Enam

39 36 1
                                    

Disclaimers:
● Cerita ini adalah FIKSI. Mohon kebijakan pembaca untuk tidak membawa karakter dalam cerita ini ke dalam kehidupan nyata visual yang bersangkutan;
● Jika ada kesamaan nama, tempat, atau alur, itu murni ketidaksengajaan;
● Jika ada typo, mohon dimaklumi dan boleh ditegur agar bisa direvisi nanti;
Last but not least, jangan lupa meninggalkan like dan komentar sebagai bentuk apresiasi terhadap cerita ini. Makin antusias kalian, makin bagus.



Sampai hari ini, Irish tidak menyangka bahwa kisah romansanya yang sudah berakhir itu masih saja membuat dunia hiburan gonjang-ganjing. Bukannya makin mereda, kandasnya hubungan Irish dan Kangta makin merambat bebas dan beritanya pun dilebih-lebihkan. Padahal hubungan ini dijalankan berdasarkan kesepakatan berdua, tetapi mengapa hanya Irish saja yang merasakan getahnya? Segala macam opini publik menyerangnya secara pribadi di dunia maya, hal itu pun makin memanas ketika banyak sekali kaum wanita silih berganti datang, memprovokasi keadaan menjadi jauh lebih runyam dengan komentar-komentar tak beradab yang makin menyudutkan Irish. Sepertinya, jargon 'Women Support Women' membuat Irish pesimis saat ini.

Ketenangan yang selalu dirasakan oleh Irish ketika pagi hari tiba sambil bermandikan sinar mentari pagi dan memandangi hijau pepohonan, kini tidak lagi bisa ia rasakan ketika seorang pria paruh baya datang berkunjung dengan selusin bodyguard berbadan kekar yang berjajar rapi di apartemennya. Irish tidak menyangka bahwa yang merusak suasana hatinya di lembaran baru kali ini adalah sosok pria yang juga merusak rumah tangganya sendiri dulu. Siapa lagi kalau bukan Abraham Von Starlee?

"Mengapa repot-repot menjejalkan kakimu di kediamanku?" tanya Irish, di sela-sela aktivitasnya mengaduk kopi di mug.

"Jika kau tidak berulah dan menarik perhatian publik, harusnya aku tidak ada di sini, kan, Anakku?"

Irish berdecih, panggilan namanya pada akhir kalimat membuat dirinya ingin terbahak-bahak, tetapi ia memilih untuk menyesap pekatnya kopi hitam sebagai pelepas rasa dahaga.

"Kau melakukan kesalahan lagi, Irish. Bukankah kau bilang Kangta adalah yang terakhir kalinya? Tidak bisakah kau berhenti mencoreng keluarga Starlee dan mencari pria yang benar untuk berada di sampingmu?"

Pertanyaan dari Abraham membuat mulut Irish gatal untuk mengumpat. Namun, lagi-lagi Irish memilih untuk bersikap tenang, mengeluarkan sebatang rokok dari kotak yang ada di laci dan menyalakan pemantik api untuk membakar ujung rokok. Dengan santainya Irish menyesap ujung rokok yang ada di bibirnya dan menghembuskan asap putih beberapa saat kemudian. Lewat ekor matanya, Irish bisa melihat Abraham masih menatapnya.

"Apa kau bisa mendeskripsikan bagaimana pria yang benar itu? Sepertinya aku buta akan hal itu, mengingat bahwa aku terlahir dan besar di keluarga dengan didikan seorang pria paruh baya yang suka sekali bertindak patriarki."

Salah satu bodyguard—sekaligus tangan kanan Abraham sejak lawas—terlihat geram, tetapi sebelum langkahnya mendatangi Irish, Abraham menahannya. "Tidak apa, Matthew. Apa yang dikatakan oleh anakku adalah sebuah kebenaran yang tidak bisa disangkal."

Irish menghampiri Abraham yang duduk di ruang tengah, mulutnya masih senantiasa menyesap puntung rokok. Tidak jauh dari posisi Matthew, Irish menghembuskan asap rokok yang ada di mulut ke arah pria yang masih geram tersebut dengan sengaja. Tanpa basa-basi lagi, Irish langsung meletakkan puntung rokok di asbak lalu duduk di sofa tunggal yang ada di hadapan Abraham.

"Kunjungan kemari pasti bukan karena merindukanku, kan? Jadi katakan, apa tujuanmu datang ke tempatku?"

"Matt, serahkan padanya," pinta Abraham yang langsung diiyakan oleh Matthew sambil meletakkan selusin amplop coklat berukuran A4 di atas meja. Melihat Irish yang tidak berkutik, membuat Abraham menghela napas. "Amplop-amplop ini berisi profil para pria yang pantas untuk menjadi suamimu nanti. Tenang saja, semuanya sudah lulus seleksi karena ayah sendiri yang memilihnya. Semuanya memiliki latar belakang serta keluarga yang terhormat dan berpendidikan. Jadi pilihlah salah satu."

Melihat putung rokok yang ada di asbak terbakar sempurna, membuat Irish tergerak untuk menyulut batang rokok baru dengan pemantik api untuk disesap.

"Ah ... apakah aku adalah korban selanjutnya untuk meneruskan kaidah dari keluarga Starlee?" ucap Iris lalu berdecih. "Maaf, aku tidak tertarik dengan sebuah pernikahan yang berlandaskan untuk menjalin relasi bisnis. Selain itu, tidak usah repot-epot untuk mencarikanku calon pendamping karena aku sudah memilikinya."

Kali ini Abraham yang tertawa. "Siapa?"

"Juan."

Salah satu alis Abraham naik mendengar sepatah kata yang terucap dari mulut anaknya. "Juan? Siapa Juan?"

"Calon menantumu," jawab Irish dengan santainya.

Abraham manggut-manggut. "Ok."

Irish menghela napas lega. "Jadi tidak usah mencarikanku jodoh lagi, ok? Sekarang lebih baik kau—"

"Perkenalkan aku dengan Juan," sela Abraham. "Lebih cepat lebih baik. Kau bisa, kan?"

Irish terdiam sesaat, tetapi ia berusaha menutupi keraguan yang begitu besar dalam hatinya sambil menyesap batang rokok yang ada di mulutnya. Tanpa Abraham ketahui, Irish sedang mengutuk dan menyumpahi dirinya dengan berbagai kata umpatan karena sudah berbohong.




To be continue...





Meet new cast:
Lee Donghae as Abraham Von Starlee

Ruang Diskusi:"Kira-kira langkah apa yang akan dilakukan Irish untuk merealisasikan kebohongannya tersebut?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ruang Diskusi:
"Kira-kira langkah apa yang akan dilakukan Irish untuk merealisasikan kebohongannya tersebut?"

Avenoir  |  Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang