25. Twins Life

5 1 0
                                    

Regan menatap Ganta yang kini tengah berbaring di sofa seraya memejamkan mata. Di sana, Ganta mendapati luka di wajah serta sisi bibirnya. Entah apa yang dilakukan anak itu sebelum pulang ke rumah.

Kakinya terayun menuju kamar. Sepertinya ia akan membersihkan diri dahulu karena sudah bau keringat akibat menjalankan masa hukuman yang belum juga usai.

Selama menaiki anak tangga, Regan menatap Ganta yang masih setia terpejam dengan deru nafas yang teratur. Sampai akhirnya ia hilang dibalik pintu menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar tidurnya.

Beberapa menit kemudian, Regan selesai membersihkan diri. Ia mengusuk rambutnya menggunakan handuk karena masih cukup basah. Pakaian yang dikenakannya hanya kaos pendek biru gelap dengan celana training hitam panjang. Ia tak akan memperlihatkan luka yang ada pada kakinya di hadapan Ganta. Cukup ia saja yang tahu luka itu.

Ya, dibandingkan memberi luka di bagian tangan Regan lebih suka mencoretnya di bagian kaki. Karena luka itu dapat disembunyikan dengan rapat tanpa terlihat orang lain. Karena kesehariannya yang menggunakan celana panjang, baik di sekolah maupun di rumah.

Beruntung saat ini tubuhnya sudah lebih baik, jadi ia tak akan terlihat lemah dihadapan Ganta.

Ketika menuruni anak tangga, Regan melihat Ganta yang sudah terduduk di sofa dengan netra yang masih menyipit. Sepertinya Ganta memang baru saja bangun dari tidurnya.

"Baru banget bangun?" tanya Regan ketika sudah dipijakan tangga terakhir.

"Iya, ni. By the way gue laper, Tar. Pesenin sesuatu gitu, biar cacing di perut gue gak demo."

Tanpa kata, Regan memesan makanan yang menjadi langganan mereka melalui ponselnya. Ia juga tak lupa membayar lewat transfer.

Hidup mereka kelewat mandiri. Meski masih mendapat sokongan uang dari kedua orang tuanya, baik Regan atau Ganta sangat bisa mengandalkan diri mereka saat-saat seperti ini. Entah itu makan, membeli pakaian, bahkan membeli keperluan sekolah, dan membeli perabot rumah yang mereka tempati ini.

Anggini sebagai ibu saja sudah layaknya orang asing bagi mereka. Karena tak ada peran ibu yang setia mengayomi anak-anaknya. Baik dalam hal mendidik di rumah, berbagi cerita, atau mencampuri urusan sekolah. Datang ketika pembagian rapot atau hanya ketika sedang ada masalah. Itu saja seperti terpaksa jika Anggini diharuskan datang ke sekolah.

Kalau Dalvi, peran ayah yang otoriter. Segala sesuatunya harus dipatuhi dan taati setiap aturan yang dia buat. Tak ada yang boleh membantah meski terkadang aturan itu sangat di luar akal mereka berdua. Dalvi memberikan uang, tapi harus ada hal yang dibayar. Seperti mempertahankan prestasi akademik di sekolah tanpa mempermalukan dengan nilai rendah. Dalvi akan sangat bangga dengan nilai itu dan untuk dijadikan ladang pamer pada rekan-rekan bisnisnya. Dalvi memperlakukan anak-anaknya bagaikan boneka. Bergerak karena dikendalikan. Jika hal-hal demikian tidak ada diaturannya atau dengan kata lain membangkang, itu akan diasingkan, dicaci maki, bahkan disiksa baik itu tamparan maupun sebuah tinjuan.

Baik Regan atau Ganta sudah sangat kebal dengan cercaan itu setiap saat. Mereka sama-sama saling menguatkan, ketika kedua orang tua mereka memberikan tekanan atau mengabaikan suatu keadaan. Jadi alhasil, seperti ini lah mereka.

Jika kalian ingin tahu, kenapa mereka seolah terikat dengan kedua orang tua yang sama, maka jawabannya adalah mereka bersaudara, yakni saudara kembar.

Tak ada yang tahu bahwa mereka berdua orang yang berbeda kecuali kedua orang tua mereka. Karena baik Dalvi dan Anggini sama-sama menyembunyikan fakta itu. Jika yang satu berulah, maka ada cadangan yang lain untuk menutupi. Sebisa mungkin kehadiran mereka tidak sampai ke hadapan publik. Bahkan rekan bisnis Dalvi saja tak tahu jika dirinya memiliki dua anak kembar. Reputasi adalah segalanya bagi Dalvi.

***

Regan dan Ganta makan dalam diam. Mereka sama-sama menikmati santapan mereka di meja makan, tanpa pembicaraan yang serius.

Beberapa menit setelahnya, Regan menyimpan wadah kotor di wastafel dengan kembali lagi duduk bersama dengan Ganta di seberangnya. Ia menatap Ganta yang masih setia minum hingga tandas.

"Lo mau ngomong apaan, Tar? Dari tadi liatin gue mulu."

"Berantem lagi? Kali ini soal apa?"

Hembusan nafas berat keluar dari mulut Ganta. Hidup mereka memang tak jauh-jauh dari masalah sepertinya.

"Soal Roger, Tar. Dia nemuin gue di jalan tadi. Beruntung gue pake jaket, jadi dia gak tau lokasi seragam gue yang sekarang. Masih salah paham dan tanpa aba-aba langsung nonjok gue. Jelas aja gue bales, karena gue gak mau bonyok gara-gara dia. Kayanya juga dia gak tau kalo lo masih di sekolah tadi. Makanya pas ketemu gue, dia gak curiga dan malah langsung ngajak adu jotos."

Regan mengangguk menatap Ganta.

"Dia bareng ceweknya atau sendiri?"

"Sendiri. Beruntung aja gak bawa temennya. Karena kalo iya, gue bisa abis dikeroyok." Ada jeda sebentar ketika Ganta kini menyuapkan permen rasa mint ke dalam mulutnya. Sampai akhirnya ia berbicara lagi, "Gue pengen nemuin tuh cewek, tapi gue gak tau sekolah di mana. Apa jangan-jangan di sekolah yang sama?"

"Bukan, deh. Kalo iya pasti Roger bawa ceweknya terus kalo pas ke kantin. Tapi ini enggak."

"Emang ngeselin ya, itu cewek. Nyusahin aja. Eh, Tar, gimana perkembangan lo sama si Tata. Ada kemajuan gak?"

"Lumayan. Hari ini cukup banyak momen sama dia."

"Wess, kayanya sebentar lagi ada yang jadian, ni."

"Do'ain aja."

Ganta terkekeh mendengar perkataan seperti itu dari Regan. Lucu sekali melihat kembarannya itu yang tengah dimabuk asmara. Karena ini pertama kalinya Regan menyukai seseorang. Sungguh menggemaskan.

Ganta berharap, Regan bisa menemukan kebahagiaannya bersama dengan Thalia. Karena ia tahu Thalia perempuan baik-baik. Untuk itu ia rela menyerahkan Thalia bersama dengan Regan.

Tapi yang menjadi pertanyaannya, apakah Thalia akan menerima Regan dan kehidupannya jika tahu mereka telah membohongi semua orang termasuk Thalia itu sendiri?

Karena mereka adalah pembohong handal. Semua kehidupan yang dialami mereka hanya kepura-puraan. Seolah mereka tengah berperan memainkan sebuah drama. Untuk itu mereka takut jika saat itu tiba dan terbongkar, akan 'kah semuanya menerima mereka?

________

Terima kasih ❤

01-04-2024

Exchange (On Going)Where stories live. Discover now