Chapter 20

2 1 0
                                    

10. Doyoung melihat ada darah keluar dari cermin kamar mandinya, saat aku masuk ke kamar mandi itu dan melihat cermin, aku mendengar suara teriakan perempuan. Kejadian itu mengingatkanku pada mimpi Jihoon, dalam mimpinya ia juga mendengar suara teriakan perempuan di dalam kamar mandi,  juga melihat sebuah kalimat yang ditulis menggunakan darah (kalian semua akan mati).

Sohyun menutup buku tulisnya setelah menambahkan kejadian pagi tadi ke daftar yang ia beri judul 'Kasus Teror Hantu' yang ia buat beberapa hari lalu.

Setelah kejadian di kamar mandi tadi pagi, Sohyun jadi sedikit menjaga jarak dari Junkyu karena merasa canggung. Akan ada semburat berwarna merah di pipinya jika kembali teringat dengan kejadian itu, lebih tepatnya ketika Junkyu membalas pelukannya.

Pertanyaan Haruto saat di ruang tengah kosan membuat Sohyun takut pemuda bertubuh tinggi itu akan membocorkan rahasianya, tentang ia yang menyukai Junkyu, meskipun itu sudah tidak bisa dibilang sebagai rahasia lagi karena Haruto dan Jeongwoo sudah mengetahuinya.

"Young, pinjem pulpen."

Sohyun mendongak setelah mendengar suara Haruto, pemuda itu sedang berdiri di depan bangku Wonyoung.

"Miskin amat sih lo sampe segala hal pake pinjem, jangan-jangan otak lo itu juga hasil pinjem makanya nilai lo selalu jelek?"

Ucapan Wonyoung memang terdengar kurang ajar, bahkan Haerin sampai menegurnya. Tapi mau sekasar apapun perkataan Wonyoung, itu tidak akan memudarkan senyum Haruto.

"Kalau otak bisa dipinjem sih mending gue pinjem otaknya Giselle, tapi sayangnya nggak bisa. Gue selalu dapet nilai jelek karena yang memenuhi otak gue bukan rumus-rumus Fisika, tapi lo. Pikiran gue isinya tentang lo semua, nggak ada tempat buat hapalan pelajaran."

Sohyun, Minji dan Haerin menjatuhkan rahang mereka, sementara Wonyoung memutar bola matanya malas. Sohyun cukup kagum dengan keberanian Haruto dalam mengungkapkan perasaannya, meskipun tahu gadis yang disukainya tidak akan peduli mau semanis apapun perkataannya.

"Belajar yang bener! Jangan gombal mulu dibanyakin! Tipe gue cowok yang pinter, jadi kalau lo bego mending mundur." Wonyoung mengibaskan tangannya, meminta Haruto untuk pergi.

Sohyun membayangkan jika dirinya ada di posisi Haruto, maka ia akan pergi karena merasa tersinggung. Tapi Haruto tidak begitu, pemuda itu masih berdiri di dekat Wonyoung dengan tersenyum, seolah tidak merasa terganggu dengan ucapan gadis itu.

"Gue bakal jadi pinter biar disukain sama lo, karena itu sekarang gue mau belajar, karena sekarang lagi jam kosong gue mau ngerjain latihan soal, tapi pulpen gue ilang. Makanya gue ke sini buat pinjem pulpen, temen-temen gue pada nggak punya cadangan pulpen soalnya."

Wonyoung mendengus, sadar bahwa mengusir Haruto tidak akan ada gunanya. Maka dengan kesal ia mengambil sebuah pulpen dari dalam kotak pensilnya, lalu memberikannya kepada Haruto supaya pemuda itu cepat pergi dari hadapannya.

"Thank's, bakal gue balikin kok, kalau inget." Haruto kembali ke bangkunya.

"Kapan sih dia pernah balikin alat tulis gue?" gumam Wonyoung dengan kesal. Ketiga temannya hanya menanggapi dengan tawa.

"Lo nggak mau gitu buka hati buat dia?" tanya Haerin, dia sendiri bosan melihat bagaimana cara Haruto mendapatkan hati Wonyoung yang sama sekali tidak menghasilkan apapun.

Bukannya membuat Wonyoung menyukainya, sepertinya Haruto malah membuat gadis itu ilfil padanya.

"Buat dia?" Wonyoung mendengus geli. "Dia bukan tipe gue."

"Gue saranin lo jangan terlalu benci sama dia, soalnya rasa benci dan cinta itu beda tipis, bisa aja benci lo itu berubah jadi cinta." Minji mengingatkan.

The Mystery Of a Girl's Dream || TREASUREWhere stories live. Discover now