One That Blossoms

41 9 4
                                    

Happy reading

•••••

Ini bukan surat permohonan maaf seperti yang lainnya. Ini adalah surat pengakuan dari ku, dari seorang Florence,anak putri kedua Edwin.

Pengakuan akan bagaimana perasaan yang tak seharusnya itu tumbuh mekar dalam hatiku. Dan saat itu aku tidak berbohong saat aku mengakui semuanya kepada Danar. Aku mengharapkan pembenaran dan perlindungan darinya. Karena dia kakakku yang pastinya akan selalu melindungiku.

Aku tidak menyalahkannya saat dia tidak mendukung ku, aku juga tidak menyalahkan Elang yang berteriak di depan wajahku sambil melayangkan tatapan jijiknya. Dan aku juga tidak menyalahkan Alice Farellie karena membuat perasaan ini tumbuh.

Karena mungkin semua cinta yang Alice berikan adalah sesuatu yang aku butuhkan dari seorang Clarina ataupun mama. Cinta seorang perempuan yang mampu menyembuhkan luka pada jiwaku karena kelakuan kotor para laki-laki.

Aku adalah Florence 14 tahun yang dilecehkan dan aku jugalah Florence 19 tahun yang memilih mengubah jalan cintaku dan aku yang sekarang yang menulis surat ini adalah aku yang sudah berdamai dengan semua itu.

Saat Danar berkata, "Tidak ada yang bisa menerima cinta seperti itu disini. Tapi disini juga aku, akan menerimamu di sisiku, aku menerima perasaanmu tapi aku tidak bisa mendukungmu."

Aku melihatnya saat dia mengatakannya dengan tegas tapi di dalam hatinya dia penuh hancur melihat adik yang paling ia sayang jadi seperti ini. Aku bertaruh aku lah yang paling memahami Danar bahkan hanya dengan tatapan mata.

Danar selalu mengalami kehancuran dalam dirinya. Saat hari lahirnya menjadi perayaan kematian, saat Elang membencinya, saat Mama tak memahaminya dan saat-saat mengecewakan lainnya yang ia temui di masa depannya.

Jika hati bagaikan bongkahan kaca maka aku lah orang yang menyaksikan bagaimana Danar berdarah-darah menyusun kembali hatinya hari demi hari dan aku mungkin juga yang memungut serpihan-serpihan hatinya.

Danar... Selamanya akan menjadi kebanggaan Ayah dan bukanlah Elang. Danar berhak menerima semua cinta yang dunia bisa berikan. Dia berhak dicintai oleh siapapun orang yang bisa melihat perasaan asli terdalamnya.

Sungguh lucu jika melihatnya, Danar adalah gambaran kehidupan sempurna yang orang lain dambakan. Dia berhasil menjadi pengacara yang kompeten bahkan tidak hanya dalam negeri, dia punya banyak teman dari banyak kalangan karena pekerjaannya, dia punya uang dan kehormatan tersendiri, dia punya penggemarnya.

Tapi Tuhan menggagalkannya melalui keluarganya sendiri. Tuhan mengambil rasa cintanya kepada keluarganya. Mengapa Tuhan melakukan itu?

Karena sungguh... jika saja Tuhan tidak mencabut kasih sayang Danar atas keluarganya, pasti ada takdir yang lebih baik daripada saat ini. Menurutku.

•••••

Florence adalah yang paling berbeda di antara saudara perempuannya. Dia tidak seperti Clarina yang cantik dan memanfaatkan kecantikannya untuk meraih segala hal. Dia juga tidak seperti Harissa yang polos dan menikmati hidup sebagai bungsu yang mengandalkan kakak-kakaknya.

Florence adalah satu-satunya yang tidak mengikuti arus. Dia tampil apa adanya tanpa ada campur tangan saudara yang memengaruhi sikapnya. Oleh sebab itu, dia merasa sangat lelah dengan kekangan dan ketegasan Angga, dia merasa bosan dengan Bada yang terlalu memikirkan perasaan orang lain, dia muak dengan Clarina yang mengejar kata sempurna.

Tapi ketika itu, usianya 10 tahun. Semua sibuk dengan urusan sekolah dan pekerjaan masing-masing, kaki pendeknya membuat dia harus terpaksa jalan sendiri mencari pelayan yang bisa diajak main bersama.

Dear Danar : Tentang caramu melihatku. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang