Sang Pembela (2)

28 8 0
                                    

Happy reading

....

Ini aku dan surat ku, Gumilang.
Tak seperti yang lain, kali ini surat ini aku tujukan kepada semua orang.
Aku ingin semua orang di dalam keluarga ini tahu betapa tangguhnya Danar dibalik kehangatannya.

Aku punya sebuah geng berisikan anak-anak nakal dulu, bisa dibilang aku termasuk jajaran penting di dalamnya. Aku yang masih 16 tahun saat itu tentunya merasa itu sebuah kebanggaan masa muda. Memiliki kekuasaan terhadap sekolah dan daerah sekitarnya.

Tapi saat Kak Angga menghukum dan Danar menjadi penolongku, aku bertekad penuh. Aku sadar kesalahanku dan tentunya lepas dari lubang setan ini bukanlah perkara yang mudah, terasa mustahil. Mungkin aku memang tak akan terselamatkan dari asrama.

Tapi Danar, dia mengabaikan hal mustahil itu dan membukakan ku sebuah jalan baru.

••••

"Dia janji dia pulang jam 5!" Amarah Angga masih cukup tertahan. Dua hari setelah kejadian menghukum Gumilang, Angga benar-benar menaruh matanya penuh ke Gumilang.

"Mama sudah hubungi gurunya, harusnya bimbingan belajar selesai sejam yang lalu" Vivienne tak kalah gelisah, takut jika terjadi hal-hal yang tak nyaman lagi dalam rumah ini. Berharap putranya itu tidak membuat masalah yang memancing amarah si sulung.

Danar yang baru saja kembali dari belajarnya juga harus ikut kena tatapan tajam dari Angga, seolah menunjukkan bahwa inilah hasil dari pembelaannya, Gumilang mungkin masih akan mengulangi kesalahan yang sama. Tatapan mata itu juga seolah meminta pertanggungjawaban kepada Danar.

"Aku bakal nyusul ke sekolah dia" Ucap Danar langsung mengambil jaket dan kunci mobilnya. Tapi baru saja Danar akan membuka pintu, dia sudah terkejut dengan siapa yang berdiri di depan pintu mereka.

Bukan cuma Danar, tapi mereka semua yang dipanggil untuk melihat siapa tamu yang datang.

Yang datang adalah dua orang polisi dengan sebuah laporan mengenai Gumilang.





..


"Saudara Gumilang dan antek-anteknya ditangkap beserta siswa dari sekolah lain. Mereka dilaporkan karena berbuat tawuran di tengah jalan. Belum ada korban tapi senjata tajam yang dibawa juga sudah kami sita"

Kaki Vivienne melemas mendengarnya bahkan Grace sampai harus membantunya berdiri. Sementara Angga dan Danar kehabisan kata-katanya. Dan lagi Bada yang tak ada sebagai penenang mereka karena pekerjaan di luar kotanya.

Danar segera menyadarkan dirinya dari kebungkaman, berusaha mengejar langkah Angga yang dengan cepat mencari dimana sosok Gumilang diantara para siswa yang tertangkap.

Gumilang yang berdiri di sudut ruangan dengan luka gores di lehernya pun sudah merasa bahwa kematiannya sudah dekat detik itu juga. "Kak Angga... " Liriknya berusaha meraih tangan Angga namun Angga dengan cepat menepisnya.

Angga sampai di hadapan Gumilang yang menundukkan kepala, seluruh tubuhnya bergetar ketakutan. Dia pikir dia akan dipukul lagi oleh Angga tapi yang Angga ucapkan adalah sesuatu yang lebih melukainya.

"Saya akan nyuruh polisi buat taruh kamu di sel paling sempit! bau atau kotor atau kalau bisa sama penjahat biar kamu kena bully disana. Besok pagi, jangan berani berharap kamu bisa pulang ke rumah atau meminta belas kasih kakak-kakak kamu. Besok! Langsung kamu akan ke asrama, kamu tinggal di sana sampai lulus masa SMA! Setelah itu cari sendiri uang kuliah kamu! Jangan kembali ke rumah kalau bisanya cuma mencoreng nama keluarga!"

Seperti dihancurkan oleh gemuruh petir dalam hitungan detik. Seperti di bunuh tanpa menyentuh, seperti dihentikan aliran darah dan udara. Seperti dilempar ke dalam palung dan jurang terdalam.

Dear Danar : Tentang caramu melihatku. Where stories live. Discover now