Chapter 9. Persiapan Olimpiade Sains

86 59 21
                                    

Revisi setelah end.

Happy Reading!

Malam harinya aku mencoba belajar. Aku duduk dengan tenang di kursi belajarku dan meresapi semua materi di buku pelajaran ke dalam ingatanku. 

           Tentunya aku ditemani oleh Sisi yang tengah tertidur pulas di atas tumpukan buku-buku pelajaranku. Aku harap ia tidak dengan sengaja menciptakan api kecil di ujung ekornya yang berduri guna membakar segenap buku-buku pelajaranku.

          Selain Sisi, juga ada Gomi yang tengah berdiri di belakangku, mengamatiku dengan sepasang iris mata hijau terangnya. Kurasa Gomi tidak semenyeramkan itu. Senyum lebarnya memang selalu terukir di bibir tipisnya yang pucat, tapi dia adalah sosok yang lebih banyak tahu tentang diriku dibanding ibu kandungku sendiri. 

            Di tengah kesibukan ayah yang bekerja untuk keluarga kecil kami dan ibu yang sibuk dengan pekerjaan rumah dan mengurus kedua adikku sampai-sampai aku terabaikan seperti ini, beruntungnya masih ada sosok Gomi yang mau memperhatikanku meski dunia tempat kami tinggal ini berbeda.

            “Bunga lavendernya dari siapa?” Gomi bertanya. Tangannya mencoba untuk menyentuh kelopak kecil bunga itu, tapi apalah daya semua yang ingin Gomi sentuh menembus dirinya. Ia saja langsung tertawa ketika tahu aku berpikir seperti itu. 

            “Dari Zora. Cantik, bukan?” kataku, lalu Gomi mengangguk sebagai respons. Aku memandangi belasan bunga lavender pemberian Zora di vas bunga kaca yang diletakkan di sisi lain meja belajarku, tapi juga memastikan itu jauh dari jangkauan Sisi yang ingin menjatuhkan vas bungaku menggunakan ekornya. 

            Seperti yang Zora katakan, kalau menghirup aroma bunga lavender bisa menenangkan hati dan pikiran kita. Kemudian bunga lavender ini juga bisa diletakkan di setiap sudut ruangan sebagai pewangi alami. Bunga lavender memang memberikan banyak manfaat. Bahkan, bunga ini juga bisa dimanfaatkan sebagai produk kecantikan dan kesehatan. Untuk pelajar sepertiku, aku cukup membutuhkan aroma bunga lavender untuk membantu meningkatkan kemampuan konsentrasiku saat belajar. 

            Dan kabar baiknya perkataan Zora terbukti benar! 

            Kalau sudah begini, aku ingin sekali membagi tips “Betah Belajar Tanpa Merasa Bosan Berkat Aroma Bunga Lavender” ke seluruh anak-anak yang malas belajar di dunia ini. Siapa tahu selain aku yang terkenal karena mencetuskan gagasan itu, kebun bunga nenek Zora juga bisa terkenal di sepenjuru dunia. 

            Berkat bunga lavender itu juga, aku bisa dengan tenang mempersiapkan diri untuk menghadapi Olimpiade Eksperimen Sains antar sekolah dalam kurun waktu satu minggu. Setelah mendengar penuturan Liv, Zora, dan Nigel yang mendukungku, aku menjadi lebih bersemangat untuk belajar! Tekadku untuk memenangkan olimpiade dan mengharumkan nama sekolah semakin menggebu-gebu dalam diriku berkat dukungan mereka!

           Aku tak dapat membayangkan apa yang akan terjadi jika orang-orang baik seperti mereka tidak ada di dalam hidupku…

✨✨✨

Adamas School 

            “Aku tidak pernah menyangka jika Aubrie akan menggantikan Nara.” kata Liv. Ia menebarkan pandangan ke sepenjuru kelas dan memastikan tak ada seorang pun yang mendengarnya selain aku. 

            “Serius?” aku terperangah. Liv pun hanya bisa mengangguk. Sudah sepuluh menit aku dan Liv saling berbisik membicarakan berita hangat ini! 

            Hei, bayangkan saja. Nara Chieko adalah siswi terpandai ketiga di kelasku yang sebelumnya juga terdaftar sebagai salah satu siswa perwakilan sekolah di Olimpiade Eksperimen Sains harus digantikan oleh Aubrie Freyja, si ketua salah sebuah circle bernama Fried Banana sekaligus mantan sahabatku yang tidak terlalu menonjol di bidang akademik. 

            Tapi bukannya merendahkan, menurutku Aubrie bukan siswi yang tepat untuk menggantikan Nara. Tapi karena Aubrie yang memang sebelumnya menjadi murid cadangan dan bersikeras agar guru memilihnya, maka terwujudlah keinginannya. 

            Geram? Tentu saja. Bagaimana jika Aubrie memenangkan olimpiade ini? Tiga tahun belajar bersama di kelas yang sama, banyak yang mengatakan jika Aubrie memiliki segala cara untuk memenuhi keinginannya. 

            “Lantas?” aku menatap lekat wajah Liv, menunggunya melanjutkan gosip kami. 

            “Lantas apa? Lagi pula Gabrielle tidak bisa diandalkan karena jadwal olimpiade dan terapinya berdampingan.” papar Liv.

            Astaga… beginilah jadinya jika di kelas kami memiliki murid ambisius yang minim dan sisanya tak bisa diandalkan. Walau sebenarnya ada beberapa murid di kelasku yang berada di peringkat sepuluh besar (bukan termasuk Aubrie) tapi tak bisa ditaruh kepercayaan karena mereka menerima usulan untuk mengikuti lomba sains dengan setengah hati. 

            “Mau tak mau kita harus menerima Aubrie dan jangan berekspektasi tinggi!” kataku mengambil kesimpulan. 

            Liv pun hanya mengangguk. Difokuskannya kembali perhatian dia untuk mengerjakan pekerjaan rumah seputar sejarah makhluk mitologi di hadapannya. Ah, Liv. Dia gemar sekali mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah tepat di hari tugas itu dikumpul!

✨✨✨

To be continued...

LIVORA [√]Where stories live. Discover now