OSSF • 4

6 2 1
                                    

Terhitung sudah seminggu Aru memasuki SMA BUDI BANGSA. Kini kembali ke hari Senin, dimana para murid beserta guru akan melaksanakan upacara bendera. Dan hal itu juga, membuat sebagian murid merasa malas untuk upacara.

Sebab, cuaca yang begitu terik hari ini membuat murid-murid malas untuk melaksanakan kegiatan upacara. Ditambah pidato sang kepala sekolah yang sangat panjang.

Sama halnya dengan Tara yang kini dengan malas mengambil sebuah topi didalam tas begitu mendengar suara bel berbunyi. Sesudah mendapatkan topinya ia langsung memakainya.

Tara menatap wajah sahabatnya yang hari ini sangat tidak enak dipandang. "Heh! Kenapa lo? Masih pagi udah jelek amat tuh muka."

Lily dan Vivy pun sontak langsung melihat ke arah Aru yang sedari tadi terus menunduk. Aru menatap mereka satu persatu dengan wajah murungnya, ia bahkan tak mengucapkan apapun hanya menghela nafas dan kembali menunduk.

Tara mendengus melihat hal itu, ia langsung menarik Aru untuk segera keluar dari kelas dan menuju lapangan. "Udah deh, muka lo tuh nggak usah di gituin. Tambah jelek tau nggak."

Aru langsung saja memukul bahu Tara sedikit keras. "Sialan, Lo!" Umpat Tara sambil memberikan tatapan tajam ke arah Tara, yang malah di acuhkan oleh gadis itu.

Sedangkan si kembar hanya mengekori mereka berdua di belakang.

Hingga sampai di lapangan keempat-nya langsung mengambil barisan yang dekat dengan pohon untuk melindungi mereka dari sinar matahari yang terik ini.

Tak lama kemudian sesi kegiatan upacara bendera pun dimulai. Sampai dimana pak Dendi, selaku kepala sekolah untuk berpidato menyampaikan pesan moral kepada murid-murid.

"Jadi, semoga apa yang bapak sampaikan tadi bisa di laksanakan dengan baik."

Murid-murid yang sudah mengira pak Dendi selesai berbicara akan bersorak gembira. Namun, ekspektasi mereka terlalu tinggi. Karena pak Dendi kembali berbicara di atas sana.

"Oh iya, ada satu hal yang belum bapak sampaikan. Yaitu, ucapan selamat dan terimakasih atas murid-murid yang sudah mengikuti olimpiade dan membawa piala untuk sekolah ini. Di persilahkan kepada murid-murid yang sudah mengikuti olimpiade untuk naik ke atas dan berdiri di samping saya."

Tiga orang murid berjalan menuju tempat pak Dendi berada. Murid-murid disana memperhatikan tiga murid tersebut. Banyak tatapan yang mereka berikan untuk tiga orang tersebut.

Termasuk Aru yang kini juga ikut menatap ke arah mereka bertiga. Dan pandangannya jatuh pada sosok siswa yang ikut berjalan bersama dua siswi itu. Maniknya menatap lekat pada sosok tersebut.

"Beri tepuk tangan untuk mereka bertiga!" Seru pak Dendi di ikuti dengan tepuk tangan yang cukup meriah.

Pak Dendi tersenyum bangga melihat tiga orang muridnya. "Bapak ucapkan terimakasih kepada Alisa Cloudine yang sudah mengikuti olimpiade Biologi, Tiara Ramadian yang sudah mengikuti olimpiade sains, dan terakhir Athan Saskara yang sudah mengikuti olimpiade matematika tingkat nasional."

Aru yang tadinya murung kini tersenyum setelah mengetahui nama sosok siswa tersebut. Namun, senyumannya luntur begitu mendengar ucapan yang keluar dari beberapa murid.

"Cih, kenapa sih si miskin itu terus yang selalu jadi kesayangan mereka."

"Gue juga muak liat mereka Mulu yang maju."

"Apalagi si miskin itu, gue benar-benar muak liat mukanya yang sok."

Aru mengerutkan keningnya. Ada apa dengan mereka? Jika iri, ya saingi. Tidak usah sampai menjelek-jelekkan seperti itu

Aru mendengus keras. Rasanya ia ingin membalas perkataan murid-murid yang sudah berkata seperti itu.

"Cih, bilang aja kalian iri. Dasar kutu kupret!" Aru hanya bisa berucap dalam hati. Tidak mungkin juga ia membalas perkataan mereka. Sedangkan disini ia posisinya masih murid baru, dan ia hanya takut di cap sok pahlawan oleh mereka.

💐💐💐

Aru dan ketiga sahabatnya kini sedang makan di kantin. Kantin selalu ramai akan murid-murid yang ada di sekolah ini. Aru memperhatikan sekitar kantin sambil memakan bakso kuahnya.

"Eh btw, kak Athan manis juga ya kalau di lihat-lihat." Celetuk Vivy seraya menyendokkan nasi goreng ke mulutnya.

Aru yang awalnya masih memperhatikan sekitar kantin langsung mengalihkan pandangannya ke arah Vivy. Tara mengangguk setuju akan ucapan Vivy, sedangkan Lily hanya menyimak pembicaraan mereka.

"Emang sih, gue dari dulu kalau ngelihat tuh orang kek manis banget woi."

"Emang, kak Athan itu kelas berapa sih?" Pertanyaan dari Aru menyebabkan Tara dan Vivy langsung menatap dirinya.

"Oh lupa, Lo kan nggak tau ya." Tara mengangguk lalu mendekat ke arah Aru yang berada disebelahnya. "Jadi, kak athan itu kelas XII IPA 1. Dia itu termasuk orang yang pendiam, tapi ramah senyuman. Dia juga kadang dapet gunjingan sih dari beberapa siswa. Ya, you know lah siswa disini tuh iri sama kak athan. Dia juga orangnya nggak pernah tuh nginjak kakinya di kantin, pernah sih sekali cuman dia malah di bully sama siswa disini cuman karena dia miskin. Parah kan?"

Aru mengangguk setuju. Dia juga masih kesal dengan murid yang sudah mengatai Athan tadi dibarisan.

Kantin yang tadinya riuh kini menjadi semakin riuh akibat kedatangan segerombol siswa yang memasuki kantin. Ada sekitar lima orang siswa, dimana salah satu dari mereka berjalan paling depan dengan penampilan yang bisa dibilang berantakan. Baju yang di keluarkan, kancing dua teratas di buka menampilkan kaos hitam dan rambut yang acak-acakan. Seperti siswa yang nakal.

"Mereka siapa sih?" Tanya Aru yang masih menatap ke arah segerombolan siswa tersebut.

Saat Tara akan menjawab, Vivy sudah duluan berbicara. "Jadi, mereka itu bisa di bilang most wanted SMA Budi Bangsa. Nah, yang jalan paling depan itu ketua basket SMA sini. Namanya kak Gilang Anggara putra, kelas XII IPA 3."

"Oh." Jawab Aru dengan singkat. Karena ia sudah tidak tahu lagi berkata apa. Jadi hanya jawaban itu saja yang di keluarkannya.

"Ih, Aru nyebelin banget. Masa jawabnya cuma gitu doang?" Vivy menatap sebal ke arah Aru yang kini menampilkan cengiran lebarnya.

"Maaf, abisnya gue bingung. Jadi ya, gue jawabnya gitu doang." Jawab Aru seraya mengambil minumannya. Ia sudah selesai memakan bakso kuahnya itu.

Manik kecoklatan itu masih menatap para siswi yang masih histeris dengan kedatangan kelima siswa itu. Aru akui kalau kelima siswi itu tampan. Tapi tak membuat Aru langsung tertarik, sebab ada yang lebih menarik dari mereka.

"Yuk masuk kelas, bel udah bunyi tuh." Ajak Tara seraya beranjak dari duduknya di ikuti oleh Lily yang sudah berjalan duluan.

Memang bel masuk sudah berbunyi dan membuat beberapa murid beranjak dari kantin ini.

Keempat gadis itu lantas berjalan beriringan menuju kelasnya. Dengan di selingi obrolan dan perdebatan yang terjadi antara Aru dan Tara. Membuat kedua gadis itu kejar-kejaran di koridor.

Membuat beberapa murid yang belum masuk kedalam kelas melihat ke arah kedua gadis itu.
Meninggalkan si kembar yang hanya bisa menggeleng melihat tingkah laku kedua sahabatnya.

Dalam hati si kembar sih, "Bukan sahabat gue."

💐💐💐

TBC....

Jangan lupa buat tinggalkan jejak dengan cara vote and komen yaa.

See youuu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One Set Sweet Flowers [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang