4. Blessing or Disaster

159 16 2
                                    

Happy Reading
───────•°•❀•°•───────


Jika biasanya kabar kehamilan akan disambut dengan penuh suka cita, lain halnya dengan kabar kehamilan Cheng Xiao. Xiao Zhan tahu betul jika anak yang saat ini tengah dikandung adiknya merupakan sebuah aib yang sudah seharusnya disembunyikan. Namun, mau sampai kapan hal ini dapat disembunyikan?

Perut Cheng Xiao lambat laun pasti akan membesar. Membuat orang-orang di sekitar akan menyadari hal tersebut. Ingin digugurkan, tapi anak itu juga berhak hidup seperti anak-anak yang lainnya. Mereka akan menjadi seorang pendosa besar jika berani mengorbankan janin kecil yang tidak bersalah tersebut. Lalu, jalan seperti apakah yang harus Xiao Zhan cari untuk adik kesayangannya? Haruskah ia mengorbankan cintanya?

Pria manis itu mengintip lewat pintu yang telah dibuka sedikit. Entah kenapa, tungkainya terasa berat untuk melangkah masuk.

Di sana, di tempatnya berdiri, Xiao Zhan dapat melihat Cheng Xiao terbaring lemah di atas brankar dengan selang infus yang menancap di punggung tangan.

Melihat adik yang amat disayangi berakhir seperti sekarang ini, kian hancurlah hati Xiao Zhan. Ia merasa tak berdaya. Sebagai seorang kakak, ia telah gagal menjaga satu-satunya harta berharga yang telah dititipkan oleh kedua orang tuanya.

Ma, Pa ... maaf! A-zhan gagal menjaga Xiaoxiao.

Wang Yibo yang setia menemani mengeratkan rangkulan. Ia mengecup pelan pelipis belahan jiwanya dengan penuh kasih. Suaranya terdengar begitu teduh ketika menyapa rangu Xiao Zhan.

“Ini bukan salahmu, Dear. Tolong, berhentilah menyalahkan diri sendiri.”

Xiao Zhan menggeleng lemah. “Ini memang salahku. Andai saja malam itu aku tidak pergi merayakan ulang tahunmu, mungkin Xiaoxiao tidak akan berakhir seperti ini sekarang,” jawabnya setengah terisak.

“Kamu menyesal?” Tenggorokan Yibo terasa tercekat ketika mengucapkannya.

Yang ditanya diam membisu. Tak menyangkal ataupun membenarkan tuduhan tersebut. Xiao Zhan merutuki kebodohannya setelah menyadari apa yang baru saja ia katakan.

Wang Yibo tersenyum getir di samping pria manis itu. Ia tahu jika tak seharusnya ia merasa sakit hati di saat kondisi sedang tidak kondusif seperti saat ini. Namun, apalah daya, ia juga tak bisa memungkiri jika dadanya terasa sesak sekarang.

“Maaf,” ujar Yibo lemah.

Kehangatan yang sedari tadi dirasakan perlahan menghilang, seiring menjauhnya sosok tampan yang tanpa sadar telah dilukai hatinya oleh perkataan. Xiao Zhan menekuk kedua lututnya. Wajahnya ditenggelamkan pada kedua lipatan tangan. Tangis yang semula pelan pun pecah saat itu juga. Ia tak berhenti menyalahkan bibirnya yang telah berani berbicara sembarangan.

Xiao Zhan tahu dengan jelas jika kemalangan yang menimpa Cheng Xiao tidak ada kaitannya dengan Yibo. Lalu, kenapa ia seakan-akan bertindak menyalahkan pria tampan itu atas hal yang berada di luar kuasa mereka sebagai manusia?

“Zhan Ge ....”

Jessica menatap prihatin. Tubuh bergetar itu kemudian diraih lalu dekap erat.

“A-aku tidak bermaksud seperti itu, Jessi. Aku tidak bermaksud menyalahkannya.”

“Aku tahu, Zhan Ge. Aku tahu.”

Pagi itu, di depan kamar rawat Cheng Xiao, Xiao Zhan menangis tergugu dalam dekapan calon adik iparnya.

Sementara Wang Yibo, pria tampan itu tengah mencoba menenangkan diri di atap rumah sakit sembari menghirup udara segar guna menghilangkan sesak menyakitkan yang menekan area dada.

After That Night (Yizhan)Where stories live. Discover now