2. Appropriate Retribution

191 30 7
                                    

Happy Reading
───────•°•❀•°•───────


Xiao Zhan menarik Jianfeng dari atas tubuh Cheng Xiao. Melayangkan bogeman mentah pada tubuh paman yang telah dianggap sebagai orang tua kedua setelah ayah dan ibunya meninggal sepuluh tahun yang lalu.

"Biadab! Bagaimana mungkin manusia bejat sepertimu hidup di antara kami!"

Urat-urat menonjol di sekitar pelipis. Kedua mata pun berkilat penuh amarah. Xiao Zhan melirik melalui ekor mata bagaimana tubuh adiknya terlihat begitu mengenaskan di atas ranjang. Noda darah yang tercampur dengan sperma menjadi bukti bahwa adik kesayangannya baru saja diperkosa dan pelakunya adalah orang terdekatnya sendiri.

Satu kali, dua kali! Entah berapa banyak pukulan dan tendangan yang telah Xiao Zhan layangkan kepada Jianfeng. Tangannya bahkan turut lecet tapi tak dipedulikan.

"Mati saja kau sialan!”

Xiao Zhan seakan lupa diri. Amarah telah melahap akal sehatnya. Tubuh yang telah dipenuhi lebam itu lalu dibanting ke lantai dengan kuat.

"Uhukkk ...."

Jianfeng memuntahkan seteguk darah segar. Kepala pria tua itu terasa pening akibat berbenturan langsung dengan lantai yang
keras.

"Tangan mana yang telah menodai adikku? Yang ini?"

Bunyi tulang patah terdengar ketika Xiao Zhan menginjak salah satu tangan Jianfeng menggunakan sepatu ketsnya.

"Atau yang ini?" tanya Zhan lagi.

"Arghhh!”

Jianfeng menjerit-jerit kesakitan. Kedua tangannya terasa remuk. Pria itu menatap Xiao Zhan dengan pandangan ngeri bercampur takut.

“A-ampun, Zhan,” lirih Jianfeng tak berdaya.

“Ampun katamu?” Xiao Zhan menatap Jianfeng bengis. Tanpa belas kasih, menginjak satu per satu lutut pamannya untuk melumpuhkan pria tua itu.

“Tak ada kata ampun untuk seorang pendosa sepertimu. Camkan itu baik-baik, Paman.”
Bunyi ‘krek’ terdengar nyaring ketika tulang pada sendi lutut Jianfeng patah akibat ulah Xiao Zhan. Pria manis itu tersenyum miring.

“Ini belum seberapa, Paman. Aku akan membalasmu berkali-kali lipat dari pada ini.”

Ruangan bernuansa abu-abu itu kini dipenuhi dengan raungan kesakitan Jianfeng. Pria tua itu menjerit-jerit tak karuan di tempatnya sembari memegangi kedua lututnya.

Sedangkan Xiao Zhan, sang pelaku, tentu saja tak peduli. Dengan langkah lebar, ia  meninggalkan Jianfeng dan mendekat ke arah tempat tidur, mengecek kondisi adiknya yang telah terkapar jatuh tak sadarkan diri.

Liquid bening di pelupuk mata luruh. Xiao Zhan melepaskan tali yang mengikat kedua tangan dan kaki Cheng Xiao dengan tangan yang bergetar hebat. Dapat ia lihat jika area itu telah berubah warna menjadi kemerahan bahkan mengeluarkan sedikit darah yang telah mengering.

“Maaf! Maafkan gege Xiaoxiao.”

Tubuh lemah Cheng Xiao kemudian di bawa ke luar menuju kamarnya. Di letakkan di atas tempat tidur dengan hati-hati kemudian dibersihkan ala kadarnya lalu dikenakan pakaian bersih. Semua dilakukan seorang diri.

Jujur, hati Xiao Zhan hancur melihat adik yang begitu disayangi dirusak oleh orang terdekatnya. Ia merasa menjadi seorang kakak yang tidak berguna.

After That Night (Yizhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang