Chapter 11. Babak Penyisihan

63 39 3
                                    

Revisi setelah end.

Happy Reading!

Babak pertama adalah babak penyisihan. Dalam babak ini hanya akan ada lima peserta dengan nilai terbaik yang akan terpilih untuk melanjutkan ke babak selanjutnya. Sesuai arahan yang telah diberikan, semua peserta memasuki ruangan dan menempati meja yang telah tersedia. 

            Aku dengan sengaja menempati meja di urutan pertama yang tentunya terletak di barisan paling depan. Selagi menunggu waktu yang telah ditentukan, aku memeriksa alat-alat dan bahan yang tersedia di meja terlebih dahulu. Aku memeriksa kualitas dan layak tidak pakainya benda-benda ini saat digunakan ketika bereksperimen nanti. 

            Lima menit berlalu. Kulihat para juri beserta Liv dan tim Actio Custodia lainnya memasuki ruangan. Mereka mengenakan pakaian khusus yang saling membedakan satu sama lain; para juri mengenakan pakaian serba hitam dengan ciri khas logo universitas di bagian belakang jubah yang berhasil membuatku tercengang bahwa ternyata mereka adalah profesor lulusan universitas terkenal di kota Marpa. 

            "Baiklah. Izinkan aku untuk membacakan deretan tata tertib yang perlu dipatuhi selama babak penyisihan berlangsung." ucap salah seorang juri. Ia mengangkat tongkat sihirnya di udara. Spontan membuat secarik kertas tua berisi tata tertib melayang-layang tepat di hadapannya. 

            Selagi juri tersebut mulai membacakan seluruh tata tertib, para peserta mendengarkan dengan saksama tanpa melewatkan satu kosakata pun. 

✨✨✨

            Pembacaan segelintir tata tertib menghabiskan waktu kurang lebih lima menit. Ada beberapa tata tertib yang bisa kuingat dengan jelas, yaitu tidak diperkenankan untuk membawa alat bantu eksperimen ataupun semacamnya ke dalam ruangan, tidak diperkenankan untuk membawa secuil kertas berisi mantra, dan tidak diperkenankan untuk membawa resep percobaan dan bahan-bahan instan tambahan lainnya. 

            Dan kupastikan semua barang yang dimaksud di dalam tata tertib tidak ada di kantong seragamku!

            “Kurasa sudah saatnya, Winny, Willy,” seorang juri wanita berkaca mata menyumpal kedua lubang telinganya menggunakan gumpalan lilin. Winny dan Willy—dua sosok Stoll bersahabat yang dimaksud mengangguk singkat. Winny menjinjing sebuah gong emas berukuran sedang sejajar dengan dadanya, sementara Willy mengangkat sebuah pentungan di udara lalu memukul permukaan gong tersebut sebanyak tiga kali. 

            "Babak penyisihan dimulai dari sekarang dalam waktu 30 menit!” 

            Perlombaan pun dimulai. Dengan segelintir materi yang masih melekat erat di ingatan, aku mulai menyiapkan alat-alat eksperimen yang kubutuhkan di atas meja percobaan. Karena tidak boleh menggunakan bahan instan, kami harus meracik bahan-bahan yang dibutuhkan menggunakan rempah-rempah alami yang dipetik langsung dari perkebunan. 

            Waktu terus bergulir. Perlahan tapi pasti, aku mulai memasukkan bahan-bahan yang sudah kubuat ke dalam sebuah belanga. Dalam melakukan ini tentu tidak bisa seenak jidat. Aku harus membuat suasana hatiku setenang mungkin dan memusatkan segala perhatianku pada ramuan. 

            Saat memasukkan bahan-bahan ke dalam belanga, pastikan suasana hatimu sedang tenang. Suasana hati sangat memengaruhi cairan asam yang sedang direbus di dalam belanga yang mendidih. Jika suasana hatimu sedang tenang, maka tidak akan ada percikan cairan asam yang melompat keluar dari belanga. Namun, sebaliknya jika kau memasukkan semua bahan-bahan tanpa perhitungan dan dalam suasana hati yang buruk, maka cairan asam panas yang tengah kau rebus akan melompat keluar dari belanga dan—

LIVORA [√]Where stories live. Discover now