46 : Has Entered The Core

114 19 151
                                    

Seorang gadis tengah berlarian di koridor rumah sakit sambil menangis karena panik begitu mendengar kabar buruk saat dia baru saja mendarat di bandara, berkali-kali ia mengusap air matanya yang terus jatuh meluruh ke pipinya dengan deras karena sa...

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Seorang gadis tengah berlarian di koridor rumah sakit sambil menangis karena panik begitu mendengar kabar buruk saat dia baru saja mendarat di bandara, berkali-kali ia mengusap air matanya yang terus jatuh meluruh ke pipinya dengan deras karena saking kalang-kabutnya mendengar kalau saudara sepupunya mengalami kecelakaan dan terluka parah.

Eum, tunggu.

Sepertinya dia berulah lagi.

Ponselnya mati dan belum sempat untuk mengisi baterai-nya kembali karena ia langsung berangkat ke rumah sakit saat Sang bunda memberinya kabar tersebut---ia tak mendengarkan Sang bunda sampai bunda-nya itu selesai bicara---padahal dia sama sekali belum menginjakkan kaki pada lantai dalam rumahnya.

Gadis itu membuka pintu ruangan dengan kasar, sehingga beberapa orang yang terlihat murung di dalam sana langsung menatapnya yang terlihat kacau. Mereka semua hanya menatap gadis itu dengan tatapan yang sulit untuk diartikan, dan gadis itu hanya bisa menangis menatap saudara sepupunya yang terbaring lemah di atas bangsalnya.

Dengan gontai dia berjalan mendekat, di sana ada salah satu temannya yang menangis tersedu-sedu hingga wajahnya memerah sembari menggenggam erat tangan sepupunya seolah memberi kekuatan agar sepupunya cepat bangun.

"Tasy, Ren-ge bakal baik-baik aja kok.." Seseorang memegang kedua pundaknya dari samping, mengusapnya dengan lembut.

Gadis itu terus terisak-isak seperti anak kecil dan matanya terus menatap Reno yang terbaring di atas bangsalnya, semakin di usap pundaknya oleh teman perempuannya malah membuatnya semakin menangis kencang hingga berlari dan langsung menubruk tubuh Reno, memeluknya dengan erat dengan tangisnya yang semakin deras.

Beberapa orang di sana hanya bisa menunduk dengan wajah murung melihat gadis yang terlihat sedikit berubah itu tengah memeluk sepupunya sembari menangis kencang dan mengelukan kata maaf berkali-kali.

"Ren... k-kenapa jadi gini.."

"Maafin gue...."

"M-maaff gue udah bikin lo.. kayak gini.."

"Bangun, Ren.."

Gadis itu meraung-raung hingga wajahnya basah oleh air mata, rasa bersalah menggerogoti hatinya karena dia merasa Reno sampai seperti ini karena dirinya.

Kalau saja dia berusaha sendiri, mungkin Reno tidak akan menderita seperti ini.

Itu pikirnya.

Sherina yang melihat temannya menangis sampai seperti itu mencoba untuk menenangkan, gadis itu meminta Tasya untuk duduk dengan tegak dan tenang ia terus mencoba berkali-kali mengungkapkan kalimat penenang yang sama sekali tak meredakan tangis gadis itu.

Bagaimana tidak, dia mendengar kabar dari Sang bunda kalau Reno belum sadarkan diri semenjak paska kecelakaan waktu malam.

Apalagi ketika mendengar kalau kaki sebelah kiri Reno patah karena kecelakaan itu, membuat Tasya semakin campur aduk.

OSIS Ghost : Endless Betrayal Onde histórias criam vida. Descubra agora