Euphoria

6 0 0
                                    


Park Jongseong Birthday Event
Fanfiction by asyakrmh

###

"Kudengar ia adalah anak yang introvert. Ia tak sama denganmu. Mungkin itu akan jadi rintangan yang mungkin akan sedikit menyusahkanmu. Dari yang kubaca. Ini tak akan berlangsung sekejap mata. Apa kau mampu?"

Kepalaku mengangguk pasti. Tekadku bulat. Apa pun reaksinya. Akan kuterima. Ini demi mimpiku. Aku harus mendapatkannya. Sesusah apapun itu. Aku akan mendapatkannya!

###

Bagiku, duniaku adalah seni. Seni adalah seluruh duniaku. Menggambar dan musik. Adalah dunia yang benar-benar membuatku senang dari lubuk hatiku. Tak ada yang membuatku nyaman selain menggambar dan musik. Kusadari. Mereka hanya benda mati. Tapi aku merasakan mereka hidup. Hidup. Mewarnai hari-hariku.

Ponsel?

Ah! Aku memang menggunakannya juga. Tapi tak separah para teman-temanku. Erat. Tak dapat terpisahkan. Itu juga menggambarkan hubunganku dengan seni dan musik dalam duniaku. Aku tak terlalu mengharapkan kehadiran seorang bersamaku. Cukup dua sejoli itu. Aku cukup dan sangat-sangat senang.

Rasa nyaman yang membuatku terjaga dari dunia luar. Tak terlalu parah jika kau hanya sendirian saja. Bukankah asal kau bersama ponselmu? Semua akan baik-baik saja. Aku juga begitu dengan skecthbookku dan aplikasi ponsel musikku.

Aku menciptakan sendiri duniaku. Dunia yang hanya ada aku dan dua sejoli hidupku. Itu pendapatku sebelumku kukenal gadis dengan rambut kriting gantungnya yang sebahu. Gadis seusiaku yang ternyata adalah teman sekelasku, saat kami berada dikelas 1-2. Setahun yang lalu.

"Karena kau terlalu sibuk dengan alas putihmu itu. Makanya kau tak mengenalku. Walau kita satu kelas!"

Namanya Kang Ye Rim. Dia datang pertama kali padaku, saat waktu istirahat siang. Ia tiba-tiba datang dan duduk disebelah diriku yang menyantap sebekal makan siang ditaman belakang. Disana adalah tempat yang teduh serta tenang yang mampu kutemukan disekolah ini.

"Makan apa siang ini?" Aku yang meresponnya singkat membuat gadis ini naik darah. Ia memayunkan bibir merahnya. Meluruskan duduknya dan dengan cepat menggeser tubuhku menghadapnya. "Tak bisakah kau hargai aku yang datang menemuimu?!"

Mataku menyipit. Memandanginya dingin. Ia terperengah. Membuang muka dan kembali membalas balik tatapan mataku. "Sebegitu risihkan kau saat seorang datang menemuimu?!" Katanya. "Apa kau tahu istilah teman?!"

Aku masih terdiam. Tak mengeluarkan sepatah kata. Ia kembali terkekeh. Tangannya yang halus menurutku itu terulur padaku. Senyum lebar namun terpasang kecut itu merekah. "Dan istilah teman itu. Aku ingin menjalinnya bersamamu. Salam kenal. Jeon Jongseong!"

Teman itu. Aku menerimanya. Walau akam kategori keterpaksaan sebab tanganku yang ditarik palsa untuk menerima uluran tangan itu. Aku mengerut, karena itu dapat membuat gadis itu enyah dari hadapanku. Itu dalam bayanganku. Aku kira dengan begitu ia takkan kembali lagi menemuiku. Sayangnya...

Ia malah sering kali datang menemuiku. Masuk dalam kelasku dan memaksaku untuk berbagi duduk bersamanya. Tentu saja itu tidak mungkin terjadi. Karena. Kursi yang kududuki saja sangat-sangat kecil dan pas untuk satu orang. Dia gila!

"Apa maumu?!" Kutanyai ia setelah sering kali kurasakan ia bagai serangga parasit yang terus saja melekat padaku. "Apa salahnya aku didekatmu. Toh, aku sudah menjadi temanmu! Apa kau lupa? Atau kau sengaja melupakannya?!"

Entah bagaimana rasanya aku malah kalah telak dengan kata-katanya. Aku terkunci untuk bisa membalas seruannya. Sialan.

Ia begitu keras kepala dan menjengkelkan. Pikiranku penuh dengan pikiran 'bagaimana cara agar gadis ini berhenti mengikutiku dan berhenti untuk ada didekatku?! Bagaimana caranya?

"Sepertinya dia akan susah menjauh darimu?" Suatu ketika. Salah satu anak kelasku disebelah tempat dudukku menyeletuk. Ia berbisik setelah Ye Rim pergi dariku. Bel masuk baru saja berbunyi. Itulah yang membawanya pergi dari kelasku dan diriku juga. Waktu inilah yang membuatku bernapas damai dan tentram. Tapi bagaimana ia mengatakan demikian?

"Ye Rim Kang." Ia melempar senyum padaku. "Gadis atlet tweokondo yang ambisius. Ia akan berusaha untuk mampu menggapai yang ia mau. Sampai ia benar-benar mendapatkannya dan puas dengannya. Ia baru akan berhenti. Begitulah dirinya."

Mendengar penuturan itu. Aku putuskan untuk turun tangan langsung menanyainya. Apa maunya dan apa tujuannya. Dan jawabannya.

"Aku butuh bakatmu!" Jawabnya. "Ajari aku. Terimalah aku jadi muridmu. Ajari aku. Dan juga..." Ia gantungkan kalimatnya. Menatap mataku dalam-dalam. "Terimalah aku menjadi temanmu. Benar-benar temanmu!"

Apa aku bisa menjamin pertemanan itu? Aku berpikir bahwa dengan adanya teman. Duniaku akan dihilangkan dan akan terpaksa dilengserkan dengan dunia mereka. Dunia ponsel. Bermedia sosial dan game online. Aku tak ingin dunia itu. Aku hanya mau duniaku sendiri. "Kau takut?"

Aku tertegun. Ia seperti bisa membaca pikiranku saja. Senyum Ye Rim merekah. "Aku takkan menghancurkan duniamu. Cukup terima aku masuk dalam duniamu. Aku takkan memaksamu untuk masuk duniaku. Aku butuh duniamu. Terima aku masuk. Bisakah?"

Aku terkesiap untuk waktu yang sangat-sangat lama. Mempertimbangkan dan kembali mengingat kata-katanya. Aku sempat tertegun ia berkata demikian. Tapi. Baru kali ini kutemui seorang yang memaksaku. Sangat-sangat menaksaku untuk menerima dirinya. Memaksaku untuk memerima dirinya sebagi teman dalam duniaku sendiri. Takkan menghancurkan, kah? Aku pikir kata itu sedikit berlebihan. Senyumku merekah. Aku hanya ingin lihat kedepannya. Akan jadi bagaimana hasil dari ucapannya.

Mengajarinya seni dan musik. Datang dan juga bermain denganku. Maksudku. Menemaniku bermain musik di rumah. Ibuku yang terkesiap melihat seorang teman perempuan yang kubawa ke rumah. Seakan bergembira diatas beribu penghargaan. Senang tiada tara. Sampai-sampai membuka kedok. Tentang diriku yang tak mau menyentuh perempuan atau semacam hubungan dengan mereka. Aku benar benar malu.

"Kau takkan menyesal mengenalku. Aku tak sama seperti pemikiran perempuan dalam pikiranmu. Kujamin itu!" Ia berbisik pelan ditelingaku saat kuberdua dengannya dalam kamarku. Aku menoleh cepat dengan mata yang melebar. Kenapa ia malah berbisik sedemikian pelannya. Geli. Kemudian suara tawa Ye Rim terdengar. Anak ini, mempermainkanku?!

Mulai kenal lebih dekat dengannya. Benar-benar mengasyikkan. Benar-benar senang didekatnya. Pantas saja banyak anak-anak dari kelasku membicarakannya. Ia begitu asyik dalam segala hal. Berbicara tentang dua hal sejoli dalam hidupku mampu ditangkapnya dengan koneksi cepat. Benar-benar menyenangkan. Kupikir awalnya ada seorang teman itu buruk. Tapi sekarang. Aku menikmatinya. Aku menikmati bersamanya.

Aku merasa duniaku nyaman. Perasaan dan duniaku terasa lebih menyenangkan. Lebih terasa ramai karenanya.

Pernah kudengar istilah euphoria. Kalian pernah dengar tidak? Jika tak salah artinya rasa nyaman yang menenangkan. Ya, sama dengan semacamnya juga lah. Aku merasakan sama persis dengan itu. Karena keberadaannya dan karena kehadirannya disampingku. Bersamanya. Terasa menyenangkan.



END

Guitar Guy Is Jay || PARK JONGSEONG ||Where stories live. Discover now