28. Kembali ke Posisi Awal

3 1 0
                                    

Selama Tara bercerita, tanpa sadar Ganta menitikan air matanya. Ia tak sanggup bila semua kejadian itu awalnya dari kerusakan keluarganya sendiri. Pihak kedua orang tua yang abai akan perasaan kedua anaknya. Keegoisan mereka menimbulkan banyak luka untuk Ganta juga Tara.

Jeron yang mendengarnya pun seakan ikut terpukul. Kini ia tahu, kenapa Ganta begitu bringas jika ada yang memancing amarahnya. Kurangnya perhatian dan kasih sayang membuat sahabatnya itu menjadi sosok yang menakutkan.

"Selama ini kalian nutupin dari gue soal ini. Terutama lo, Gan, kenapa? Paling enggak, kalo lo gak bisa cerita ke Faldi atau Angga, lo bisa cerita ke gue. Lo paling tau gue kaya gimana, Gan."

Regan menghapus bekas air matanya dan tersenyum menatap Jeron. "Gue gak mau nyusahin lo atau pun kalian. Biar aja luka ini gue dan Tara yang nanggung. Kalian cukup liat gue dengan tingkah konyol dan bringas. Gak ada Regan yang menyedihkan."

Jeron merentangkan tangannya dengan lebar. Bermaksud menyambut pelukan hangat untuk mereka.

Lantas, Ganta terkekeh dan segera menghambur ke dekapan Jeron. Memang, dibandingkan dengan Faldi dan Angga, Jeron lah yang paling dekat dengannya.

"Lo gak mau pelukan juga sama gue?" tanya Jeron menatap Tara dengan senyum jahil.

Tara melihat itu mendengkus, tapi tak ayal ikut tersenyum dan menghambur ke pelukan Jeron. Dan mereka bertiga pun berpelukan dengan senyuman yang terpatri di bibir masing-masing.

***

"Lo nginep aja, lah, di sini!" ujar Ganta pada Jeron.

Jeron menatap Ganta seraya tersenyum jahil. "Lo kangen 'kan sama gue?"

Ganta memiting leher Jeron diringi dengan tawa renyah.

"Sialan! Lo emang bestie banget, ya. Sampe isi hati gue aja lo tau."

"Anjir, woy! Sesek nafas gue."

Ganta melepas pitingan tangannya dari leher Jeron. Ia menatap Jeron dengan puppy eyesnya agar Jeron mau menginap bersamanya.

"Gak bisa nolak gue kalo kaya gini. Gue balik bentar tapi, mau ambil buku sama baju seragam. Ntar gue ke sini lagi."

"Bener lo, ya?"

"Iya, Regantara. Kelakuan lo udah kaya ditinggalin sama bini aja."

Ganta hanya terkekeh menatap Jeron. Ia memang begitu jika bersama sahabatnya satu itu. Bahkan tanpa ragu menunjukkan sikap manja dan kekanakannya dengan Jeron.

Tara yang baru saja selesai membersihkan diri, menatap Jeron yang kini berdiri dengan tas ransel di pundaknya.

"Mau ke mana?"

"Gue mau balik dulu. Ni, anak satu minta gue nginep. Mau ambil seragam sama buku doang ke rumah."

Tara pun mengangguk paham dan mempersilahkan Jeron untuk pergi. Ia beruntung sekali mengenal Jeron. Karena dia sangat bijak atas penjelasan yang ia dan Ganta beri.

Jeron tak membuatnya dan Ganta merasa terpojok atau Jeron sendiri yang merasa tersakiti karena sudah dibohongi mereka berdua. Justru seorang Jeron ikut merasakan sakit dan terpukul dari cerita yang diucapkannya.

Jeron sangat memahami posisinya dan Ganta. Bahkan dia sendiri merasa kesal dengan Dalvi dan Anggini yang sampai saat ini masih juga belum memiliki rasa empati terhadap kedua anaknya. Jeron benar-benar sahabat yang sangat tahu isi hati orang lain. Dia peka dan perasa.

Tara sangat bersyukur atas kehadiran Jeron di hidupnya dan Ganta. Namun, ia juga bersyukur memiliki sahabat yang masih terus setia seperti Faldi dan Angga. Bahkan mereka juga dengan sigap menanyakannya mengenai perubahan sikap.

Mereka seperti itu berarti memang karena sudah dekat dengan Ganta. Jadi ia tak merasa tersinggung dengan kalimat mereka yang merasa jika ia ini berbeda. Yang memang kenyataannya ia dan Ganta dua orang yang berbeda. Dan kini, ia masih merasa bersalah dengan mereka berdua mengenai kebohongannya. Apakah jika mereka mendengarkan penjelasan darinya dan Ganta, akan menerima semua itu?

***

Pagi hari telah tiba. Tara yang memang sudah bangun duluan kini tengah menyiapkan sarapan di dapur. Ia memang sudah lihai untuk berkutat di depan kompor. Bahkan ia juga sempat membuat zuppa soup dengan isian keju juga ayam cincang di dalam oven.

"Tar, lagi buat apaan?" Ganta yang masih memakai setelan santai karena sehabis mandi, bertanya pada Tara seraya menuangkan air mineral ke dalam gelas.

"Zuppa soup. Udah lama kita gak makan itu."

"Wess, emang saudara gue ini gak pernah ngecewain, si. Lo selalu punya ide buat menu sarapan kita. Jadi gue gak bosen yang cuma itu-itu aja."

Tara tersenyum dengan tangan yang kini mulai mengambil zuppa soup yang sudah matang.

Ganta dengan senang hati menyiapkannya di meja. Ia juga membuka lemari pendingin untuk mengambil susu kotak besar dan meletakkannya di meja. Biar saja nanti sesuai selera mereka, ingin minum air biasa atau air susu.

Sehabis mereka menyiapkan menu itu di meja, Jeron datang dengan seragam lengkap dengan rambut yang agak sedikit basah.

"Ini kalian mesen pagi-pagi gini? Emangnya ada?"

"Heh, mana ada! Tara, ni, yang buat sendiri. Kalo soal masak emang gak usah diraguin lagi." Ganta menjawab dengan mata sedikit melotot. Ia membantah ucapan Jeron yang salah.

"Oh, Maaf. Gue pikir kalian beli. By the way, makasih, Tar, udah nyiapin sarapan." Jeron tersenyum kikuk karena salah paham.

"Santai, gue udah biasa masak juga lagian. Sekarang mending kita sarapan, mumpung masih banyak waktu."

Dan mereka pun kini menikmati sarapan bersama di sana.

Menyantap sarapan bertiga di meja makan, tak pernah ada dalam pikiran Tara dan Ganta sebelumnya. Karena mereka belum siap untuk mengungkap identitas mereka ke hadapan teman-teman mereka, terutama ketiga sahabat Ganta. Nyatanya, Jeron sudah mengetahuinya lebih dulu. Yang mau tidak mau, mereka menjelaskan semua itu dengan gamblang pada Jeron. Agar kebohongan yang diukir mereka berdua tidak menjadi salah paham. Beruntungnya lagi, Jeron bukan kebanyakan orang yang dengan tega menyalahkan atas kebohongan Tara dan Ganta. Jeron menangkap dan menyikapinya dengan baik dari penjelasan itu.

Usai sarapan, mereka pun pergi ke sekolah masing-masing. Tara dan Ganta pun kembali ke posisi awal.

Tara juga menyiapkan tiga zuppa soup untuk Angga, Faldi, dan Thalia. Sebagaimana ia sudah jelaskan pada Ganta, bahwa dirinya memang menyukai Thalia dengan mengenalnya hampir satu bulan ini.

Jeron berangkat ke sekolah bersama motornya. Sedangkan Tara dan Ganta, pergi dengan mobil yang dikendarai Tara. Tara akan mengantar Ganta terlebih dahulu, baru setelah itu ia berangkat ke sekolahnya. Karena kebetulan mereka membawa sarapan zuppa soup yang dibuat melalui wadah alumunium foil, jadi Tara memutuskan untuk berangkat memakai mobil. Makanan itu akan miring dan tumpah jika harus dibawa melalui kendaraan roda dua. Apalagi motor Ganta bukan lah motor kecil biasa, tetapi besar. Jadi ia sangat mewanti-wanti hal tersebut.

Namun, jika semua kembali ke posisi awal, akan 'kah Thalia menyadari jika Tara dan Ganta orang yang berbeda? Atau justru dia merasa senang, bahwa Ganta kembali seperti awal, yakni dengan sikap ramah dan konyolnya?

Lantas, apakah posisi Tara tidak berarti di kehidupan Thalia dan menjadikan seorang Ganta tetap pada posisi pertama di hidupnya?

________

Terima kasih ❤

04-04-2024

Exchange (On Going)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora