12. Kelopak Wisteria Yang Gugur

125 21 2
                                    


"Murasaki? Apa kau mungkin.. tak lagi menganggapku sebagai teman? Hhehe" Tanya Hotaru dengan ragu ragu

Aku tak menjawab pertanyaannya, aku.. kebingungan. Aku memberi batas teman pada Hotaru bukan hanya karena aku merasa tak pantas. Tapi juga karena sebentar lagi aku pergi menjalankan misi yang tak memiliki batas waktu yang pasti

Yang pasti, misi itu akan memakan waktu yang cukup lama

Tapi.. setelah mendengar perkataan Nyonya Mu tadi, apa aku akan terus menerima misi ini?

Aku terus diam sambil menatap kosong pada Hotaru, mataku mungkin terkunci padanya, namun isi kepalaku tak berpusat padanya

Sampai Hotaru tiba tiba mendekatkan jarak yang ada diantara kami secara perlahan. Saat itu mata biru nya yang dalam dan tenang berkilau penuh dengan pengharapan, seolah menginginkanku untuk tak menjauh sedikitpun

Kedua lengannya kemudian menangkup lembut pipiku. Ia kemudian mencium bibirku dengan perlahan.

Walaupun aku telah menduganya, tubuhku ssepertinya masih tetap terkejut, kedua lenganku sedikit terangkat ke udara dengan canggung sampai akhirnya aku mengistirahatkan kedua lenganku pada pundak Hotaru

Kami terus seperti itu untuk beberapa saat, Rasanya hangat, lembut, dan manis. Apa memang harusnya senyaman ini?

Hotaru kemudian melepaskan tautan diantara bibir kami dan kembali menatapku dengan penuh arti

Saat itu kelopak wisteria gugur yang kulihat dengan ujung mataku terasa begitu lambat sampai menyentuh tanah, apa biasanya selambat itu? Atau waktu hanya melambat bagiku?

Dibelakang kepala Hotaru, cahaya matahari yang masuk melalui sela sela batang dan bunga wisteria membias dengan begitu indah. Apa biasanya seindah ini? Aku tak ingat

"Hotaru.."

"Ya?"

"Apa.. aku boleh seegois ini?" Tanyaku

Hotaru tersenyum dengan manis, senyumannya setara dengan wangi bunga wisteria yang saat ini bermekaran diatasku "Boleh.." jawabnya

Aku lalu memeluk kembali Hotaru dengan erat dan membenamkan wajahku pada dekapannya yang hangat

Hotaru kemudian membalas pelukanku sambil bergumam "Aku tak mengerti apa yang kau maksud dengan egois.. Tapi apapun itu, kuharap kau bisa melakukan semua hal yang kau inginkan"

Mendengar jawabannya, aku semakin mengeratkan pelukanku "Hotaru, aku sepertinya sangat sangat sangat menyukaimu". Hotarupun tertawa setelah mendengar pengakuanku

"Murasaki, ayo jadikan tempat ini sebagai tempat kita bertemu. Ayo kita masuk dan keluar lewat jalur yang berbeda. Jadi tak satupun dari kita yang perlu mendengar omelan ibuku ataupun gunjingan orang lain.." ucap Hotaru, aku pun mengangguk menyetujui rencana itu

Sejak saat itu dalam ingatanku, wangi manis bunga wisteria yang kucium saat angin lembut menerpa wajahku, dan kelopak kelopak bunga yang gugur dengan kecepatan lambat memiliki kaitan yang erat dengan Hotaru, Hotaru-ku.

Aku kembali ke kediaman peracik obat dengan hati yang berbunga bunga. Pejalanan pulang membelah hutan bahkan tak terasa melelahkan

Aku bahkan menambahkan lompatan lompatan kecil dalam langkahku, yaampun. Ternyata ini yang namanya kasmaran

Saat aku sampai di kediaman peracik obat, aku melihat sedang ada kehebohan yang terjadi disana. Kehebohan yang seperti nya membawa kabar baik

"Murasaki! Hana akan menikah dengan Kira!" ucap Tsubaki-nee berteriak girang, dan aku ikut tersenyum lebar sambil berjingkrak riang bersama Tsubaki-nee

The Fallen Petals || Ryomen SukunaWhere stories live. Discover now