5.

108 15 4
                                    

Sean menepati janjinya, dia membawa pasien nya itu untuk tinggal di apartemennya untuk sementara. Tak lupa dia juga sudah mengajukan cuti untuk beberapa hari ke depan.

Semuanya berjalan lancar, ibu yibo mengijinkan nya dengan mudah, jika itu demi kesembuhan putra tunggal nya. Selama beberapa hari tinggal bersama yibo, sean sama sekali tidak pernah melepaskan senyum yang terpatri di wajah rupawannya.

Setiap tingkah laku yibo, merupakan sebuah hiburan tersendiri untuk Sean, cara ketika pemuda itu merajuk, tertawa bahkan sampai tidur tanpa lihat tempat. Itu menjadi penghiburan tersendiri untuknya, untuk seseorang seperti dirinya.

Sean merasa begitu bahagia selama tinggal bersama pasien nya, siapa yang akan menduga jika pasien yang harus di sembuhkannya secara tidak langsung membantunya untuk menyembuhkan luka tak kasat mata di jiwanya. Sean tidak lagi merasa kesepian, bersama dengan yibo, Sean bisa mengungkapkan apa saja yang ada dalam benaknya. Tanpa harus merasa malu. Dan beruntung nya yibo juga menunjukkan kemajuan atas terapi yang ia berikan, dan itu membuat sean sangat senang.

Tidak terasa 5 hari sudah terlewati dengan cepat, sean yang merasa nyaman tinggal dengan yibo mulai merasakan perasaan yang berbeda dari sebelumnya.

Dia berdiri lama menatap kalender yang telah di tandai oleh pasien nya itu, terlarut dalam pemikiran tak menentu membuat sean tak menyadari kehadiran seseorang yang sedari tadi memanggil nama nya.

"Sean ge!" Panggil yibo sedikit mengguncang tubuh tegap itu. Sean akhirnya tersadar dari lamunannya, ia menoleh ke arah sumber suara, dan melihat roommate nya itu tengah cemberut.

Dengan tatapan teduh dan senyum tipis sean pun bertanya"Ada apa dengan aibo ku? Kenapa cemberut seperti itu heum?" Yibo menyilang kedua tangannya didada dan menatap pria di depannya, serius.

"Apa yang gege pikirkan? Kenapa gege serius sekali?"bukannya menjawab yibo malah balik bertanya dengan penuh selidik. Sean terkekeh pelan sebelum menjawab. "Tidak ada. Gege hanya penasaran. Kenapa kau membuat tanda di kalender?"

"Uh? Ahh itu,,, gege lihat, tanggal 7.... itu adalah hari terakhir ku tinggal di sini" Ucap yibo sedih. Sean yang menyadari perubahan kecil itu, lantas mengambil kedua tangannya dan menggenggamnya.

"Aibo..." Sean menatap yibo sendu, manik berbeda warna itu akhirnya beradu. Banyak hal yang tak bisa disampaikan secara lisan tapi tersirat jelas lewat jendela hati mereka.

"Aibo/Sean ge" Ucap keduanya bersamaan. "Sean ge..." Sean bergeming, dia menunggu pemuda itu melanjutkan kalimatnya. Yibo menghela nafas pelan, "ibo lapar"

Kryukkkk....

Suara cacing demo dari perut pemuda itu pun menjadi pemecah keheningan, yibo nyengir tanpa dosa. Sementara sean diam seribu bahasa, suasana menjadi canggung seketika. Tapi panggilan alam itu tak juga berhenti, hingga sean pun meledakkan tawanya dan yibo menunduk dengan wajah memerah, malu.

"Apa kau sangat lapar aibo?" Tanya sean setelah meredakan tawanya. Yibo tak menanggapinya, ia memilih langsung pergi ke dapur dengan sean mengikuti di belakangnya.

Yibo duduk di pantry, sementara Sean memakai apron nya dan menyiapkan bahan untuk mulai memasak sarapan untuk mereka berdua. Saat sean tengah pokus dengan masakannya, tiba-tiba ia merasakan ada yang memeluk pinggangnya, erat.

"Tunggu sebentar, masakan hampir selesai"

"Zhan ge..." Sean mematung di tempatnya. Ia lekas mematikan kompor dan langsung berbalik, menatap yibo rumit.

"Kau bilang apa tadi?"

"Zhan ge..."

"Yibo dari-"

"Zhan ge.... Hari ini adalah hari terakhir ibo menjalani terapi" Sean bergeming, ia menatap yibo tanpa berkedip. "Kenapa aibo bilang seperti itu, bukannya itu masih 2 hari lagi?"ucap sean lirih, amat lirih.

Perfect Doctor with Naughty PatientWhere stories live. Discover now