d u a b e l a s

5.1K 464 11
                                    

Haii lagii

Vote duluuuu

Selamat membaca, yaa.
Moga-moga suka.

—•—
Happy reading!!
—••—

Adara datang kembali ke rumah Aezar. Mamanya Aezar ntah kemana dan sekarang Adara sudah berada di dalam kamar Aezar.

Sedangkan Aezar tengah tertidur dengan selimut yang membungkus erat tubuhnya.

Pikiran Adara berkelana mengenai kembaran Aezar. Bukankah itu berarti alur novelnya sudah melenceng sangat jauh?

Atau sebenarnya Aezar memang memiliki saudara kembar, tapi tidak diulik lebih dalam oleh si penulis?

Mata Adara berkeliaran di sekeliling kamar Aezar. Tidak ada foto keluarga, tidak ada foto berdua dengan 'saudara kembarnya' itu.

Yang ada malah fotonya bersama Aezar, dengan berbagai macam pose. Pose mencium pipi, memegang pipi, mengusap kepala, memeluk, dan lainnya.

Foto-foto itu tergantung apik di depan meja belajar Aezar, yang sebenarnya tidak bisa disebut meja belajar karena tidak ada tumpukan buku disana.

Saat mengalihkan pandangan, Adara tertuju pada pergerakan Aezar yang mulai tidak nyaman di kasurnya.

Aezar melenguh pelan, lalu setelahnya suara serak miliknya terdengar merengek memanggil mamanya, lalu memanggil Adara.

Mata Aezar masih terpejam. Tidak menyadari adanya makhluk lain di dalam kamarnya.

"Masih pusing?" Tanya Adara. Posisinya masih berada jauh dari kasur Aezar. Sengaja berjaga jarak.

Jaga jarak, takut jatuh terlalu berat.

Mata Aezar seketika terbuka, matanya memincing ke arah Adara yang dibalas mendelik.

Tangan Aezar yang tadinya memegang selimut erat langsung merentang, "Daraaa, peluk gue." Pintanya dengan suara serak.

Adara mendekat. "Gue peluk, tapi lo harus jawab pertanyaan gue."

Aezar mengangguk saja. Tidak lama, Adara masuk ke dalam pelukannya. Adara disambut suhu hangat dari tubuh demam Aezar.

Laki-laki itu mengelus rambutnya, "mau tanya apa, sayang?"

Dengan tubuh kaku, Adara mendongak menatap rahang milik Aezar. "Lo punya kembaran?" Tanya Adara pelan.

Adara menelan ludah gugup saat melihat jakun Aezar bergerak-gerak. Nampaknya laki-laki itu sedang menelan ludah karena mendengar pertanyaan Adara.

"Mau minum?" Tanya Adara lagi.

Aezar mengangguk, setelahnya mengecup kepala Adara dan melepas pelukannya agar Adara bisa mengambilkan air untuknya.

Adara menepuk bahu Aezar pelan. Laki-laki ini suka sekali cari kesempatan. Sedangkan yang ditepuk hanya terkekeh kecil.

Adara membantu Aezar meminum air putihnya. "Jawab pertanyaan gue." Desak Adara.

"Sabar sayang, gue baru habis minum."

Mendengar jawaban itu membuat Adara berdecak lirih. Kedua tangannya terpaku di pinggang. Menunggu Aezar yang sekarang menyandarkan bahunya pada kepala kasur sembari memejamkan mata.

Become An Antagonist? [ON GOING]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora