Chapter 14

8 6 0
                                    

Hari pertama,

Setelah kepergian Poebe, Aku menghabiskan waktuku terus berlatih. Namun tanpa menunggu arahan nya sekali lagi. Aku masih tidak menerima fakta bahwa diriku telah kalah, Ayahku tidak memaksa latihan keras untuk sementara karena keadaan mental ku yang semakin memburuk.

Hampa, tanpanya. Mengingat bahwa betapa aku mengindera warna putih dari rambut halusnya itu, menjadi sebuah gelap bagiku. Cuaca yang terus mendung walau hampir setiap minggu itu terjadi, hanya saja tidak begitu terang seperti sebelumnya.

Aku mengerti sekarang, tanpa pengaruh kekuasaan nya aku tetap mencari keberadaan nya. Walau dengan segala niat yang aku kerahkan aku tidak sama sekali melangkah menuju destinasi tersebut.

Hari ke-5,

Diriku mulai gundah, gelisah, perasaan yang sungguh tak nyaman. Oh, entah kapan aku sudah lama tidak merasakan hal ini. Mungkin sejak pertama kali bertemunya. 

Aku sungguh jauh lebih terpuruk dari hari-hari sebelumnya, Hera setelah itu tidak membuka mulutnya lagi terhadapku, itu karena aku telah jujur kepadanya. Sedangkan adikku terus menemani ku hampir setiap hari, memang sungguh kacau diriku.

Aku telah kalah untuk pertama kali setelah membuktikkan hasil perjuangan dari seluruh hidupku, dan aku telah kehilangan Cintaku. Dilema ini terus menyerangku, Melankolis. Sungguh malang, tapi mungkin aku tumbuh dengan cara yang salah.

Di satu sisi aku terus mengkhawatirkan keberadaan Poebe di hutan itu.

Hari ke-7,

Aku sudah memulai hari-ku untuk terus mencari keberadaan Poebe di hutan itu, Aku tahu betapa sulitnya untuk orang asing keluar dari sisi kota Fang. Bahkan hutan ini seperti Labirin bagi para pendatang, dengan jalannya yang susah ditempuh, banyaknya makhluk hidup buas yang terus mengintai siapapun dari kita yang mencoba menempuh hutan itu.

Hingga malam hari ke-5 aku memutuskan untuk terus membuntuti perjalan Poebe selama berada pada hutan itu, aku tidak bermaksud untuk mengajaknya kembali ke kota itu sedari aku tahu bahwa memang Kota Fang merupakan racun dan Parasit bagi kehidupan Poebe. 

Sekarang, aku hanya dapat mengamati kehadiran nya dalam hutan ini, setidaknya aku hanya mau dia masih hidup. Itu menjadi keseharian ku untuk sekarang, bosan berlatih karena tidak ada kehadirannya dalam latihan, dan, aku harus keluar dari zona ku bukan? Sesuai dengan perkataan Frederick itu.

Hari ke-15,

Rambutnya yang berkilau gemerlap dalam putih sutra, membuat mataku sirna atas kelaknya warna dari rambutnya itu. Sebuah hal yang sangat ku dambakan dari dirinya, bisa dibilang bahwa diriku merindukan aroma dari rambutnya itu.

Kalau dibilang bahwa egoku tinggi, sekarang aku sedang belajar untuk menerimanya. Sayangnya, aku sungguh terlambat untuk menyadari hal tersebut. Jika menanya kabar Hera, itu sudah diluar urusan ku. Aku tidak egois aku mengatakan, aku hanya berusaha mengekspresikan perasaanku lebih sering dari sebelumnya.

Hari ke hari aku dapat melihatnya berusaha bertahan hidup, Sudah kuduga gadis ini gigih. Ia terus mengambil buah-buah dari pohon, memisahkan yang busuk dan yang tidak dapat dimakan. Bahkan belum sebulan lamanya, ia sudah dapat menangkap Ikan hanya dengan tangan kosongnya.

Terkadang, aku sengaja menaruh Ayam hasil tangkapan ku ke tempat dia beristirahat tanpa dia ketahui. Kadang burung, kadang daging babi, kadang juga potongan sapi yang dapat dihias selayaknya diterkam oleh beruang itu. Sudah tidak dapat dipikirkan bagaimana keadaan beruang itu, sebuah keberuntungan bagi Poebe untuk terus menerus menjelajahi hutan ini tanpa bertemu beruang itu.

POEBE (Era Luxury)Where stories live. Discover now