only you

134 14 3
                                    


flashback there years ago...









Rensta Rehatta25 tahunOrang ngira nya dia pacaran sama dokter pribadinya, Padahal enggak

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Rensta Rehatta
25 tahun
Orang ngira nya dia pacaran sama dokter pribadinya, Padahal enggak.








Rensta Rehatta25 tahunOrang ngira nya dia pacaran sama dokter pribadinya, Padahal enggak

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.


Raphael
30 Tahun
Dia itu disiplin banget, hidupnya tertata. tapi sejak kenal sama Rensta hidupnya jadi nggak jelas.















****

Bukan Rensta jika tidak membuat heboh satu fakultas. pagi-pagi dia sudah meluncur dengan skeatboard nya sambil tebar pesona.
Surai madu milik nya yang berantakan karena tertiup angin membuat penghuni fakultas ekonomi dan bisnis itu terkagum-kagum.

Rensta sendiri tidak bermaksud tebar pesona atau cari perhatian atau apalah itu.
Jangan salahkan wajah tampannya yang tetap on poin apapun keadaannya.

Bangun tidur saja dia tetap terlihat tampan.

"Rensta.. bisa tolong saya?! Bawakan buku ini perpustakaan, saya ada urusan sebentar."

"Baik Mrs.."

Langkahnya tertahan saat ada wanita berambut panjang dengan rok span se lutut mengentikan Rensta.
Wanita cantik itu sungguh anggun dia tampak lebih seperti sekretaris pribadi dibanding Dosen.

Menurut Rensta tampilan wanita itu mirip seperti sekretaris mi-soo. Seseorang yang memerankan pernah sekretaris di drama Korea yang mama nya tonton.

Rensta nampak membawa beberapa buku sambil sesekali membenarkan kacamatanya.
Saat di universitas dia akan memakai kacamata atau softlens di karenakan minus mata nya yang cukup tinggi.

Saat dia hampir memasuki perpustakaan, dia kembali berjalan mundur perlahan saat matanya menangkap seseorang yang tengah membersihkan kemeja nya dengan air yang mengalir dari air kemasan.

"Perlu bantuan Mr.?"

"Nggak perlu, saya bisa sendiri"

Mendengar penolakan tersebut alih-alih pergi Rensta justru mengeluarkan tissue basah yang biasa mama nya Refill setiap hari. Dan dia memberikannya pada laki-laki yang tidak lain adalah dosen nya.

"Bersihkan pakai ini saja Mr."

"Saya bilang nggak perlu, kamu nggak denger? Siapa sih kamu?"

"Bapak jangan pura-pura nggak kenal saya.."

"Kamu nggak seterkenal itu ya Rensta."
Pria itu langsung menutup mulutnya saat tidak sengaja kelepasan mengatakan sesuatu.

"Tuh kan... Bapak kenal saya. Yaudah ini tissue nya, jangan bersihin pake air doang nanti kemeja nya kusam"

Mau tidak mau, Raphael menerima tissue basah milik Rensta.
Ada benarnya juga ucapan bocah itu, kemeja nya jika dikucek terus tanpa menggunakan sabun atau pembersih lain maka kemeja nya akan kusam.

"Bapak nanti ke kelas saya kan? Ada yang perlu saya bawakan?"

"Nggak usah, saya masih lama kesana"

"Ehm.. okay see you bapak!"

"Saya bukan bapak kamu ya Rensta."

"Terus saya panggil apa? Bapak kan dosen saya_

__masa saya panggil sayang."

"shut up Rensta?!" Raphael mendelik sebal pada Rensta yang menurutnya tidak ada sopan-sopan nya itu.

Sedangkan Rensta?
Dia malah tertawa terbahak-bahak melihat reaksi dosen nya itu.
Menurutnya sangat menyenangkan jika menggoda Raphael, wajah kaku nya cukup mengganggu bagi Rensta.
Jadi tidak ada salahnya sesekali membuatnya berekspresi.

Di zaman serba modern seperti sekarang kenapa masih ada manusia kaku dan kuno seperti Raphael?

Dia terlalu kaku untuk orang seusianya.
Terkadang Raphael tidak mau menoleransi keterlambatan mahasiswa nya meski hanya selisih 4 menit saja.
Baginya waktu adalah sesuatu yang berharga dan tidak boleh di sia-siakan.

Pernah sekali Rensta terlambat karena dia harus menunggu mobilnya selesai di tambal akibat pecah ban.
Meski Rensta sudah memberi bukti se konkret mungkin. Tetap saja dosen nya sama sekali tidak menggubris Rensta.

Tapi bukan Rensta namanya jika tidak punya Ide meluluhkan dosen kaku nya itu.
Awalnya Raphael tidak memperdulikan akting edan mahasiswa nya itu.
Tapi saat Rensta bersimpuh semelas mungkin dan membawa nama masyarakat Indonesia barulah Raphael luluh.

Raphael ingat, ada beberapa dosen yang mengatakan jika Rensta adalah ketua BEM yang sangat cerdas dan bisa di andalkan dalam hal orasi atau memberikan suaranya untuk keadilan.

Jadi, jika Rensta tidak ikut dalam mata kuliahnya ditakutkan anak itu akan tertinggal dan akhirnya bisa menghambat dia untuk cepat berkembang demi memperjuangkan negara.

Sungguh Nasionalisme ya

"Hai Rensta.."
Suara wanita membuyarkan lamunannya tentang dosen kaku nya itu.

"Oh hai.. ada apa ya?"

"Nanti ada rapat BEM di Universitas Pelita Negara, kamu pergi sama siapa?"

"Ah.. iya ya. Tapi kayaknya saya nggak bisa datang, ada janji sama seseorang_

__tolong wakilkan ya?!"

Kirena menghela nafas pelan, niatnya ingin pergi rapat BEM bersama Rensta pupus sudah. Dia yang awalnya ingin memamerkan jika dia dekat dengan idola kampus harus sirna.

Dulu, dia susah payah agar bisa di tunjuk menjadi wakil BEM demi bisa dekat dengan Rensta sampai harus membayar suara hampir sebagian mahasiswa.
Dan beruntung nya tidak ada yang tau karena bagaimanapun juga, kirena adalah anak dari petinggi universitas tersebut.

Tapi meski pada akhirnya dia berhasil mendapatkan jabatan itu, kirena tetap tidak bisa dekat dengan Rensta.
Pemuda itu terlalu sibuk dan selalu menolak ajakannya.

Menyebalkan sekali pikirnya.

Tapi tidak masalah, Kirena akan memikirkan cara lain agar bisa dekat dengan Rensta atau sekedar bisa mengobrol dengannya lebih lama.

Meski nantinya Rensta tidak mau dia masih punya cadangan, yaitu dosen baru nya.
Pak Raphael.

Dia juga tidak kalah tampan dari Rensta.
Meski selisih usia nya cukup jauh.
Tapi itu bukan masalah kan?










TBC.

 E N D L E S STahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon