04: Perhatian

425 34 16
                                    

YOU POV

Aku hembuskan napas kasar sambil berulang kali menghapus air mata yang mengalir membasahi wajahku. Rasanya, aku tak sanggup lagi menghadapi situasi yang akan terjadi dalam kantor ini.

Aku merasa begitu tak percaya diri dan tak memiliki daya untuk membela diriku sendiri, tapi di sisi lain aku juga sangat membutuhkan pekerjaan ini sebagai ladang pemasukan baru dalam hidupku. Ada banyak sekali orang yang bergantung hidup padaku dan aku memiliki tanggung jawab yang besar untuk menghidupi seluruh anggota keluargaku di Busan.

Apakah aku tak boleh memimpikan mendapat pekerjaan yang bagus dan membanggakan sesuai dengan gelar yang aku miliki?

Tapi kenapa semesta seolah tak ingin aku menggapai seluruh citaku dengan mudah?

Kenapa engkau pertemukan aku dengan pria itu lagi, tuhan?

Sudah cukup, enam bulan yang lalu aku tenggelam dalam pesona pria matang pemilik perusahaan ini sampai membuatku mengandung anak beliau. Aku tak ingin lagi tenggelam dalam hubungan yang salah pria bernama pak Jihoon tersebut, namun hati kecilku terus menuntun diriku agar kembali ke dalam pelukan pria yang sangat aku cintai tersebut.

Mau sampai kapan aku menangis di dalam bilik ini? Rasanya sudah setengah jam lebih aku merutuki nasib buruk dan ancaman yang pak Jihoon berikan padaku.

Sekarang, aku harus berdamai dengan kenyataan baru yang begitu mengejutkanku, yaitu CEO di perusahaan induk tempat aku magang adalah mantan pelangganku dahulu. Mau tidak mau, aku harus menerima dan menghadapi kenyataan tersebut!

Ya, aku harus kuat demi diriku sendiri!

Aku putuskan untuk bangkit dari penutup toilet ini lalu menghapus sisa air mata di wajahku setelah itu aku tekan flush toilet agar tidak membuat curiga orang lain. Setelah menguatkan diri aku keluar dari bilik toilet tersebut dan menyapa dua orang pegawai yang tengah merapikan make up di wajah mereka. Sempat aku mencuci tangan dan merapikan penampilanku sebelum memutuskan keluar dari toilet wanita tersebut.

Aku langkahkan kaki dengan berat menuju meja kerjaku pada bagian keuangan dan akuntansi. Sempat terdiam sebentar sambil memandang sebuah kotak ayam BHC yang sangat aku sukai berada di atas mejaku. Buru-buru aku ambil handphone milikku di dalam tas, berencana menanyakan tentang keberadaan ayam tersebut namun tak ada siapapun dalam ruangan ini. Hanya ada aku yang berteman dengan kesendirian dan kebingungan yang aku rasakan.

Ternyata ada 10 panggilan tak terjawab dari Jeno, kekasihku. Bahkan, lelaki itu sampai mengirimkan belasan pesan yang ingin memberitahuku kalau ia telah memesankan ayam goreng kesukaanku sebagai makan siang hari ini. Buru-buru aku telepon balik Jeno, namun tak diangkat hingga tiga kali panggilan telepon aku lakukan hanya untuk mengucapkan terima kasih secara langsung padanya. Kekasihku ini sangat perhatian yang membuatku sangat merasa bersalah padanya.

Aku putuskan untuk memakan saja ayam pemberian kekasihku tersebut hingga kedatangan seorang pria paruh baya sedikit mengejutkanku. Kesan pertama yang aku dapatkan dari pria paruh baya ini sangatlah baik dan lucu. Beliau gemar sekali membangkitkan suasana dalam kantor ini, jika tanpa beliau mungkin aku bisa dilanda kegugupan yang ekstrim karena suasana kantor ini yang sangat sunyi dan mencekam. Bahkan saking sunyi nya aku sampe dapat mendengar suara mouse yang di tekan dan suara perutku sendiri yang memecah keheningan.

Entahlah, aku hanya merasa tak biasa dengan suasana seperti itu. Membuatku semakin gugup saja walaupun aku yakin pasti semua orang dalam ruangan ini begitu fokus pada tugas yang diberikan, bukan bermaksud apapun!

Aku habiskan makan siangku sambil berbincang dengan bapak tersebut. Bapak itu banyak bercerita padaku, mulai dari latar belakangnya, beberapa momen penting dalam hidupnya sampai bagaimana bisa ia berakhir menjadi pegawai kontrak di perusahaan ini. Beliau menyarankan aku untuk memperdalam ilmu komputer seperti pengoperasian microsoft excel dan lainnya, agar lebih memudahkan kinerja kami selama di kantor. Aku pun sebisa mungkin mendengarkan saran yang beliau belikan hingga satu per satu pegawai bagian keuangan ini kembali dari istirahatnya.

Jeno tak kunjung membalas pesanku sehingga aku putuskan untuk membuat kopi saja di bagian dapur kantor ini. Saat aku melewati sebuah lorong menuju area dapur dan toilet, samar-samar aku mendengar percakapan dari beberapa pegawai dari area toilet cowo yang pintunya terbuka.

"Aneh sekali kan? Tak biasanya loh dia begitu!"

"Dia mau ngincar siapa ya? Di lantai ini kan lebih banyak pegawai cowo ketimbang cewenya!"

Memang di perusahaan ini di dominasi sekitar 80% pegawai pria ketimbang wanita dan diriku merupakan bagian dari 20% nya.

"Itu loh anak magang baru, kan cantik banget tu? Buat apa coba dia nemuin anak magang yang bahkan belum 24 jam di kantor ini?! Malah disuruh buatin kopi setiap harinya lagi!"

"Itu pikiran buruk lu aja, ga usah buat buat gosip ga jelas deh!"

"Aku denger dari sekretaris pribadinya sih, pasti legit lah informasinya!"

"Jadi lu nuduh pak Jihoon berusaha memanfaatkan anak magang itu demi kepentingannya seorang?"

"Bagus baget kata-kata lu, sudah lah, to the point aja. Pak Jihoon sepertinya mengincar anak baru tersebut, gua gak tahu maksud aslinya tapi ya pasti lah mengarah kesana!"

"Mana pak Jihoon sudah lama ya ditinggal istrinya!"

"Jadi gosip pak Jihoon pacaran sama asprinya itu gimana?"

"Ga benar, itu mah kepinginnya si Nami aja. Siapa yang ga mau sama pak Jihoon, sudah tampan, single, kaya raya, tegas, sudah lah. Mending lu cari cewe lain aja, Gyu!"

"Padahal anak magang itu cantik banget ya, mau gua dekatin tapi liat pak Jihoon ugal-ugalan gitu jadi takut juga!"

"Saingan lu pak Jihoon!"

"Menurut gua sih, pak Jihoon lagi gabut aja makanya cari kesalahan orang lain apalagi ada anak magang baru di perusahaannya. Sekalian melatih mental!"

"Males ah, positif thinking banget lu jadi orang!"

Yang langsung aku hentikan niatku membuat kopi dengan membalik tubuhku. Aku langkahkan kaki kembali menuju meja kerjaku lalu mencoba mengerjakan tugasku kembali. Sialnya, notifikasi pesan masuk kakao di laptop milikku terus saja masuk hingga memecah konsenterasi ku.

Langsung aku ambil hanphone milikku untuk mengangkat panggilan dari nomor tak dikenal ini secara diam-diam. Aku hanya takut panggilan itu merupakan panggilan penting dari keluargaku yang berada di busan. "Yoboseyeo?" suaranya berat dan terdengar tak asing di telingaku.

"Pulang kantor, temui daddy di lantai paling atas gedung ini. Daddy tunggu paling lambat hingga 15 menit, jika kau terlambat, datang sendiri ke hotel yang telah daddy sewa untuk kita berdua. Jangan lupa pastikan tidak ada siapapun yang mengetahuinya!" setelah mengatakan itu, sang penelpon yang tak lain adalah pak Jihoon matikan panggilan tersebut. Sukses membuat jantungku berdegup kencang apalagi saat salah seorang karyawan lelaki memanggilku untuk mengajakku berbicara.

Tuhan, aku tahu malam ini aku akan habis di tangan pak Jihoon, tolong kuatkan tubuh dan hatiku agar tak tenggelam lagi dalam pesona beliau, tuhan. Tolong aku..

TBC

NO LIMIT (JENO) Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin