#29 Sudah Tau

71 11 3
                                    

"Lin, ikut aku ke kantin yuk," sahut Arfan secara tiba-tiba membuat mereka bertiga tersentak.

Alina mengangguk, dia segera menggandeng tangan Arfan dengan cepat. Jujur, dirinya merasa risih... dengan kedatangan Nakasa.

"Itu, tadi siapa?" tanya Arfan saat langkah mereka sudah cukup jauh.

Alina mengangkat pundaknya pelan. Ia tidak salah kan? Memang dirinya tidak tau siapa laki-laki itu, dan ia tau setelah diberitahu oleh Fanya.

"Katanya Fanya, namanya Nakasa. Ya, aku juga nggak kenal sama dia sih..." ucap Alina ragu.

"Kenapa kamu kayak ragu-ragu gitu?" Arfan meneliti ekspresi wajah Alina dengan seksama.

Alina menggeleng, sejujurnya, dia memang tidak asing dengan nama Nakasa. Akan tetapi, dimana dia mendengarnya?

"Kamu tunggu disini, biar Aku pesenin. Kamu, mau makan apa?" tanya Arfan seraya menarik kursi untuk Alina.

Alina segera duduk, lalu menjawab pertanyaan Arfan dengan cepat.

"Mie soto, sama es teh," jawabnya enteng.

"Inget, makan mie kebanyakan nggak baik buat kamu. Kamu nggak mau sakit, kan?"

Alina hanya berdeham sebagai jawabannya. Dia ingin, tapi ingat bahaya juga.

"Yaudah, Aku pesenin nasi goreng aja mau?"

"Terserah..."

Tanpa basa-basi lagi, Arfan segera mengucapkan pesanannya kepada Ibu Kantin. Cukup mengantri, karena banyak siswa dan siswi yang sudah menyelesaikan ujian mereka. Entah selesai dengan benar, atau diselesaikan asal-asalan.

"Habis ini, kamu mau ngapain?"

"Pulang dong, emangnya mau ngapain?" jawab Alina, seraya memberi pertanyaan.

Arfan menatapnya dengan muka heran. Kenapa Alina menjadi ketus seperti ini? Apakah pacarnya sedang datang bulan?

"Kamu... lagi datang bulan?" tanya Arfan dengan hati-hati.

"Hm, udah nggak usah tanya-tanya."

Pesanan mereka datang dalam beberapa menit. Tanpa ragu-ragu, Alina menyantap makanannya dengan lahap. Untuk apa malu-malu? Dia tipe perempuan yang bodo amat, kalau Arfan meninggalkannya dengan perempuan lain juga bodo amat.

"Habis ini anterin aku pulang," kata Alina dengan cepat.

Arfan mengangguk, untung dirinya membawa mobil. Kalau tidak, Alina akan merasa kepanasan.

"Nggak usah lihat-lihat kayak gitu." Alina melirik Arfan dengan sinis. Karena laki-laki yang ada dihadapannya menatapnya terus menerus.

"Hehe, maaf, kamu cantik sih," balas Arfan dengan cengengesan.

Tak terasa, ritual makan mereka sudah selesai. Saatnya kembali ke kelas dan mengambil tas, lalu pulang.

***

"Mampir dulu ke Taman Raya," ucapnya dengan tiba-tiba.

Arfan mengangguk, dia segera membelokkan mobilnya menuju ke Taman Raya. Taman Raya adalah tempat yang biasa Alina kunjungi, entah saat sedih, maupun senang. Mungkin, Alina ingin pergi kesana karena ingin menenangkan perasaan.

"Sampai!" Arfan berkata dengan semangatnya.

Alina langsung membuka pintunya dan berlari ke arah taman. Arfan segera mengikutinya, lalu mencekal tangan Alina dengan cepat.

"Stop, kamu mau kemana?" tanyanya.

"Mau beli pentol, kamu mau?"

"Boleh."

Arfan My Boyfriend [Hiatus]Where stories live. Discover now