3: Perihal ragu

61 10 8
                                    

Keesokan paginya, tepat usai sarapan, [Name] menyaksikan sepasang suami istri sedang berbincang. Dari cara mereka menatap satu sama lain, selalu membuat [Name] menebak-nebak jika hubungan kedua orang dewasa itu tidaklah baik. Anri menatap Ego dengan penuh cinta, tetapi tidak sebaliknya. Mata legam Ego selalu menatap seseorang dengan datar, tanpa harapan, sekalipun pada istrinya.

"Kita jadi berangkat?" [Name] akhirnya bersuara ketika muak terus bersandar di mobil kerja Ego tanpa adanya kepastian kapan mereka berangkat.

Dirinya sudah dengan terpaksa lho mau menerima perintah Ego untuk ikut bekerja dan sekarang pria itu malah asik berbicara dengan Anri.

Ego hanya melirik, mengabaikan [Name] lalu lanjut berbicara dengan Anri. [Name] berdecak kemudian menarik tubuhnya dari posisi bersandar dan berjalan menghampiri kaca spion dengan kedua tangan disimpan di dalam saku celana jooger hitamnya.

Ia berkaca, melihat-lihat wajahnya yang tanpa polesan make up tersebut. Ketika menyadari bibir jauh lebih pucat dari biasanya membuat [Name] mengeluarkan liptint dari saku celananya. Liptint bewarna senada dengan bibir itu ia aplikasikan. Ketika liptint dan bibir sudah menyatukan, hal tersebut membuat gadis berambut sebahu yang diikat satu itu tersenyum senang. Dia terlihat jauh lebih baik sekarang.

Sebenarnya, jika [Name] ingin keluar rumah, dia pasti memakai skincare bahkan make up tipis. Namun, karena sekarang tujuan gadis itu adalah untuk bersih-bersih, maka make up tak perlu ia lakukan.

"Ayo kita berangkat." Ego bersuara sembari berjalan meninggalkan Anri di ambang pintu rumah mereka.

Pria itu membuka pintu ketika [Name] menepi dan setelah [Name] ikut masuk, Ego menyalakan mesin mobilnya. Mereka melaju pergi meninggalkan rumah menuju apartemen Shu, tempat yang menjadi tujuan utama saat ini.

"Apa yang ayah bicarakan dengan Anri-san?" tanya [Name] di tengah hening.

Dia mungkin tidak acuh, tetapi dia penasaran dan [Name] sedikit buruk untuk menahan rasa penasarannya.

"Bukan urusan anak kecil," jawab Ego.

Mendengarnya membuat [Name] berdecih. Dasar pria menyebalkan yang tak [Name] sukai.

22 menit berlalu dan mereka berdua tiba di kawasan apartemen Shu. Usai memarkirkan mobil, Ego bergegas keluar untuk menelepon seseorang. [Name] ikut keluar dan melihat parkiran basemen apartemen yang begitu luas dengan saksama. Tak ada yang aneh di parkiran apartemen ini setelah ia cek.

Tak lama panggilan telefon berakhir dan Ego menoleh ke arah lift basemen yang terbuka. Di sana, seorang pria berambut panjang datang melenggang menghampiri [Name] dan Ego.

[Name] terdiam, cengo melihat betapa panjang dan sehatnya rambut pria ini. Kira-kira, apa saja perawatan yang pria ini lakukan agar bisa mendapatkan rambut seperti ini?

"Hey kids, jangan salah fokus dengan rambutku."

Ketika ditegur membuat [Name] terlonjak. Gadis itu mencibir lalu buang muka setelahnya. Tak salahnya jika salah fokus.

Ego menundukkan punggung untuk salam hormat begitu juga dengan pria berambut panjang ini. Setelahnya mereka berdua saling salam dan saling memperkenalkan diri.

"Saya Jinpachi Ego dari Eternal Memories," ujar Ego.

Pria berambut panjang itu tersenyum lega. "Saya Aryu Jyubei, mewakili ayah saya untuk mengurus kamar apartemen nomor 45. Mari saya tuntun."

Ego mengangguk, membiarkan Aryu berjalan memimpin mereka berdua. Ketika hendak memasuki lift, tiba-tiba langkah [Name] terhenti. Di dalam lift yang kosong, ia melihat sosok pria korporat yang masih lengkap memakai stelan kerjanya. Tak lupa, rambut coklat disisir klimis membuatnya semakin terlihat rapi dan siap untuk bekerja.

𝐄𝐓𝐄𝐑𝐍𝐀𝐋 𝐌𝐄𝐌𝐎𝐑𝐈𝐄𝐒 || Blue Lock x Reader जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें