Chapter 10

2 1 0
                                    

Sohyun POV.

Kakak perempuanku bilang aku mengalami lucid dream setelah aku menceritakkan mimpi burukku yang sering terulang kepadanya, aku memberitahunya bahwa dalam mimpi buruk itu aku tahu diriku sedang bermimpi dan hapal setiap kejadian yang akan terjadi di mimpi itu. Hanya saja bukankah seseorang yang sedang mengalami lucid dream dapat mengendalikan mimpinya? Sementara aku tidak bisa, seolah dalam mimpi itu aku hanya dijadikan sebagai penonton untuk menyaksikan seorang gadis tertabrak mobil.

Aku tidak bisa mengubah apapun di dalam mimpi itu, bahkan aku juga tidak bisa bergerak, aku hanya diam di halte bus dan menyaksikan seorang gadis tertabrak mobil beberapa meter dari tempatku berdiri.

Di mimpi itu aku tidak bisa melihat wajah gadis malang tersebut, wajahnya buram sementara bagian tubuhnya yang lain terlihat jelas. Aku juga tidak bisa melihat wajah si pengendara mobil karena alasan yang sama, tentu aku merasa kesal karena tidak bisa melihat wajah mereka berdua.

Lalu sesuatu terlintas dalam pikiranku setelah mengetahui apa yang terjadi kepada dua belas teman laki-lakiku.

Mungkinkah mimpi buruk itu ada kaitannya dengan hantu yang menakuti aku dan juga teman-temanku? Mengingat gadis dalam mimpiku juga memakai seragam sekolah yang sama sepertiku, itu artinya gadis dalam mimpiku juga bersekolah di tempat yang sama denganku.

"Hyun! Mau ketoprak nggak?" Jihoon bertanya dengan nada kencang supaya suaranya dapat terdengar olehku, aku sedang dibonceng olehnya menuju kosan.

"Mau!" jawabku tidak kalah kencang.

Sepeda motor yang dikendarai oleh Jihoon berhenti tidak jauh dari sebuah gerobak milik pedagang ketoprak, aku turun lebih dulu lalu melepas helm. Tidak banyak pembeli di sana, jadi tidak butuh waktu lama untuk kami mengantri. Aku dan Jihoon duduk di sebuah bangku panjang, menunggu ketoprak kami selesai dibuat.

"Dulu gue sering dateng ke sini sama cewek gue." Jihoon tiba-tiba bercerita.

Aku baru tahu Jihoon punya pacar, karena saat di sekolah dia tidak pernah terlihat dekat dengan gadis manapun. Atau mungkin pacarnya beda sekolah dengan kami? Maka karena rasa penasaran aku bertanya padanya.

"Cewek lo satu sekolah sama kita?"

Jihoon menggeleng dengan tatapannya lurus menatap ke arah jalanan. "Enggak, dia sekolah di SMA lain."

"Oh, siapa namanya?"

"Hyeri, Jeon Hyeri. Dia suka banget ketoprak yang dijual di sini, katanya ketoprak di sini lebih enak dari yang dijual di tempat lain."

Penjual ketoprak menyimpan dua buah piring berisi ketoprak di depanku dan Jihoon.

"Kalian masih sering ke sini?" tanyaku yang lalu menyuapkan sesendok tahu dan kerupuk yang dilumuri bumbu kacang.

"Udah enggak sejak dua tahun lalu."

"Oh?" aku sedikit terkejut mendengar jawabannya. "Kenapa?"

"Dua tahun lalu..." ada jeda sebelum dia kembali berbicara, matanya menatap lurus ke arah jalanan yang tidak jauh dari kami. Aku tidak tahu kenapa dia beberapa kali menatap ke arah sana sejak kami duduk, mungkin karena dia suka melihat kendaraan yang berlalu-lala— "Hyeri meninggal di jalanan itu." Jihoon menunjuk ke arah jalan yang sejak tadi ia perhatikan, sekarang aku tahu alasan mengapa dia sering melihat ke arah sana. "Karena kecelakaan, motor yang dikendarainnya ketabrak sama motor lain. Dan di depannya ada truk, Hyeri—" aku menepuk pundak Jihoon, membuatnya berhenti bercerita. Tanpa mendengar kelanjutan ceritanya aku sudah bisa menduga apa yang terjadi kepada Hyeri.

The Mystery Of a Girl's Dream || TREASUREWhere stories live. Discover now