIVASI DIDALAMNYA BANYAK AKU AMBIL DARI MEDIA SOSIAL DAN ADA JUGA YANG BIKIN SENDIRI, MAKA TOLONG BIJAK DALAM MEMBACA!!!

Happy reading guys!!!
.
.
.

****

"Tetap pertahankan penampilan kamu, saya lebih suka melihat kamu seperti ini."

Devi yang mendapatkan itu seketika seperti patung. Tubuhnya susah ia gerakkan, matanya terus menangkap wajah Gus Afan yang begitu tampan jika dilihat dari dekat seperti ini. Untung saja, tidak ada santri yang lewat disana, kalau itu terjadi bisa menjadi peristiwa yang menggemparkan. Seorang Gus menyentuh pipi seorang santriwati?

"Saya tahu saya itu tampan, jadi tidak usah melihat saya seperti melihat setan."

Penuturan itu membuat Devi seketika limbung dan oleng, untung saja Gus Afan cekatan dan langsung menyekal lengan Devi agar gadis itu tidak terjatuh.

"Masa iya ada setan tampan gini," gumamnya, sedangkan Gus Afan tersenyum menanggapi.

"Bukankah kamu selalu bilang saya ini setan?"

Devi seketika menggelengkan kepalanya, dia melepaskan pegangan Gus Afan dan sedikit menjauh satu langkah.

"Gus, tadi ada kejadian apa?" entahlah, otaknya seketika tidak konek.

"Kamu melihat setan tampan," sahut Gus Afan.

"Gus dong setannya, kan gue ngelihatin Gus dari tadi eh-" Devi menutup mulutnya, merutuki dirinya yang keceplosan itu.

"Berarti kamu mengakui saya tampan?"

Devi menggeleng dan menjauhkan tangannya dari mulutnya. "Kata siapa? Tadi gue bilang setan, bukan situ,"

Gus Afan terkekeh. "Terserah kamu. Tapi saya menyimpulkan kalau kamu mengakui saya itu tampan,"

"Dih, jadi Gus kok narsis banget!" Devi melipat kedua tangannya didepan dada.

"Udah jam tujuh kurang empat menit," kata Gus Rakha entah datang sejak kapan.

"Astaga!"

"Astagfirullah Devi, bukan astaga." sela Gus Afan.

"Iya, Astagfirullah!" Gus Afan dan Gus Rakha menggeleng.

"Ini semua gara-gara Gus! Kalau gue terlambat masuk dihari pertama gara gara Gus, gue gak akan mau bicara lagi sama Gus meskipun hanya lima menit!" tegas Devi membuat Gus Afan membelalakkan matanya.

"Ini untuk keduanya kalinya. Kalau sampai itu terjadi lagi, ingat apa yang gue bilang." Devi berlari dan pergi dari sana membuat dua orang itu terdiam.

"Rakha," panggil Gus Afan yang tengah fokus melihat kepergian Devi.

"Yaa?"

"Apa saya salah mengajak istri saya berbicara?"

"Salah!" Gus Afan menoleh kearah Gus Rakha penuh pertanyaan. "Waktunya yang salah Afan, bukan kamu yang salah."

"Sepertinya saya harus membuat jadwal waktu untuk berbicara lebih lama lagi bersama istri saya,"

Istri Nakal Gus AfanDonde viven las historias. Descúbrelo ahora