--LAGI?!--

87 38 2
                                    

" Seperti slogan nya, 'AROGANT DAN TAK GENTAR', ARGENTA tak akan pernah mundur ataupun gentar dengan apapun."-Ganendra Aksa Pratama.

*
*

~Happy Reading~

*

"Kavin! Angkat lah anjir! Ditelepon dari tadi nggak nyaut nyaut!" cetus Aksa hampir membanting ponselnya itu ke lantai.

Kondisi kamar Aksa sedang sepi, karena Orang tua Shylla, Shylla, Shyva, dan Mama Aksa sedang berada di kantin Rumah Sakit, dan Aksa memilih ditinggal sendiri.

"Shibal dah!" sarkasnya lagi.

Disisi Refal dan Reindra, mereka masih dalam perjalanan, ngomong ngomong mereka menggunakan motor mereka sendiri sendiri, saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB.

"Oy Fal! Ini kita belok mana ntar?! Kanan apa kiri?!" tanya Reindra berteriak, ya jalanan cukup ramai yang membuat ucapan sekencang apapun saja tak bisa terdengar.

"Naon si sia?! Gajelas! Ngomong apa lu?! Hah?!" balas Refal ikut berteriak.

"Belok kanan apa kiri?!"

"Bentar!!"

Refal menghentikan motornya di depan gang yang gelap dan terpencil. Dia melihat sekeliling dengan waspada, memastikan tidak ada orang atau benda lain yang bisa mengganggu mereka.

"Feeling gue ngerasa kita harus masuk ke sini." katanya sambil menunjuk ke jalan sempit yang mengarah lebih dalam lagi.

"Gue ngerasa kayak lagi ada di film thriller sekarang." Reindra mengangguk setuju, keduanya kemudian berjalan perlahan melalui gang kecil ini.

Mereka tiba di jalan buntu, sebuah gedung tua yang tampaknya sudah lama tidak digunakan. Mereka melihat ada pintu masuk yang terkunci rapat.

"Tunggu bentar..." kata Reindra sambil mencoba membuka pintu dengan paksa. "Ada tanda atau sesuatu?" katanya pada Refal.

Refal memeriksa dinding dan lantai untuk mencari petunjuk lain tentang keberadaan tempat ini.

Mereka akhirnya menemukan sebuah jendela yang rusak di lantai atas, dan mereka melihat pemandangan luar yang gelap. Mereka mendengar suara orang berbicara di kejauhan.

"Woy! Siapa lo?!" Reindra berteriak dengan panik, matanya tertuju pada sumber suara itu. Refal meraih lengannya dan menggelengkan kepalanya, mencoba memberinya ketenangan pikiran.

Suara itu semakin dekat, mereka mendengar beberapa langkah kaki. Reindra dan Refal perlahan mendekati jendela untuk melihat apa yang terjadi di luar. Mereka terkejut dengan pemandangan yang muncul dari balik kaca, seorang pria paruh baya berdiri di depan mereka, memegang pisau lipat di tangannya.

"Ngeri juga nih aki aki, bawa pisau lagi." celetuk Refal lirih.

"Hoo yak."balas Reindra.

"Hei kalian! Ngapain kalian datang kesini?!" tanya pria itu dengan nada mengancam. Refal mundur satu langkah, menatapnya dengan takut dan tangan Reindra berpegangan pada lengannya erat-erat.

"Kalo gue mati sekarang gimana ya Rei?" lirih Refal memelas.

"Cangkem mu i lho!"cetus Reindra.

"Hitungan ke tiga kita lari ya?"

Reindra hanya bisa mengangguk kecil mendengar ucapan Refal tadi.

"Satu... dua... tiga!" ucap Refal sembari menarik tangan Reindra keluar dari gedung tua itu, mereka berlari kencang menuju motor mereka.

ARGENTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang