49 : Bastian's Secret

81 16 108
                                    

Dua hari sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua hari sebelumnya...

Gemerisik dedaunan dari pohon yang terkena angin malam di temani suara burung hantu dan kelelawar yang begitu mendominasi ketika ia mulai memasuki area hutan dengan langkah gontai. Hutan yang gelap dengan penerangan temaram dari cahaya rembulan itu adalah tujuan terakhir untuk mencari sahabatnya.

Hutan ini cukup tersembunyi, dan mungkin hanya satu persen orang yang mengetahui tempat ini.

Secara tiba-tiba langkahnya terhenti, ketika melihat ada yang berdiri dari jarak sepuluh meter di depan sana, seseorang yang membelakanginya dan nampak tengah berbicara entah dengan siapa.

Lama-lama ia menatapnya ia mampu mengenali siapa yang berdiri tak jauh di depannya itu, namun lidahnya kelu untuk sekedar memanggil namanya. Ia pun memilih diam, menunggunya berbalik. Sembari memperhatikan seseorang yang tengah ia ajak bicara.

"Bas, ada temen lo di belakang."

Bastian pun mengerutkan kening dan menoleh sejenak ke belakang dan kembali menatap lawan bicaranya. "Pergi."

Si lawan bicara pun menurut dan pergi dari hadapannya. Lantas ia pun memutar tubuhnya, dan kini telah berhadapan dengan Alvaro yang berdiri tepat sepuluh meter di hadapannya.

Bastian menatap Alvaro tanpa emosi, raut wajahnya datar tapi matanya tak bisa berbohong jika tatapan yang diberikannya itu adalah tatapan tajam. "Udah gue bilang kan jangan pernah menemui gue lagi?"

Alvaro mengangkat dagu dengan samar, lalu ia pun melangkah untuk mengikis jarak dengan temannya itu. "Awalnya sih gue gak mau menemui lo lagi, tapi sekarang gue bener-bener harus menemui lo, Bas."

"Gue gak minta banyak. Gue cuman mau lo jujur."

Sontak keningnya langsung mengusut, raut wajah kebingungan Bastian membuat Alvaro mengangkat kedua alisnya seraya tersenyum asimetris.

Ekspresi yang menjijikan bagi Bastian, perlahan lelaki itu membuang muka dan berdecih samar, tangannya sudah mulai muncul urat-urat menonjol karena emosi yang mulai memuncak. "Kedatangan lo selalu membahas hal gak penting."

"Hal gak penting?" Dua alisnya kembali terangkat di saat baru beberapa detik di turunkan, ia pun melangkah satu langkah lagi agar bisa lebih dekat. "Gue minta kejujuran lo, lo bilang itu hal gak penting?"

Sang lawan bicara tak menjawab, hanya diam sembari memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia tak mau menatap wajah Alvaro, karena takut tiba-tiba lepas kendali karena menurutnya ekspresi yang diberikan lelaki itu terlalu berlebihan.

"Lo ngobrol sama siapa tadi?" tanya Alvaro dengan nada terdengar santai namun menusuk, itu mampu membuat Bastian tersentak kecil saat pertanyaan itu terlontar. Perlahan ia pun menatap Alvaro yang berjarak satu meter di hadapannya.

"Bukan urusan lo." Ia mendesis, lalu berbalik. "Jangan ganggu gue, dan jangan berani-berani nya temui gue lagi!" ucapnya berupa peringatan, raut wajah itu memang tak menampakkan ekspresi tapi sejujurnya Bastian gelagapan di saat Alvaro memergokinya tengah mengobrol dengan seseorang barusan.

OSIS Ghost : Endless Betrayal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang