˚。⋆26. art competition⋆。

33 15 21
                                    

Assalamu'alaikum, annyeong
Aku udah beres ujian, sisa mikirin pendaftaran dll buat kuliah
Makasih yang udah nunggu 💞

Happy Reading 🔖

Hari ini, Dika kembali mengajak Lauren ke rumahnya. Kali ini, Dika membawa gadis itu ke galeri pribadi yang ada di samping kamar Dika.

Ruangan seukuran kamar itu sangat cantik dihiasi segala sesuatu berbau angkasa. Dinding yang dihiasi dengan lukisan langit malam, dan planet-planet yang terlihat nyata. Langit-langit yang dilukis dengan bintang-bintang, sangat damai.

Di ruangan itu juga terdapat banyak lukisan karya Dika dengan ukuran kecil hingga besar. terdapat sebuah etalase di salah satu sisi dinding yang berisikan berbagai penghargaan yang Dika raih selama ini.

"Dika, cantik bangettt," puji Lauren sambil menutup mulutnya takjub.

"Cantikan Ren."

"Ih, apaan sih, Dika? Kita lagi bahas lukisan, ya!"

Dika terkekeh ringan. "Bener, kok. Lukisan aku nggak seberapa cantiknya kalau dibandingin sama sahabat aku yang visualnya bidadari ini."

"DIKA!"

"Aduh, kok marah? Padahal nanti mau aku tinggal bentar."

"HAH? MAKSUDNYA?"

"Jangan nge-gas, dong. Cuma bentar, kok. Dika mau ikut babak final."

"Di mana?"

"Jakarta."

"SERIUS? KAPAN?"

"5 hari lagi aku berangkat. Nanti adaptasi dulu sehari di sana, baru besoknya lomba."

"AAAAAAAAAA, DIKA KEREN!!"

Dika berjongkok di depan Lauren, lalu ia memegang tangan gadis itu. "Nanti, kalau Dika menang, pialanya bakal jadi hadiah buat ulang tahun Ren yang ke-17 nanti."

ʚɞ

Mentari tampaknya malu-malu untuk memancarkan sinarnya pagi ini. Laras yang baru selesai menyiapkan makanan itu melirik jam dinding di sampingnya. "06.00 KST, ups." Ia reflek menutup mulutnya. "Aigoo, KST? Aishh WIB!" Laras membalikkan badannya dan menaiki tangga menuju kamar Lunna yang semalam juga ia tempati untuk tidur.

Gadis itu terlihat masih nyenyak dalam tidurnya. Maklum, semalam Lunna dan Laras menonton drama Korea hingga pukul 12.30 WIB.

Laras membuka hordeng kamar Lunna. Setelahnya, ia membangunkan gadis itu. "Ireona, Ireona, Chagiya." Laras mengelus rambut Lunna. Tapi gadis itu justru mengubah posisi tidurnya. "Lunna, ireona, Chagiya." Masih tidak ada tanda-tanda Lunna akan bangun.

Laras tersenyum. "Pacarnya, Istrinya Na Jaemin, ireona."

Berhasil, Lunna langsung bangun dan duduk dengan keadaan masih linglung. "Hah? Jaemin? Mana?"

Laras terkekeh. "Semangat banget kalau soal Jaemin, ya." goda Laras. Wajah Lunna berubah masam. "Eommaaa!"

"Sudah-sudah, mandi sana. Katanya hari ini mau ke Jakarta? Besok lombanya, kan?"

Lunna mengangguk. "Nee."

"Nanti abis mandi, Eomma yang make-up Lunna, Eomma siapin baju ganti buat besok di Jakarta, Eomma siapin semuanya, arraseo?"

Rafaelluna's Diary (silent love) Where stories live. Discover now