Becky Pov
Aku masuk ke ruangan itu, mencoba berbicara dengan Khun Freen mencari tahu kenapa dia bersikap begitu pada teman-temanku. Bukankah seorang pendidik harus memiliki sikap profesional dengan pekerjaannya?
Aku pikir apa yang aku rasakan dibalas dengan baik oleh Khun Freen. Aku pikir usahaku tidak sia-sia untuk mendekatinya tapi ternyata Khun Freen mengartikan berbeda dari diriku. Semua yang kita lakukan, waktu yang kita habiskan tidak berarti apa-apa untuknya. Harusnya aku tahu itu dari awal.
"Jangan mengada-ada! Untuk apa aku cemburu. Kita tidak memiliki hubungan apapun. Kamu hanya mahasiswaku. Kamu hanya terlalu sensitif saja."
Perkataannya langsung menusuk jantungku, aku menahan emosiku sekuat tenaga, mataku memanas, aku berusaha tetap tegar namun tidak berlangsung lama. Pertahananku pecah. Buliran bening yang ku tahan akhirnya jatuh juga.
"Tidak, jangan tinggalkan aku!"
Aku menghentikan langkahku. Apa aku tidak salah dengar? Khun Freen memintaku untuk tidak meninggalkannya? Tidak mungkin aku salah dengar. Aku melangkah kembali melanjutkan niatku untuk segera pergi dari tempat itu. Namun tiba-tiba ada tangan melingkar pada pinggangku. Memelukku dari belakang sebelum aku sempat memegang handle pintu untuk membuka pintu tersebut. Tangan Khun Freen.
"Tolong jangan tinggalkan aku..." Pintanya lagi dengan suara lirih, memelukku erat dan menyandarkan dagunya ke bahuku. Kali ini aku percaya bahwa aku tidak salah dengar. Buliran bening itu semakin deras keluar dari mataku.
Freen Pov
"Terima kasih..." Ucap gadis itu mengakhiri pembicaraan kemudian berbalik melangkah pergi berniat meninggalkanku. Secepat kilat aku mencegahnya. Aku kalut ketika dia mulai meneteskan air mata di depanku. Ternyata kata-kataku menyakitinya.
Aku memeluk tubuh mungil gadis itu dengan erat. Kali ini otak dan hatiku sejalan. Aku tidak mau dia meninggalkanku. Suara isak tangisnya terdengar.
"Tolong jangan tinggalkan aku..." Ucapku agar dia berhenti menangis, tapi tidak semata-mata hanya karena itu. Aku benar-benar tidak mau kehilangannya.
Aku menariknya kembali mendekat ke meja kerjaku, aku dudukan gadis itu diatasnya. Menghapus lembut air matanya dengan tanganku.
"Maafkan aku... Tolong jangan menangis..." Kataku, tapi gadis itu masih terisak. Aku menarik kepalanya ke dalam pelukanku. Membelai rambutnya penuh sayang.
"Hatiku sakit mendengar Khun Freen mengatakannya setelah apa yang terjadi diantara kita." Katanya membalas pelukanku, suaranya sangat parau.
Apa gadis ini benar-benar menyukaiku? Tidak, apakah yang aku rasakan ini cinta?
Aku bertanya dalam hati.
"Apa Khun Freen benar menyukaiku?" Tanyanya, mendongakkan kepalanya melihatku berdiri. Sorot matanya meminta kepastian. Dia merenggangkan pelukanku, suara isak tangisnya berhenti, dia mengusap air matanya sendiri. "Apa hanya aku yang merasakan cemburu melihat Khun Freen dekat dengan orang lain? Aku tidak suka anda dekat dengan Khun Bright dan ada mahasiswa yang menggoda anda." Katanya lagi, kali ini aku merasa lega karena kalau dia seperti itu artinya gadis itu sudah kembali normal.
"Aku juga merasakan hal seperti itu, tapi aku tidak menyukaimu..." Kataku membuatnya hampir meneteskan air mata kembali, buru-buru aku lanjutkan perkataanku, "Tapi sepertinya aku mencintaimu." Lanjutku dan sukses membuatnya tersenyum sumringah.
"Aku juga mencintai Khun Freen." Ucapnya dengan cepat, langsung memelukku dengan erat.
"Apa kamu mau menjalin hubungan denganku lebih dari dosen dan mahasiswa?" Tanyaku penuh kehati-hatian.

ESTÁS LEYENDO
11:11 An Angel Number (freenbecky)
Fanfic(21+)❗cerita ini mengandung unsur gxg dan dewasa❗ Freen Sarocha, perempuan tiga puluh tahun yang berprofesi sebagai dosen seni komunikasi memiliki kehidupan yang tidak seberuntung angka kelahirannya sampai akhirnya Becky Armstrong, mahasiswa pindaha...