[2].🎥 Serangan Panik

1.2K 127 73
                                    

"tunggu!"

Rora berbalik arah menatap Asa yang tengah menikmati makanannya.

"Makan aja di sini," ucap Asa tanpa mengalihkan tatapannya dari makanannya.

"T-tapi, a-anu sa-saya..." Rora sangat gugup sekarang, ia menatap ibunya dengan tatapan cemas.

"Gue enggak suka penolakan." Asa mengarahkan pandangannya menatap Rora tajam.

Melihat itu Jiyeon mencoba mengamankan suasana. "Rora turutin aja ya sayang, nona Asa yang memintanya jadi kamu enggak perlu merasa enggak enak."

"E-emm iya Bu." Rora perlahan mendudukkan dirinya di kursi meja makan tepat di depan Asa.

"Kalau gitu ibu tinggal dulu ya, ada yang harus ibu selesaikan," ucap Jiyeon, Rora mengangguk mengiyakan. Tapi sebenarnya ia tak ingin ibunya meninggalkannya bersama Asa. Rora sangat takut saat melihat wajah dingin dan tatapan tajam Asa.

Rora mulai menyuapkan makanan ke mulutnya. Aktivitas makan mereka berjalan dengan tenang tidak ada yang bersuara. Rora sesekali melirik wajah Asa.

Flashback...

"Hiks...hiks... Rora kan eng-enggak hafal liriknya ma-malah di suru nyanyi hiks." Rora kecil menangis sesenggukan di sebuah taman kelinci yang berada di taman belakang Mansion keluarga Enami.

Ia mengingat kejadian beberapa menit lalu dimana ada banyak orang yang menertawakannya. Saat itu ia di suru menyanyikan salah satu lagu di acara ulang tahun Asa yang ke 10 tahun. Awalnya semua berjalan lancar semua terkagum akan suara merdu gadis berusia 7 tahun itu namun entah karena apa, gadis itu tiba-tiba saja tidak mengingat lirik dari lagu yang ia nyanyikan.

Dan ketika melihat orang-orang menertawakannya, Rora kecil segera turun dari panggung lalu berlari menuju taman belakang dengan Isakan tangisnya.

Ternyata Asa kecil yang melihat itu, langsung segera mengejar Rora. Langkahnya terhenti saat melihat Rora terduduk sambil terisak. Dengan perlahan Asa mendekati Rora dan duduk di sampingnya.

"Jangan nangis Dain," ucap Asa lembut.

Namun Rora tak bersuara, hanya terus menangis.

"Asal kamu tau, tadi kamu kiyowo tau.." ucap Asa dan menatap Rora antusias.

"Havana girl~" panggil Asa dengan nada lucu.

Seketika Rora menghentikan tangisnya dan beralih menatap Asa yang tersenyum lebar.

"Aku malu Unnie, mereka semua ngetawain aku," ucap Rora dengan wajah cemberut.

"Huh! Nanti aku usir baru tau rasa mereka, enak aja ngetawain my Havana girl."

"Iiih Unnie juga ngejek aku," ujar Rora bersiap untuk menangis.

"Eh enggak, kata siapa ngejek? Kamu tau enggak? Menurut orang Australia nama Havana berarti baik dan perhatian, arti lainnya yaitu kecantikan. Menurut aku kamu baik, perhatian dan cantik banget..." Asa mengjeda ucapannya lalu tersenyum manis.

"Jadi panggilan Havana girl bukan ejekan kan?" sambung Asa masih dengan senyumnya.

Hal itu berhasil membuat tangisan Rora berhenti dan tergantikan oleh senyuman yang menampakan gummy smilenya.

"Beneran?" tanya Rora antusias.

"Umm." Asa mengangguk.

"Aku juga suka banget sama hadiah dari kamu...." ucap Asa.

ALL FOR LOVE°•RORASADonde viven las historias. Descúbrelo ahora