I N T R O

327 27 16
                                    

                     

                               _Rensta Rehatta_

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

                               _Rensta Rehatta_

Siapapun yang deket sama dia pasti salting brutal. Doi selain ganteng juga pinter jadi ngga heran dari mahasiswa sampai Rektornya pun kagum sama dia.
Buat cowok yang kenal Rensta pasti berubah jadi feminim kalau sama Rensta.





Buat cowok yang kenal Rensta pasti berubah jadi feminim kalau sama Rensta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

                                      _Raphael_

Dia itu Dosen dari universitas terkemuka di luar negeri yang pindah ke Indonesia.
Selain ganteng, doi juga terkenal killer dan perfeksionis. Ngga boleh ada kesalahan sedikitpun di kelas dia.




 Ngga boleh ada kesalahan sedikitpun di kelas dia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


                         _Dokter Sean_

Pemilik senyum paling manis di antara semua penghuni rumah sakit.
Dia itu ramah dan baik banget sampai di juluki malaikat dari poli penyakit dalam.





































"Dokter Sean.."

"Ya?"

"Ada mas Rensta diruangan anda."

Dokter Sean yang tengah sibuk mencatat Resume milik pasien, di kejutkan oleh Ners yang mengatakan jika ada si Tuan muda di dalam ruangannya.

Ada apa kali ini?

Suara pintu yang di hasilkan dokter Sean saat membuka ruangannya begitu nyaring ditelinga. Setelah benar-benar terbuka barulah orang yang dimaksud Ners itu benar adanya.
Si tuan muda tengah menutup wajahnya dengan laporan yang mungkin saja dia tidak akan paham.

"Kenapa? Kehabisan permen? Bukannya saya sudah kasih kemarin?" Saat si tuan muda menurunkan kertas tersebut, barulah dokter Sean dibuat terkejut setengah mati.

Bagaimana tidak, dia melihat tetesan darah dari hidung si pewaris satu-satunya rumah sakit tempat Sean bekerja.
Jika terjadi sesuatu tamatlah riwayatnya. karena Sean adalah penanggung jawab kesehatan anggota keluarga pemilik rumah sakit ini.

"Astaga! Kenapa bisa kaya gini?! _

__Saya udah bilang kan kalau merasa nggak enak badan langsung bilang sama saya. Jangan nunggu parah?!"

"Satu-satu tanyanya... Yang bilang sakit siapa? Ini cuma oleh-oleh dari hasil orasi tadi di depan kantor DPR."



TAKK!!


Dokter Sean langsung menaruh stetoskop nya dengan gerakan cukup kasar ke atas meja. hidup sedang lelah-lelahnya dia malah mendengar si tuan muda terluka karena orasi.
Sean bingung, Rensta ini kurang kerjaan atau bagaimana? Kenapa repot-repot melakukan hal seperti itu?

Jika Sean jadi Rensta, sudah di pastikan dia memilih belajar giat dan memilih universitas terbaik di luar negeri tanpa menghiraukan hal-hal seperti ini.
Dan dia akan menikmati fasilitas yang diberikan orangtuanya sesuka hatinya.

"Rensta... Jauh lebih baik kamu belajar saja yang benar. Buat apa lakuin hal kaya gini?"

"Udah belajar kok, dan sekarang prakteknya."

"Kamu ngga paham maksud saya Rensta."

"Dokter.. saya hanya bantu menyuarakan suara masyarakat yang nggak kedengeran, salah? Menurut saya sah-sah aja. Lagian siapa lagi yang bisa bantu suara mereka selain mahasiswa?"

"Tapi kamu jadi terluka. Saya ngga suka Rensta." Tiba-tiba Rensta meraih tangan dokter Sean yang tengah menundukkan wajahnya karena sedih.

Perlahan Rensta menempelkan tangan yang sudah menyelamatkan nyawa banyak orang  selain dirinya itu ke pipi dan menciumnya sebentar.

"Saya baik-baik aja... Saya ngga akan lakuin hal di luar batas."

Dokter Sean menatap Rensta yang juga tengah melihatnya dengan tatapan lembut.
Senyuman berusaha meyakinkan Sean bahwa dia baik-baik saja dan tidak perlu dikhawatirkan.

Keduanya saling menunjukkan senyum terbaiknya. Rensta yang tengah berusaha meyakinkan dokter Sean bahwa dia baik-baik saja dan Sean yang berusaha untuk percaya.

"Kalau baik-baik aja ngapain kesini?"  Dokter Sean menarik tangannya pura-pura kesal.

" saya kangen, berhubung kebetulan ada darah yaudah saya kesini sekalian minta di obatin._

___dokter tolong obati saya."

dokter Sean langsung tertawa kecil saat melihat ekspresi Rensta yang dibuat semelas mungkin. dia terlihat menggemaskan jika seperti ini.
Semua rasa penat nya langsung hilang seketika saat melihat Rensta yang bersikap manja seperti ini.

Dengan telaten dokter Sean membersihkan hidung Rensta yang mengeluarkan darah, dengan pinggangnya dipeluk erat oleh pemuda itu.

"Rensta... Saya serius soal tadi.
Saya betulan takut kalau kamu terluka."

"Aku tau."

"Itu aja?"

"Saya nggak bisa janji buat nggak terluka. Tapi saya akan berusaha untuk baik-baik saja. Gimana?'

"Kamu harus baik-baik aja."

Rensta masih betah menempelkan wajahnya pada perut dokter Sean meski dokter itu sudah selesai dengan tugasnya.
Dia masih ingin merasakan kehangatan ini, karena sudah hampir dua Minggu lamanya dia tidak bertemu dengan dokter favoritnya.

"Ada masalah?" Rensta diam dia tetap dalam posisinya yang masih dipelukan dokter Sean dengan usapan pelan kepalanya.

Sean tau, Rensta tidak akan mengatakannya begitu saja. Dia pasti butuh waktu untuk bercerita padanya nanti. Sudah menjadi kebiasaannya dan Sean sudah paham.
Rensta pasti akan mengatakan dengan sendirinya apa yang tengah mengganggu pikirannya.

Menanggung nama besar orangtua memanglah tidak mudah.
Mungkin diluar sana orang berpikir Rensta hanya menikmati hasilnya saja. Faktanya tidak se sederhana itu.
Ada beban cukup berat yang ia tanggung sendirian tanpa bisa berbagi dengan siapapun karena statusnya.

"Kalau sudah nggak ada kelas, kamu boleh disini."

"Beneran?"

"Iya... Tunggu saya dua jam lagi, saya ada pasien."

"Hm.."

"Nggak mau senyum? Kan udah saya obatin."

Sean mencubit pipi Rensta gemas karena dia menampilkan senyum nya yang ia paksakan.
Malam ini mungkin dia akan menginap lagi di rumah sakit. Karena si tuan muda mungkin juga akan ikut tidur disini. Jadi mau tidak mau Sean harus menemaninya.

"Saya mau tidur sambil dipeluk sama dokter Sean."








TBC









 E N D L E S SWhere stories live. Discover now