Intro: Obsesi

215 21 23
                                    

"Aboeji?" suara Jeno bergetar hebat setelah mendengar kenyataan yang tak ingin dia dengar. Bahkan, Jeno sampai meremas handphone miliknya walau situasi saat ini tak memungkinkan dirinya untuk merasakan amarah yang begitu besar. Jeno sedang berbahagia berkat kesuksesannya melaksanakan ujian skripsi yang dilaksanakan pagi ini.

Jeno menelpon dirimu berniat menanyakan keberadaan mu yang telah berjanji untuk datang dan merayakan kelulusannya setelah sidang. Tapi, malah ayah kandungnya ini yang mengangkat panggilan tersebut dan meminta pada Jeno untuk berhenti menghubungimu lagi.

Terdengar gila memang tapi Jeno sudah berusaha menahan kegilaan ini sejak lama. Ayah yang selama ini sangat perhatian dan menyayangi Jeno melebihi apapun sukses berubah seperti orang lain berkat obsesi yang ayahnya rasakan pada kekasih Jeno. Selama ini, Jeno sudah cukup bersabar, namun setelah ayahnya mengutarakan kenyataan yang tak ingin dia dengar. Jeno kacau bukan main dibuatnya, air mata menggenang di pelupuk mata Jeno seiring tubuhnya yang bergetar hebat. Refleks lelaki tampan itu menjauh dari kerumunan teman-temannya yang ingin memberikan selamat pada Jeno.

"Aboeji punya hadiah atas kelulusanmu, coba kau datang ke apartemen Y/n sekarang. Aboeji pastikan, setelah menerima hadiah ini kau pasti akan menuruti pinta aboeji untuk menjauhi Y/n." ucap lelaki itu semakin memancing emosi dalam diri Jeno. Setelah panggilan Jihoon matikan secara sepihak, Jeno langsung berpamitan pada seluruh temannya yang telah hadir untuk memberikannya selamat padanya.

Jeno berjanji akan mentraktir mereka nanti malam sehingga keputusan mendadak ini tak menimbulkan kekecewaan untuk teman-temannya. Buru-buru, Jeno tancap gas mobilnya menuju apartemen milikmu yang tidak berada jauh dari kampus Jeno. Setelah memarkirkan mobilnya di tempat biasa, benar saja ada satu mobil yang sangat ia kenal beserta sopir pribadi ayahnya sedang bersantai di ruang tunggu apartemen tersebut.

Tak sempat supir pak Jihoon menyapa, Jeno langsung lain menuju lantai tiga kamar apartemenmu menggunakan tangga darurat karena kebetulan lift yang biasa menjadi satu-satunya jalan menuju kamarmu mengalami kerusakan. Jeno naiki satu demi satu anak tangga, semakin membuat jantungnya berdegup kencang seiring perasaan tak enak yang menyelimutinya.

Setelah sampai di depan pintu kamarmu, sempat Jeno atur napasnya sesaat sebelum memasukkan sandi apartemenmu berupa kombinasi tanggal lahir kalian. Ya, Jeno yakin sekali kamu juga mencintai dirinya seperti perasaan yang Jeno rasakan kini. Tapi setelah mendapati pemandangan tak senonoh yang dilakukan ayah kandungnya padamu. Sukses membuat tubuh Jeno menjadi lemas seiring tangisnya yang pecah.

Amarah dan rasa kesal begitu memenuhi Jeno saat melihat dirimu sudah dalam keadaan bertelanjang bulat dengan milik ayahnya yang menyatu pada milikmu. Posisimu saat ini duduk di pangkuan Jihoon pada sofa apartemen mu menghadap ke arah pintu. Jangan lupakan vibrator yang Jihoon masukkan di lubang belakangmu, dua jepitan besi yang menjepit dua dadamu, mulutmu yang disumpal gagball berukuran besar, matamu yang Jihoon tutup menggunakan kemeja miliknya, dan kedua telingamu yang Jihoon pasangkan headphone dalam volume besar agar tak mendengar apapun yang terjadi saat ini.

Erangan terdengar pelan saat Jihoon tarik rantai yang menghubungkan dua penjepit di dadamu masing-masing. Tubuhmu bergetar hebat dengan tangan yang terikat di belakang tubuhmu sementara Jihoon yang tak lain ayah kandung Jeno tertawa puas dibelakang sana.

"Aboeji, lepaskan dia!" pinta Jeno yang langsung Jihoon jawab dengan tindakan melepas gagball di mulutmu dan berusaha melepaskan tautan tubuh kalian di bawah sana. Sialnya, kamu malah menolak dan mendesah kasar, "Daddy, aku belum pelepasan, jangan berhenti dulu nghhh!" pintamu dengan sangat, mampu memancing tindakan agresif Jeno yang tak kalah dari ayahnya untuk membuka headphone di telingamu.

Namun, langkah Jeno tersebut dapat Jihoon baca dengan mudah seiring pria itu berikan ancaman lagi, "Tak bisakah kau mengikuti perintah aboeji sekali saja, Jeno? Aku ayah kandungmu, tak seharusnya kau anggap aku seperti saingan, apalagi sampai menguji kesabaranku terus menerus. Ini, bukan permintaan tapi perintah! Jika kau tak mau, aboeji bisa menghapus namamu dari kartu keluarga dan semua hak waris atas harta yang aboeji miliki!" ancaman tersebut sungguh membuat Jeno bingung, marah, sedih, kesal, bercampur menjadi satu.

Kekesalan Jeno semakin menjadi-jadi setelah mendengar desahanmu yang persis mendalami peran jalan kesukaan ayah kandungnya, "Daddy, apakah aku boleh menggerakkannya, aku ingin merasakan bibir daddy jugaa!" yang sukses memcah tawa Jihoon begitu puas.

Sungguh, ayahnya saat ini seperti bukan ayah kandungnya yang selama ini Jeno kenal, atau inilah sifat asli yang selalu berusaha ayahmu tutupi darimu, Lee Jeno!

Sadar atas perhatian yang masih Jeno berikan padamu, Jihoon tuntun tubuhmu berbalik menghadap dirinya di pangkuan Jihoon tersebut. Seiring Jihoon turunkan sedikit posisinya agar dapat menggerakkan tubuhnya menghentak tubuhmu kasar. Desahanmu mengalun kencang yang memancing kekesalan dalam diri Jeno hingga nekat berjalan dan menutup kasar pintu kamar apartemenmu setelah ia keluar.

Sementara di sisi lain, Jihoon buka penutup matamu, headphone yang kamu kenakan, bahkan ikatan dikedua tanganmu untuk melayangkan kecupan manis di dahimu, "Daddy mencintaimu, Y/n!" kamu yang tak tahu apa apa mengenai kejadian sebelumny hanya bisa tertawa lemah lalu menjawab, "Aku lebih mencintaimu, daddy!".

KALIAN EXCITED GA GUYS DENGAN FANFICTION INI🙏☺

NO LIMIT (JENO) Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ