Chapter 9

39 8 4
                                    





Fang City

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Fang City.
Sc: https://pin.it/240y1u5oh




Kita telah sampai.

Pada Kota Fang. Aroma yang kukenal menusuk hidungku, tanah yang sangat lembab bahkan  suasana yang sedikit gelap. Entah sudah lama terakhir aku berada disini. Ah, Tidak. Baru saja beberapa hari lalu. Aku terjebak dalam Hutan ini, tidak, Bukan Hutan. Aku sempat terjebak dalam Kota ini yang jauh lebih seram daripada Hutan.

Aku sungguh bertanya, mengapa aku kembali lagi pada kota ini.

Dalam semua informasi yang sudah diberitahu oleh Dylan sepanjang perjalanan, Kota fang tidak ada apa-apanya dibanding kota Seraphim. Setidaknya itulah perkiraan dia.

Perjalanan disini tidak pernah ramah terhadap pemotor, tapi ini salah satu jalan aman menuju Seraphim, Keadaan banyak lumpur membuat motor kami sungguh susah memutar ban. Namun berkat penawaran dari kota Fang atas tarikan kerja sama kepada Jabarian, mereka membuat jalan yang nyaman untuk pengendara motor. 

Namun menurutku justru ini tidak bisa disebut kerja sama. Mereka hanya mencari aman agar Jabarian tidak pernah menyerang mereka, Mereka tahu bahwa Jabarian sudah memulai bisnis terhadap Seraphim yang artinya layanan akses kendaraan melalui Kota Fang akan lebih sering.

Namun ini merupakan sebuah pengetahuan, mereka mengendarai kerbau. Paling banyak Kuda untuk berhuru-hara.

Di hutan ini populasi Rusa dan beruang sangat banyak, Kadang mereka mengambil tanduk rusa, Dagingnya untuk makan, kulit beruang untuk bajunya dan cakarnya.

Tentu tidak hanya itu saja, ada hewan lainnya seperti burung terbang, kelinci, dan predator lainnya.

Aku melihat, sebuah Pohon dengan raksasa menjulang tinggi keatas. Banyak Rumah menempel setiap inci batang pada pohon raksasa itu. Dan beberapa juga Rumah yang tersusun bertingkat ke atas, Penuh dengan banyak tumbuhan.

Itupun setelah sebuah gerbang tinggi berwarna hijau tua terbuka, kami masuk, kami disambut. Namun, muka mereka, entah terlapisi oleh rasa cemas, takut, masam.

Mereka semua berpakaian sebuah pemburu lama, tidak ada kostum yang ketat mengkilap seperti kita, mereka seperti tertinggal beberapa zaman dari kita. Namun kotanya sungguh asri, kotanya sungguh biasa. Hanya budaya mereka yang berbeda.

"Selamat datang, Saudara Jabarianku." Seorang datang dari kejauhan, menghampiri kerumunan para warganya yang tidak dapat berhenti melihat kami. Suaranya yang peking, tidak heran jika seorang pemimpin harus bersyarat mempunyai suara yang besar.

Dia menggunakan sebuah rompi aneh pada tubuhnya, aku yakin rompi itu merupakan hasil buruan mereka. Banyak simbol aneh pada muka mereka, diberi warna Hitam membentuk beberapa simbol berburu bagi mereka. Segitiga pada dagu?

Aku melihatnya, seorang gadis muda berdiri tepat di serong belakang pemimpin mereka, gadis yang mungkin sepantar denganku. Bartley namanya. Dengan rambut Brunette nya yang bergelombang, mukanya yang sungguh jutek. Oh, aku sangat kenal gadis ini.

POEBE (Era Luxury)Where stories live. Discover now