In The Melody

1 0 0
                                    


Park Jongseong Birthday Event
Fanfiction by valliant_lin

###

Senyumannya saat bernyanyi begitu manis, alunan melodinya sangat lembut membuat siapapun yang mendengarkannya akan ikut terbawa alunan melodi itu. Dia Jayandra, Jayandra Alvino Bratajaya. Seorang anak anggota band Spring Fruit yang terkenal seantero kampus.

Banyak wanita yang menggilainya sampai menguntitnya pulang hanya karena rasa penasaran mereka dimana tempat tinggal Jaya.

You're more of what I need
And less of what I don't, baby
the ocean rushing on the sand
She takes care of me baby
She helps me be a better man
She's so beautiful, sometimes I stop to close my eyes
She's exactly what I need
I need
She's exactly what I need

Lagu yang dibawakan oleh Jaya dkk berhasil membuat banyak wanita berteriak dan bertepuk tangan, tidak lupa juga ia menyuguhkan senyuman khasnya yang membuat siapa saja yang melihatnya akan meleleh, tapi tidak untuk seorang Vanadya Lacerta.

Lagu yang indah, batinku. Tiba-tiba Vana tersadar dari lamunannya sendiri. Kenapa harus berada disini, dikeramaian ini. Dimana semua fans dari band spring fruit berkumpul. Entah kenapa langkah kaki Vana mengarah kesini, hanya saja Vana tidak menyukai keramaian seperti ini.

Bugh!

Seseorang tidak sengaja menabrak bahu Vana, "HEH LO KESINI?! KATANYA ENGGA SUKA BAND." Vana memikirkan berbagai jawaban yang tepat untuk bisa meloloskan diri dari seseorang yang berhasil menabrak bahunya itu.

"Engga kok, aku engga sengaja lewat kesini. Kalau gitu permisi," belum saja Vana melangkahkan kakinya pergi dari sana, kerah baju belakangnya ditarik begitu saja. "Lepasin, Ara! Aku beneran engga sengaja kesini!" Vana berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Ara.

Aldara Dwi Putri atau yang biasa Vana panggil Ara, seorang penidas kejam. Hanya karena orang tuanya adalah donator terbesar dikampus, Ara rela jika ia harus dihukum di ruangan bimbingan konseling hanya karena ulahnya yang suka menindas orang lain termasuk Vana.

"Lo licik banget ternyata yah, omongan lo semuanya cuman bullshit tau ga?! Tai lo ngomong engga suka sama band, engga suka sama musik. Oh jangan bilang lo kesini juga suka sama Jay yah? Atau lo mau cari perhatian ke anak-anak spring? Sadar woi lo tuh cuman babu gue disini dan engga ada yang boleh suka sama lo, faham?!" Vana menganggukan kepalanya sebagai jawaban.


Flashback

Vana tidak tahu ia bisa pergi keluar atau tidak. Muka sembab, baju sudah tidak berbentuk. Parahnya Vana terkunci didalam gudang yang sudah lama tidak terpakai. Dirinya hanya bisa pasrah sampai besok, jika ada yang membuka pintunya kalau tidak Vana akan didalam sini selama 2 hari, karena jarang sekali seseorang kesini apalagi tempat ini sudah tidak terpakai dan letaknya berada dibelakang gedung kampus.

Vana berharap keajaiban datang menemuinya, membebaskannya dari sini. Vana berharap seseorang dapat menemukannya sebelum ia mati kelaparan didalam gudang. Berusaha menahan kesadarannya untuk tetap bangun tapi hasilnya Vana tidak bisa menahan itu.

Vana mulai kehilangan kesadarannya perlahan, ia sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi padanya nanti.

"Woi, woi sembunyi disini engga bakalan ketahuan kalau kita bolos. Percaya disini gudang lama engga ada yang berani kesini, katanya horror padahal tempatnya biasa aja."

"Yang bener aja lo, gue takut disini mana sepi lagi banyak debunya. Lo tau kan kalau gue alergi sama debu!"

"Lo diem deh Jamal, gue tinggal disini mampus lo!" reflek Jay langsung menutup mulutnya dan tidak berkomentar lagi.

Sontak mereka berdua memundurkan langkahnya perlahan, tanpa sengaja kaki Jaya bersentuhan dengan kaki Vana.

"AAAAAA, HANTU! SA DIBELAKANG GUE A... ADA HA...HANTU SA!!!"

Aksa langsung memukul kepala Jay begitu saja, teriakan Jay jelas bisa mengundang dosennya kesini. "Apa sih, hantu hantu masih pagi! Engga ada hantu dipagi hari kayak gini Jamal!"

"Itu dibelakang gue Sa," Aksa langsung membalikan badannya. Betapa terkejutnya saat ia menemui Vana yang sudah terkapar dengan muka pucat dengan baju sudah tidak berbentuk. "Jay pinjem jaket lo sebentar, gue engga bawa jaket."

"Bu...buat apa?" Aksa memutar bola matanya malas, "Siniin cepet! Atau gue tinggal!" Jaya yang sudah teramat ketakutan kini melepaskan jaketnya dan menyerahkannya pada Aksa.

Aksa langsung mengambil jaket tersebut dan langsung menutupi tubuh Vana.

"Lo bawa kunci cadangan kan? Ada kunci buat ke ukk engga?" Jaya menganggukan kepalanya, tanpa babibu Aksa langsung berlari sambil menggendong Vana menuju uks disusul Jaya dibelakangnya. "Sa, yang lo bawa ini siapa? Lo kenal sama dia?" ucapan Jaya tidak digubris sama sekali oleh Aksa.

Aksa berjalan kesana kemari mencari obat serta perban untuk luka Vana, Jaya hanya diam mengamati. Ia sama sekali tidak tahu menahu soal obat-obatan. "Udah beres, tinggal nunggu dia siuman aja. Udah engga punya akal lagi yang udah buat dia kayak gini, lo tau kan Jay siapa dalang dibalik ini semua?" Jaya menggeleng tidak mengerti, Aksa hanya menghembuskan nafasnya.

Memang benar jika Jaya Alvino Bratajaya seseorang yang bodoamat, tapi dia bodoamat jika itu tidak menyangkut urusannya. Masalah nilai dalam pelajaran dia berada diposisi pertama dan diikuti oleh Aksa. "Bego lo udah kelewatan batas, masa gini aja lo kagak tau," ujar Aksa dan mendapatkan sebuah gelengan lagi dari Jaya.

"Sorry, bukan masalah gue dan gue kagak bego oke. Jadi siapa dalang dibalik ini? Gue kasihan sama cewek ini lama-lama." Jaya tidak sengaja melihat nama Vana di bajunya yang sobek sebelum Aksa menutupi badan gadis tersebut dengan jaketnya. "Namanya Vana. Gue denger dia sering dibully."

"Ulah Aldara dia sampai kayak gini, dia dibully sama ular cobra satu itu. Masa lo engga tau Aldara, cewek yang selalu mengejar cinta lo itu masa lo engga inget sih, parah lo." Jaya berfikir sebentar, tunggu sepertinya dia tau siapa Aldara. Lantas Jaya menganggukan kepalanya membuat Aksa akhirnya mengehembuskan nafas lega.

Perlahan Vana membuka kedua matanya, membuat kedua lelaki tersebut mengalihkan perhatiannya, "Sakit, dimana ini?" tanya Vana. "Tenang, lo sekarang aman. Lo diukk, gue sama Jaya engga sengaja nemuin lo digudang." Vana terdiam mendengar penjelasan dari Aksa. Vana bersyukur akhirnya ia bisa keluar dari gudang itu. "Ma...makasih, maaf ngerepotin kalian." Aksa tersenyum, Jaya menanggapinya dengan anggukan.

"Lo kalau diganggu lagi bilang ke gue." Ucap Jaya lalu pergi meninggalkan dua insan disana.



Flashback end

"Awas lo berani macam-macam sama mereka!"

"Siapa yang nyuruh lo buat ngancam Vana, Al?" suara berat itu mengalun begitu saja, siapapun yang mendengarnya pasti akan terpesona tapi tidak dengan Vana, ia hanya menundukan kepalanya tanpa berani menatap pemilik suara itu meskipun ia tau.

Sontak Aldara melepaskan cengkeramannya, "Engga kok, siapa yang berani ngancam Vana, Jay." Ucapnya sambil tersenyum manis. Aksa yang melihatnya ingin muntah, dia begitu jijik dengan perempuan seperti Aldara yang licik.

Tanpa babibu Jaya langsung menarik tangan Vana dan pergi meninggalkan Aksa dan Aldara disana. "Jay! Jaya! Argh sialan!" Aldara mengacak rambutnya, ia gagal mendapatkan perhatian seorang Jayandra. "Percuma lo teriak, sekalian aja putusin pita suara lo itu. Jaya engga tertarik sama cewek modelan ular sifatnya licik kayak lo."

Aldara mendengus kasar mendengarkan ucapan Aksa. "Kalau lo berulah lagi, gue engga akan segan-segan laporin ke rector dan lo bakalan dikeluarin beres. Satu pengganggu hilang." Aldara muak dengan semua ocehan Aksa, ia melangkahkan kakinya pergi begitu saja. Aksa tertawa pelan, ternyata memanfaatkan posisinya yang notabenya anak dari pemilik sekolah ini lumayan untuk menggertak seekor ular kecil itu.

END

Guitar Guy Is Jay || PARK JONGSEONG ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang