5. | Problem

78 57 4
                                    

Pelajaran terakhir pun telah selesai, seperti biasa Maria dan Favian akan melakukan kelas tambahan.

Tringgg..
Tringg...
Tringgg...

Ponsel Favian berbunyi dan ketika Favian melihat ke layar ponsel, seketika muka nya langsung berubah.

"Favian, lo kenapa?" Tanya Maria.

"Favian, lo kenapa? Lo sakit? Kalo sakit mending ke UKS sana, ntar biar gue kasih tau ke ibu Angel." Ujar Maria yang heran melihat perubahan wajah Favian yang langsung menjadi pucat.

"E-enggak, gue nggak apa apa." Jawab Favian yang semakin membuat Maria heran.

"Yakin lo gapapa? Tapi, muka lo pucat banget." Tanya Maria sekali lagi untuk memastikan bahwa Favian baik baik saja.

"G-gue ke kamar kecil dulu. Kalo bu Angel udah masuk, bilangin aja kalo gue ke kamar kecil sebentar." Ujar Favian dan dia pun pergi ke luar kelas. Melihat Favian yang sedikit aneh, membuat Maria bertanya tanya ada apa dengan Favian?

"Favian kenapa ya? Habis liat ponsel, wajahnya langsung berubah gitu." Tanya Maria dalam hati.

***

Favian POV

"KEMANA AJA KAMU?!! DITELFON NGGAK DIANGKAT ANGKAT! KAMU NGGAK BISA YA CONTOH KAKAK KAMU?!! KELUYURAN TERUS! KAMU TAU, AYAH CAPEK CAPEK BESARIN KAMU DAN KAKAK KAMU TAPI APA HASILNYA?!! CUMAN KAMU YANG BERANI NGELAWAN SAMA AYAH! SEKARANG KAMU PULANG ATAU AYAH YANG AKAN NYERET KAMU PULANG!!"

"Tapi, yah-"

"MASIH BISA NGELAWAN KAMU! MAU JADI APA KAMU KALO NGELAWAN TERUS SAMA ORANG TUA?! MAU KAYAK MAMAH KAMU YANG BISA NYA JUAL BADAN DOANG!"

"Iya, ayah. Favian sebentar lagi pulang, Favian masih belajar."

"BELAJAR, BELAJAR BUKTI NYA APA KALO KAMU BELAJAR?!! AYAH NGGAK PERNAH LIAT KAMU MENANG KEJUARAAN KAYAK KAKAK KAMU, KALO KAMU MASIH KAYAK GINI AYAH NGGAK SEGAN SEGAN BUAT NGANTAR KAMU KE QATAR LAGI, SYAUQI ARJUNE FAVIAN."

"Iya, ayah. Favian akan pulang."

Gue langsung matikan telpon nya dan tanpa gue sadar airmata gue jatuh, gue adalah tipikal anak yang jarang nangis bahkan saat gue jatuh sekalipun. Tapi, entah kenapa ketika gue dengar ayah ngomong gitu airmata gue langsung jatuh. Kakak gue yang selalu jadi kebangggan ayah sedangkan gue adalah sebagai tempat pelampiasaan ayah, semenjak mamah pergi dari rumah ayah langsung berubah 180° ke gue.

"Udah Favian, gapapa. Ayah mungkin lagi kecapekan aja maka nya marah. Saat nya lo pulang, ayah udah nunggu lo dirumah." Ucap gue ke diri sendiri. Gue langsung balik ke kelas buat ngambil barang gue dan juga buat izin ke ibu Angel.

"Bu, saya izin balik duluan ya. Soalnya tadi saya di telfon sama ayah saya, untuk segera balik secepatnya."

"Kalau boleh ibu tau, ayah kamu kenapa?"

"Saya juga kurang tau bu. Tapi ayah tadi minta saya untuk segera pulang. Maaf ya bu, saya izin dulu untuk hari ini."

"Ya sudah, untuk kali ini ibu perbolehkan tapi untuk besok besok ibu harapkan kamu selalu ikut dalam kelas ini."

"Baik bu, terimakasih." Setelah dapat izin, gue langsung kembali ke kursi gue untuk ngambil tas.

"Favian, kenapa lo pulang duluan? Kalo lo pulang gue nebeng sama siapa?" Tanya Maria yang bikin gue juga bingung karena gue udah janji buat antar dia pulang.

"Gue ada urusan yang urgent banget, Mar. Jadi sorry ya, gue nggak bisa antar lo pulang."

"Yaudah kalo gitu, hati hati lo dijalan."

"Iya, gue duluan ya." Ucap gue yang diangguki oleh Maria. Sebenarnya gue juga nggak tega biarin dia balik sendiri, tapi apa daya gue. Kalo sampai gue tunda lagi buat balik, ayah pasti bakalan marah besar.

***

Author Pov.

Sesampainya Favian dirumah, disaat ia masuk Favian langsung disambut dengan tamparan yang diberikan oleh sang ayah.

PLAKK!

"SUDAH BERAPA KALI AYAH BILANG, JANGAN KELUYURAN! CONTOH KAKAK KAMU, DIA SELALU DIRUMAH BANTU AYAH SEDANGKAN KAMU KELUYURAN AJA BISA NYA! LEBIH BAIK KAMU DI QATAR, NGGAK NGEREPOTIN AYAH!" Bentak ayah Favian yang membuat Favian merasakan airmata kembali ingin mengalir.

"Ayah, Favian ini anak ayah juga bukan cuman kak Davina. Apa cuman kak Davina yang ayah anggap anak?" Jawab Favian yang membuat nya mendapatkan tamparan lagi.

PLAK!

"JAGA MULUT KAMU DENGAN ORANG TUA, FAVIAN! AYAH CAPEK CAPEK SEKOLAHIN KAMU BIAR KAMU BERGUNA. TAPI SEKARANG KAMU MALAH GUNAIN ITU BUAT NGELAWAN DENGAN ORANG TUA!!" Marah ayah Favian yang semakin membuat Favian ingin meneteskan airmata nya. Dengan sekuat tenaga Favian mencoba untuk tidak menangis, tapi entah kenapa matanya tidak bisa diajak kerja sama. Seketika itu juga, Favian menangis sejadi jadi nya.

"Kadang Favian mikir, yah. Apa benar Favian ini anak ayah? Kalo emang benar, Favian ini anak ayah. Kenapa Favian selalu dibanding bandingin sama Kak Davina? Apa cuma kak Davina anak ayah? Favian tau, ayah pasti masih marah karena mamah ninggalin kita. Tapi, kenapa harus Favian yang jadi tempat pelampiasaan ayah? KENAPA, YAH?! KENAPA CUMAN FAVIAN?! KALO EMANG AYAH BENCI SAMA FAVIAN, KENAPA NGGAK BUANG AJA FAVIAN KE PANTI ASUHAN. FAVIAN JUGA PENGEN YAH NGERASAIN ARTI ORANGTUA, KADANG FAVIAN IRI SAMA MEREKA YANG DISAYANG SAMA ORANGTUA MEREKA. FAVIAN UDAH KEHILANGAN SOSOK MAMAH DAN SEKARANG FAVIAN HARUS KEHILANGAN SOSOK AYAH JUGA?!!" Ucap Favian sambil menangis.

"FAVIAN, AYAH NGGAK ADA NGAJARIN KAMU BUAT JADI COWOK LEMAH!" Bentak ayah Favian tanpa merasa iba sedikit pun kepada anaknya.

"Ayah, Favian juga seorang manusia. Favian bisa ngerasain sakit, marah dan kecewa. Tapi, kenapa ayah selalu nyuruh Favian untuk kuat? Favian cuman pengen ayah ada buat Favian." Ucap Favian.

"Kamu kembali ke kamar. Ayah sibuk, masih ada kerjaan yang harus ayah urus." Ucap ayah Favian sembari meninggalkan anak nya yang masih menangis.

Ketika dikamar Favian mencoba untuk menerima keadaan, dimana tidak ada orang yang mau mencoba mendengarkan keluh kesahnya. Favian duduk di pojok kamar sembari memeluk diri nya.

"Mah, kenapa mamah ninggalin Favian sendiri? Hikss.. Favian takut, mah. Favian takut sendiri, mah. Hikss.... Hikss.. Hiksss..." Favian pun menangis se jadi jadi nya tanpa ada orang yang mendengarnya.

***

Cahaya masuk melalui celah celah jendela kamar Favian yang menandakan hari sudah pagi, Favian pun bersiap untuk pergi ke sekolah. Tapi, ketika Favian ingin bangkit kepala nya terasa sangat sakit mungkin ini adalah efek dari dia menangis kemarin. Dengan sekuat tenaga, Favian mencoba untuk bangun dan akan tetap pergi kesekolah.

Sesampainya dia disekolah, Favian yang melihat Maria pun langsung menghampiri nya.

"Hai, good morning, Maria." Sapa Favian.

"Eh, Favian, good morning juga. Eh btw ayah lo kemarin kenapa?" Maria pun menoleh dan membalas sapaan Favian.

"Ayah gue sakit, makanya minta gue buat cepat balik." Bohong Favian.

"Oh GWS ya, buat ayah lo."

"Thanks, lo kemarin pulang naik apa?" Tanya Favian yang masih merasa tak enak.

"Naik ojol lah."

"Oh, sorry ya gue kemarin nggak bisa ngantar lo balik." Favian yang masih tak enak langsung meminta maaf ke Maria.

"Santai aja kali." Sahut Maria.

Ditengah pembicangan mereka, tiba tiba ada yang berteriak memanggil nama Maria.

"MARIA!!"

"Lho, kamu?"

《Lanjut Bab Selanjutnya》

HARSA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang