#25 Hilang Ingatan

72 11 2
                                    

Arfan, beserta keluarga besar Alina menatap cemas keruang operasi. Ya, Alina harus menjalani operasi karena luka tusuk dan robekan di kepalanya.

"Fanya kemana?" tanya Farwa sambil menatap cemas ke arah Arfan.

Arfan menggeleng, hingga helaan nafas keluar dari mulut Farwa. Papa Alina- Aldi melirik sinis ke arah Farwa. Dirinya merasa, mantan istrinya sangat tidak becus untuk mengurus putri kecilnya.

"Ini semua gara-gara kamu, anak aku jadi kayak gini! Andai hak asuh jatuh ke tangan aku, semua ini nggak akan terjadi!" teriak Aldi sambil menunjuk-nunjuk wajah Farwa menggunakan telunjuknya.

Arfan segera menghalangi Farwa saat Aldi ingin menampar mantan istrinya itu. Arfan menghela nafas, lalu segera mencekal tangan Aldi dengan cepat.

"Maaf Om, nggak seharusnya anda memperlakukan mantan istri anda seperti ini. Apa kata Alin nanti? Jika melihat kedua orangtuanya bertengkar seperti ini," tukas Arfan sambil menatap tajam Aldi.

Aldi termenung, dirinya kembali menatap ruang operasi anaknya. Lampu langsung dimatikan, pertanda operasi sudah selesai.

Orang tua Farwa segera mengusap punggung Farwa karena melihat wanita paruh baya itu hampir menangis. Dokter keluar, hingga membuat Arfan, Farwa, Aldi, berserta keluarga besarnya mengerubungi dokter karena ingin mengetahui hasilnya.

"Bagaimana, Dok?" tanya Arfan segera memotong ucapan Dokter.

"Op—"

"Operasinya lancar kan? Anak saya gak kenapa-kenapa kan?" cecar Farwa dengan banyak pertanyaan.

Aldi memijat pelipisnya karena merasa pusing mendengar perkataan Farwa yang menurutnya terlalu cerewet.

"Diem! Dokter mau menjelaskan, kenapa kamu cerewet sekali?!" seru Aldi, lalu menatap sinis ke arah mantan istrinya.

Farwa langsung terdiam, dan beralih menunduk sambil memilin bajunya yang ia pakai asal-asalan.

Kedua orang tua Farwa beralih menatap tajam Aldi, hingga membuat nyali laki-laki paruh baya itu sedikit menciut.

"Operasi memang berjalan lancar, hanya saja kami khawatir pasien akan mengalami amnesia," jelas Dokter sambil menatap Farwa yang terlihat sangat rapuh.

Farwa seketika lemas, hingga membuat Arfan langsung memeganginya dan mendudukkannya ke kursi.

"Ini semua salah kamu! Aku gak mau tau! Habis ini, hak asuh harus jatuh ke tangan aku!" sergah Aldi lalu melengos pergi.

Farwa menangis meraung-raung, saat melihat Alina akan dipindahkan ke ruang inap. Farwa menggenggam tangan Alina dengan mata yang bercucuran air mata.

Aldi juga sama, entah kenapa dia tiba-tiba datang dan menepis tangan Farwa dari tangan Alina.

"Aldi! Jangan kurang ajar kamu!" teriak Ayah Farwa dengan tatapan tajam.

Aldi langsung melirik Ayah Farwa dengan tatapan sinis, tangannya berganti memegang tangan Alina yang terasa dingin.

Setelah sampai di ruang inap, Dokter memerintahkan mereka agar tidak masuk dulu. Jika memaksa, hanya satu orang yang boleh masuk.

"Kamu masuk dulu aja Nak, Ibu mau duduk dulu," titah Ibu Farwa, lalu diangguki oleh Farwa.

Farwa memasuki ruang inap Alina dengan hati-hati, karena takut mengganggu anaknya yang sedang tertidur.

"Cepet sembuh ya Nak, Mama mau kamu ceria seperti dulu." Farwa mengusap pipi Alina dengan lembut, lalu memandang wajah Alina yang nampak pucat.

***

Arfan My Boyfriend [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang