54. Papa

760 98 29
                                    

HAPPY READING AND ENJOY~
.
.
.
.

SMA PRAMUDYA

"Dandi masuk rumah sakit!"

"Serius?"

Arzan mengangguk. Ia memperlihatkan roomchat antara dirinya dan wali kelasnya. Regan, Sergan dan Travis langsung memfokuskan pada handphone Arzan.

"Kok wali kelas kita ngasih tau ke lu?" Tanya Travis.

Arzan meletakkan handphonenya. "Mana gue tau."

"Harusnya sih tugas Dandi sebagai wakil ketua kelas. Tapi berhubung Dandi ga masuk dan Arzan yang Deket sama David, makanya dikirim ke Arzan?" Tebak Sergan.

"Oh iya lu kan sekretaris?" Tunjuk Regan.

"Sekretaris 2 gue, gak penting-penting amat," jawab Arzan. Ia duduk di bangku belakang.

"Btw, lu sendirian?" Tanya Travis. Ia juga kembali duduk di bangkunya. Sebelumnya ia menggibah pagi di bangku Sergan.

"Iya, Arka sama Kevin masih ke kantin keknya," jawab Arzan.

"Lah lu Napa ga ikut?" Tanya Travis.

"Mager," Arzan meletakkan kepalanya di meja.

Travis berencana untuk menyusul Arka dan Kevin. Tapi ketika di pintu, ia bertepatan dengan Galen yang baru datang. Galen 5L, Lemah, Letih, Lesu, Loyo, Loveyou. ehehehe:))

Plak!

"Gue kira lu ga masuk," kata Travis. Ia lalu merangkul pundak Galen.

Sedangkan Galen menggigit bibirnya menahan sakit ketika Travis menepuk punggungnya. Tidak kuat sih tapi kalau ada luka pasti sakit lah.

"Lu tuh bisa ga sih ga usah mukul punggung gue?! Sakit tau ga!" Protes Galen.

Travis tersenyum kikuk. Perlahan ia melepaskan rangkulannya. "Y-ya maaf. Tapi santai aja kali. Gak usah kek yang bawa motor."

Galen tak mempedulikannya, ia langsung menuju bangkunya sendiri. Setelah meletakkan tasnya yang memang sudah tersampir di salah satu pundaknya, Galen meletakkan kepalanya di lipatan tangan di atas meja.

Hal itu membuat Travis bingung. "Galen kenapa sih?"

"Tin! Tin! Tin! Nih kenapa gapura kabupaten ada di kelas?" Kata Arka.

Ia ingin masuk tapi Travis malah berdiri di tengah-tengah pintu, menghalangi jalan.

"Tau nih! Gue tau lu tinggi. Tapi ga usah pamer ya," kata Kevin di belakang Arka.

"Oh sorry!" Ucap Travis. Ia menyingkir dan memilih duduk di bangkunya. Menatapi Galen yang memejamkan matanya. Tapi dahinya berkerut, seolah tak nyaman.

Travis tak ambil pusing. Daripada di gas lagi kayak tadi, mending dia diem. Oh nggak, nyontek PR di Regan aja.

****

Dandi membuka kedua matanya ketika cahaya masuk dari jendela. Kedua matanya memandangi ruangan asing yang menjadi tempat tidurnya sekarang.

12 WARRIORSOnde histórias criam vida. Descubra agora